Lelaki itu menghela nafas panjang, menatap wanita yang berada dihadapannya. Sudah satu jam lebih mereka duduk di kafe ini, namun mereka hanya saling memandang satu sama lain, tanpa ada yang memulai pembicaraan.
"Shei, kenapa kamu hanya diam," Lelaki itu mulai berbicara, menatap frustasi wanita yang ada dihadapannya ini.
"Shei aku mohon bicara lah padaku, kamu bisa mengomeliku, bahkan memukulku."
Sam mendesah putus asa. "Setidaknya, makan lah es krimmu, apa kau tidak lihat jika es mu sudah mencair?"
"Oh! maafkan aku," Lelaki itu mengingat sesuatu. "Kamu pasti ingin coklat panas bukan? Huh, bodoh sekali aku ini," Lelaki itu memukul pelan kepalanya.
"Jason!" Teriak lelaki itu memanggil sahabatnya yang merupakan pemilik kafe ini.
"Apa lagi Sam," Jason menghela nafasnya kasar, menghampiri lelaki bernama Sam itu.
"Aku pesan satu coklat panas, kau tau kan jika tuan putri yang dihadapanku ini selalu memesan coklat panas jika mood nya sedang buruk," Sam tersenyum menatap Sheila.
"Kau sudah benar-benar gila Sam," Jason menggelengkan kepalanya, berbalik meninggalkan Sam.
"Shei, aku sudah memesan coklat panas untukmu. Tapi, kenapa kau masih diam." Sam mulai berbicara kembali, tanpa menghiraukan orang-orang yang menatapnya aneh.
"Sheila sayang, aku mohon, bicaralah kepadaku." Sam menundukkan kepalanya, menatap ujung sepatunya.
"Aku.. Mau kita putus Sam."
"Apa?!" Sam menatap Sheila kaget. "Tidak, Shei. Maafkan kesalahanku, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi." Sam menggenggam tangan Sheila.
"Tidak Sam, aku tidak bisa. Aku harus meninggalkanmu."
"Tidak Shei, kenapa kau jahat sekali padaku! Tidak, tidak. Kau tidak boleh pergi Shei!" Suara Sam mulai meninggi, menatap Sheila memohon.
"Bagian mana dari diriku yang jahat Sam?" Tanya Sheila lirih. "Kamu bilang aku jahat? Lalu kemarin itu apa? Berkali-kali kamu meminta kesempatan untuk kembali padaku, kesempatan itu hanya ada sekali, bukan lima kali seperti yang kamu lakukan padaku," Bisik Sheila pelan.
"Tidak Shei, kemarin aku hanya bermain-main saja. Aku mohon jangan pergi, ku mohon Shei. Aku janji tidak akan menyakitimu lagi."
"Berkali-kali kamu bilang padaku ingin berubah, kamu bilang bahwa kamu sayang aku? Namun kamu bermain di belakangku dengan wanita lain, dan jahatnya lagi, wanita-wanita itu adalah temanku sendiri. Dan saat aku akan pergi meninggalkanmu, kamu bilang bahwa aku jahat?"
"Maafkan aku, aku janji akan berub—"
"Berhenti meminta maaf dan berjanji jika kau masih akan mengulanginya Sam."
"Tidak Shei, kali ini aku benar-benar berjanji. Aku tidak akan menyakitimu lagi." Matanya memerah, menatap Sheila memohon.
"Sudahlah Sam," Sheila melepaskan tangannya dari genggaman Sam.
Sam, menatap Sheila putus asa, ia tau jika ia sudah kelewatan. Hanya saja, melepas Sheila? Tidak, ia tidak sanggup. Sudah 3 tahun lebih Sheila bersamanya, bagaimana bisa ia melepaskan Sheilanya begitu saja?
Lantunan lagu Wonderwall dari Oasis mengalun indah dari ponsel Sam, membuatnya berdecak kesal.
"Sial, siapa yang menelpon dikeadaan seperti ini?" Sam mematikan ponselnya, namun ponsel itu kembali berdering.
"Argh! Shei, tunggu disini sebentar, jangan kemana-mana oke?"
Sam pergi kebelakang, mengangkat telpon dari adiknya dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLUSION
RandomKepada langit kelabu yang kadang merindu, dan kepada rinai yang tak jenuh untuk terjatuh. Tolong sampaikan terima kasih padanya, karena pernah menjadi kisah yang indah. Walau kini sudah menjelma menjadi kisah yang paling gundah. - Samuel