Padang, 26 April 2015.
Suatu pagi di sebuah auditorium hotel berbintang di kota Padang. Terlihat ribuan mahasiswa tengah memperhatikan pidato yang dibawakan oleh mahasiswa terbaik universitas Z saat itu. Hampir semua orang berdecak kagum mendengar isi pidato yang tengah disampaikan. Sebagian lainnya penuh haru. Dan sebagian sebagian lainnya penuh tanda tanya sambil mengernyitkan dahi. Hal ini bisa disebakan oleh sang mahasiswa yang tengah membawakan pidato menggunakan bahasa inggris dengan aksen australia sehingga terdengar seperti orang kumur-kumur.
Di bagian lain ruangan aula tersebut, sebuah senyum mengembang dari seorang mahasiswa yang mendapat tempat duduk di bagian tengah bersama mahasiswa-mahasiswa lain dari jurusan yang sama. Pendidikan bahasa Inggris. Rara merasa bahagia, akhirnya perjuangan skripsi selama ini berujung pada wisuda di sebuah hotel berbintang. Ia jauh lebih beruntung dibandingkan Sheila, kakaknya yang hanya diwisuda di lapangan fakultas dengan tenda seadanya. Padahal universitas nya berlabel elit. Namun yang membuat Rara tersenyum sumringah bukanlah karena tempat dimana ia diwisuda. Rara tersenyum bahagia karena akhirnya ia bisa meninggalkan kampus yang sudah 4.5 tahun menyiksanya. Berbagai drama terjadi saat pembuatan skripsi. Satu tahun! Satu tahun untuk menyelesaikan 5 bab skripsi. Variasi penderitaan ia lalui. Tidur yang hanya satu jam sehari, kantong mata yang juga memiliki kantong mata, wajah yang tidak terurus, asupan gizi hanya berupa micin micin dengan rasa bervariasi karena uang saku habis untuk print revisian dan ini itu. Hari ini micin rasa rendang, besok micin rasa bulgogi, besoknya lagi rasa ayam bawang. Makan micinnya, bayangkan ayam nya. Belum lagi ketika skripsi yang sudah di print malah dijadikan buku gambar oleh dosennya. Pedih! Dan hari ini penderitaan rara telah berakhir. Indahnya dunia kerja, orang-orang yang ramah dan memiliki visi sama yang akan ia temui. Dan yang terpenting adalah....UANG! UANG yang akan di dapat perbulan! 3 juta? 5 juta? Ah nanti kerja dimana ya....??!! Apa kerja di bank?!! Jadi guru?!! Ah jangan guru lah, gajinya kecil. Setelah kerja , ketemu jodoh yang...uhukkk trus menikah truss truss ahhh indahnyaa duniaa!! happily ever after!! Iler Rara pun membajiri wajahnya yang penuh make up. Dan tentu saja tidak hanya Rara yang bermimpi tinggi sambil mendengarkan pidato yang sebentar lagi berakhir. 99,99% mahasiswa yang sedang diwisuda saat itu juga memiliki mimpi yang sama. Dunia yang indah setelah wisuda. 26 April 2015 menjadi saksi atas impian ribuan mahasiswa yang akhirnya hanya kandas di tengah jalan.Satu tahun setelah wisuda.
Sinar matahari menyeruak di antara ventilasi jendela yang sedikit rapat, menyinari kamar gelap berukuran 4x4 meter. Membunuh bakteri bakteri yang bersarang dari tumpukan snack basah dan kering yang sudah seminggu tidak dibuang. Mungkin sudah tercipta spesies mahluk hidup baru di sana. Beberapa baju kotor terlihat bertebaran begitu saja, bahkan beberapa celdal (baca: celana dalam) dan kutang terlihat pasrah tergantung di kenop pintu dan jendela. Di sudut ruangan terlihat sebuah alat peninggi badan (therapy bed) yang sudah berdebu. Terdengar bunyi "krieet" saat alat tersebut di gunakan. Dan tepat d depan therapi bed yang tersandar ke dinding, sebuah kasur panjang tanpa tempat tidur terhampar di lantai. Kasur warisan nenek yang terbuat dari kapas dan mampu menyebabkan siapa saja yang menghirup debunya akan langsung terkena asma. Rara masih tertidur lelap walaupun alarm dengan ringtone "Pointblank headshot" sudah berbunyi sejak 2 jam lalu. Kain sarung motif kotak kotak bermerek 'gajah galau' menyelimuti tubuh rara yang berlemak di sana sini. Iler yang sudah mengering bertebaran di sudut wajahnya. Di sebelah kasur Rara yang berdebu, terlihat sebuah notebook yang masih menyala dengan sebuah adegan pause dimana Monkey D luffy sedang berusaha menyelamatkan chopper dari amukan buaya darat .
