2/2

16 5 1
                                    

Flashback..

Alunan lagu Wonderwall mengalun dari ponsel Sam, nama Shei tertera diatasnya.

"Halo Shei."

"Kamu dimana Sam?"

"Ak.. Aku, sedang makan siang bersama teman-teman kuliahku."

"Oh benarkah? Apakah aku mengganggu? Apakah teman kuliahmu itu sedang bergelanyut manja ditangan mu?"

Sam membeku, menatap Sheila yang sudah berada dihadapannya. Ia segera berdiri melepaskan tangannya dari genggaman Dinda.

"Shei, sayang, ini tidak seperti yang kamu lihat."

"Jadi kamu pikir aku bodoh?" Sheila tertawa masam.

"Tidak Shei, bukan itu maksudku."

"Sudahlah Sam, maaf sudah mengganggumu," Sheila tersenyum manis menatap Sam dan Dinda bergantian. Berlalu, meninggalkan mereka berdua.

"Sheila tunggu."

Sam mengejar Sheila yang sudah berlari keluar kafe.

"Sheila!"

Sheila berlari kencang, menatap kebelakang, membuatnya menabrak beberapa orang yang dilewatinya, mencoba pergi jauh dari Sam.

"SHEILA AWAS!"

Sebuah mobil melaju kencang, menabrak Sheila. Membuat tubuh Sheila terpental jauh.

Sam mematung, menatap kearah kerumunan orang yang tengah mengerumuni Sheilanya.

Ia berlari dengan kencang, kearah kerumunah itu. Membelah kerumunan, mencoba menggapai Sheila.

"Shei, bangun!"

"Sheila, sayang. Bangun, aku mohon." Sam mengguncangkan tubuh Sheila.

"KENAPA KALIAN DIAM?! CEPAT PANGGIL AMBULAN!"

×××

Sam menatap kosong makam Sheila, ia merasa sesak dan ingin menangis, namun, ntah kenapa air matanya tidak mau keluar. Kenapa ini terasa tidak adil? Walaupun ia sering meninggalkan Sheila, tapi ia selalu kembali padanya. Dan sekarang, sekalinya Sheila pergi, ia meninggalkan Sam selamanya. Apakah ini karma? Kenapa Sheila menghukumnya dengan begitu berat?


"Sam, kami pulang dulu. Cobalah untuk memaafkan dirimu sendiri nak." Ucap bunda Sheila seraya mengusap punggung Sam.

"Kami juga pulang duluan, Jason, mama minta tolong jangan biarkan Sam menyetir sendiri."

"Iya ma."

"Diana, kau masih mau disini atau ikut kami pulang nak?"

"Aku masih mau menemani kakak, pa."

"Baiklah kami pulang dulu."

Diana memeluk Sam dari samping, menyandarkan kepalanya dibahu Sam.

"Menangislah kak."

"Aku ingin, tapi aku tak tau kenapa air mataku tidak mau keluar," Jawab Sam datar.

"Ini," Diana memberikan sebuah kertas kepada Sam.

"Apa ini?"

"Surat dari Kak Shei. Kemarin Kak Shei sempat sadar sebentar, ia menulis ini untuk kakak, sebelum keadaannya memburuk kembali."

Sam membuka surat itu dengan tangan bergetar, membacanya dalam hati.

×××

~ Teruntuk Sam Tersayang ~

Halo Sam♡
Mungkin saat kamu baca ini, aku udah nggak ada kali ya? Sebelumnya aku mau minta maaf, karena gak bisa nepatin janji aku untuk selalu disamping kamu :(

Terimakasih untuk 3 tahun terakhir ini, aku bersyukur bisa menjadi bagian dari hidupku.

Terimakasih untuk semua pelajaran yang kamu berikan padaku.

Terimakasih atas kehangatan senyummu yang dulu terbit dari bibirmu.

Terimakasih pernah menjadi bagian yang sangat indah dari hidupku.

Terimakasih atas segala sesuatu yang kamu lakukan atas namaku.

Semoga suatu hari nanti, kamu akan menemukan seseorang yang mengerti akan ketakutanmu dan menerima kekuranganmu, yang lebih cerewet dan lebih berani daripada aku, seseorang yang romantis dan memberimu perhatian lebih, seseorang yang tak malu-malu memeluk tubuhmu atau mencium pipimu didepan umum. Seseorang itu bukan aku, namun aku selalu mendoakan seseorang itu agar tak gagal untuk menaklukkan dan menjagamu.

Maaf, karena aku harus pergi. Jangan menangis ya, ingatkan bukan? Jika lelaki itu pantang menangis? Lanjutkan hidupmu dengan baik ya♡
Jangan terlalu larut dalam kesedihan atas kepergiaanku. Atau aku akan marah padamu.

Aku harap, aku bisa menjadi alasan dari rindumu. I love you Sam.

~ Salam manis, Sheila♡ ~

×××

Sam menangis tanpa suara, air matanya keluar begitu saja. Ia memeluk erat surat dari Sheila.

"I love you too, Shei."

"Maaf karena aku sering menyakitimu, maaf aku sering membuatmu menangis, maaf, maaf, maaf Shei."

Diana menatap kakaknya sedih, kenapa tuhan harus mengambil Kak Shei secepat ini? Dan menghukum kakaknya seperti ini?

Jason duduk disamping Sam, ia masih menangis tanpa suara sambil memeluk surat dari Sheila.

"Nggak ada yang tau jalan tuhan Sam," ia  menepuk punggung Sam pelan. "Sekarang, yang harus kau lakukan adalah, melanjutkan hidupmu. Tunjukkan kepada Shei bahwa kau sudah benar-benar berubah."

Sam menatap Jason, lalu kembali menatap makam Sheila.

"Baiklah, aku janji aku akan melanjutkan hidupku dengan baik Shei. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu lagi," Sam mengusap batu nisan Sheila.

"Terimakasih untuk 3 tahun berwarna ini Shei, terimakasih atas waktumu, terimakasih karena kamu selalu memahamiku, terimakasih Shei, terimakasih." Sam memeluk batu nisan Sheila, menganggap jika nisan itu adalah Sheilanya.

"Terimakasih Shei," Ucapnya sekali lagi, ia mencium nisan Sheila cukup lama, sebelum ia beranjak pergi meninggalkan makam Sheila.

ILLUSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang