"Gak ada yang namanya tidak mungkin, jika kita mau berusaha"
°°°°°°°°°°
"Pagi Bi, Bapak, Raka !"
"Pagi," Jawab mereka bebarengan, kini mereka sedang berada di teras depan. Karena hari libur Zee membantu Bibi dan Bapak menanam bunga-bunga dipekarangan rumah. Rumah yang ditempati Bibi ini tidak mewah namun asri karena banyak pohon serta bunga-bunga.
"Ini yang gak bakal Zee temuin di rumah Zee Bi. Huhh kenapa Zee harus balik ya Bi," Bibi mengehentika kegiatannya, dia menatap Zee sendu.
"Nak, Mami kamu juga kangen kamu. Apalagi kamu jarang kan nemui dia bahkan terakhir sudah beberapa bulan yang lalu." Bibi menasehati anak dari majikanya dulu. Bibi memang dulu bekerja di rumah Zee karena salah paham jadi Bibi memutuskan untuk keluar dan memilih balik ke rumahnya.
Saat itu Zee yang setiap hari ditemani oleh Bibi, dia tidak mau berpisah dengan Bibi dia megancam akan pergi dari rumah jika Mami, Papi nya membiarkan Bibi pergi. Dan lagi karena hasutan tente itu Zee melangkahkan kaki keluar dari rumah.
Sungguh Zee benci dengan tante itu. Bahkan untuk memanggil dengan sebutan Mama pun dia enggan.
"Gara-gara tu nenek lampir hihh !"
"Hush mulutnya jangan gitu nak," Zee tertawa bersama Bibi.
Sebuah mobil Alphard berhenti di depan rumah Bibi, keluarlah seorang pria paruh baya dan 2 orang laki-laki yang terlihat tampan serta wanita paruh baya yang tersenyum melihat Zee. Zee masih diam di tempat, entah mengapa perasaanya jadi bingung sekarang.
"Zee sayang !" Mami Zee, Renata. Berlari memeluk Zee, dia menghiraukan semua yang ada di sini. Rasa kangen terhadap anak perempuannya membuat pikirannya hanya tertuju pada Zee.
Zee memeluk Maminya dengan erat, rasa rindu menyeruak begitu saja. Namun, Zee masih terbayang masa lalu di mana Mama dan Papa nya lebih membela tante dari pada dia. Karena Zee lebih dipihak Bibinya. Farel dan Devan, Kakak Zee mengerti adiknya masih teringat luka masa lalu.
"Balik ke rumah ya sayang, Mami kangen sama kamu. Mami mau kamu kembali seperti dulu lagi." Tangan wanita paruh baya itu menakup pipi Zee. Zee belum bersuara dia masih menatap lurus ke depan, dia harus bagaimana.
"Nak," Tepukan pundak menyadarkan Zee dari lamunannya.
"Lebih baik kita masuk saja nyonya, kita bicarakan di dalam," Kata Pak Banu dan semua setuju, mereka duduk di kursi tua ruang tamu.
"Jadi Zee, kita datang kesini mau kamu balik sama kita nak. Sama kita keluarga kamh," Zee masih belum bergeming mulutnya terkunci.
"Zee Mami mohon ya, maafin kita kesalahan dulu Mami harap kamu bisa lupain. Kita mulai dari awal ?"
"Kenapa baru sekarang mintanya ? Kenapa gak dari dulu ? Aku kira Mami, Papi semua lupa sama aku. Dan cuma Mila yang kalian ingat." Zee berdecih pelan, matanya berkaca-kaca ia menatap Maminya hatinya teriris melihat Maminya. Tapi bayangan lalu masih terus saja terlintas. Mila adalah anak dari istri kedua Papinya.
"Kakak ingat kata gua semalam ?" Zee menatap Raka lalu mengangguk.
"Aku akan ikut Mami sama Papi tapi jangan larang Zee buat lakuin apa yang Zee mau, termasuk main ke sini dan Zee mau tante pindah !" Papi Zee melototkan matanya, mendengar permintaan Zee.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
Teen Fiction"Tunggu, kita belum kenalan !" "Siapa yang mau kenalan sama lo ?" "Gua ramal kita na-" "Lo bukan Dilan jadi ga usah sok ngeramal !" ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Zeevagna Angelica gadis dengan sejuta pesona, gadi...