Tiba tiba sebuah terikan cetar membahana terdengar dari luar kamar. "Raraaaaaaaaaa!!!!! Bangun!!!!!! Udah jam 9!!! anak Gadis mana yang masi tidur jam segini!!!!"
Rara menggeliat. Putar kanan, putar kiri, lalu tidur lagi. Tak lama kemudian terdengar langkah kaki seseorang menaiki tangga. Teriakan melengking tanpa falsetto pun terdengar. "Woiii bangunnnn!!! Kalau nggak bangun, jangan harap dapat jatah makan hari ini!!!! Bangunnn!!!"
Gedoran dasyat di pintu kamar pun seketika menghancurkan mimpi indah Rara. Ia terbangun, mengucek mata sembari mengumpulkan nyawa. Semenit-dua menit. Rara pun meraih kesadarannya 100%. Teriakan membahana masih terdengar dari luar. Rara berjalan malas ke pintu.
"Iya ma, aku huhah hangun" ujarnya sambil menguap. Sosok mamanya terlihat sangar saat pintu dibuka. Mama pun melontarkan omelan yang sudah biasa di terima Rara setiap pagi.
"Gimana kamu mau dapat kerja?! Bangun siang! Berantakan! Jadi guru honor nggak mau?!!"
"Maa, aku udah cari kerja. Tapi ditolak terus maa. Di Sumbar kalau nggak ada orang dalem ,nggak akan dapat kerjaa..." Rara pun berjalan ke arah jendela yang masi ditutup gorden. Ia pun melepas gorden dan melemparkannya ke sudut ruangan. Seketika ruangan yang gelap pun berubah menjadi terang.
"Sebelum kamu ke toko, beresin dulu kandang kambing ini." mama pun berlalu sambil menggeleng. Beliau tak habis pikir anaknya yang super rajin, bisa berubah 100° pasca wisuda tahun lalu. Jadi pemalas dan jorok.Rara menatap ke luar jendela dengan sendu. Sudah satu tahun ia menjadi pengangguran. Berbagai lamaran yang tak terhitung jumlahnya sudah ia coba, namun berujung penolakan. Rara dibilang kurang tinggi ketika ia mencoba melamar pada sebuah bank. Mengetahui hal tersebut, orang tua rara langsung membeli therapy bed untuk meninggikan badan. Agar anaknya bisa memiliki tinggi ideal melebihi pikachu. Setelah merasa cukup tinggi, rara kemudian dengan percaya diri mencoba melamar pada perusahaan lain, dan tetap ditolak. Terakhir ia mencoba melamar menjadi guru honor, dan juga ditolak lantaran tidak kenal pejabat yang bekerja di sana. Lha gimana mau kenal? Ketemu aja belum. Akhirnya Rara kehilangan motivasi. Galau berkepanjangan melanda gadis yang saat itu sudah berumur 25 tahun. Rara memang terlambat dua tahun sewaktu memasuki dunia perkuliahan, tepatnya Rara masuk kuliah pada umur 20 tahun. Harapan dan mimpi Rara sudah lenyap selama setahun ini. Bahagia happily ever after pun lenyap. Saat teman temannya sudah bekerja di kantor, dan bank elite hingga upload ratusan foto di media sosial, Rara hanya bekerja sebagai waitress di rumah makan padang milik kedua orang tuanya. Hal ini membuat Rara semakin stress dan akhirnya me non aktifkan semua medsos yang ia miliki. Rara pun mulai bermain game online playstore yang menghabiskan kuota bergiga giga dengan dalih menghilangkan stress. Begadang adalah rutinitas harian apalagi jika ada event berhadiah. Belum lagi dengan status jomblo yang membuat ia tidak memiliki pelipur lara di saat sedih. Malam minggu adalah malam yang ia benci, karena puluhan anak muda lalu lalang untuk memadu kasih, sedangkan dirinya sibuk mengurut dada sambil menghabiskan isi kulkas. Hidupnya berubah total. Kemampuan bahasa inggrisnya tetap sama, karena Rara cenderung bermain pada server international. Rara merasa kehidupannya di game lebih bermakna dibanding dunia nyata. Rara pada tahun 2016 dikenal sebagai gadis umur 26 tahun, gemuk, pengangguran, tidak ada harapan , dan Jones.
KAMU SEDANG MEMBACA
28 (Kapan Merit)
Teen Fictionudah umur 28 dan kamu masih jomblo?! bagaimana perasaanmu ketika temen satu angkatanmu udah gendong debay sementara kamu masih sibuk wara wiri sendiri, selfie sendiri, makan sendiri, semua serba sendiri? jleb. siapa sih yang nggak mau merit apalagi...