4

15 0 0
                                    

Seribu puisi bertumpuk di meja karenamu. Sejuta lirik berkumpul karenamu. Karena senyummu, matamu, hangatmu, binarmu. Karena dirimu.

Saat aku pulang dan melihat meja, hanya ada setumpuk keluh hatiku yang takkan pernah sampai di tanganmu. Melirik kasur, hanya ada segerombol puisi yang takkan pernah terbaca oleh matamu.

Itu yang kusangka. Kenyataannya dirimu membaca semua itu dengan wajah tak berdosa. Mendongak menatapku, mengerjapkan mata dan tersenyum geli. Kemarahanku akan dirimu yang membaca semua itu hilang dalam sekejap saat tanganmu mengusap kepalaku. Dengan senyum dan binar teduh, kau bilang dengan tenang, bahwa kau juga sama.

Aku mengerjapkan mata, kebingungan dengan yang terjadi. Sama? Maksudnya sama? Kau manusia? Tentu, kan kamu manusia? Ini bukan komik dimana kamu vampir, manusia serigala atau apapun itu. Kau justru tertawa mendengar pertanyaan bertubi-tubiku yang konyol.

Yang kau lakukan, hanya tersenyum simpul dan pergi begitu saja. Aku menunduk kecewa, mungkin pertemananku hanya sampai sini. Bodoh, mana mungkin kau mau denganku.

Tapi pesanmu membuatku menampar diri sendiri, mencoba meyakinkan diri bahwa ini bukan mimpi. Pesan yang kau kirim dengan emot sederhana membuat jantungku berdegup kencang layaknya petasan. Pesan sederhana tapi membuat pikiranku melayang berhari-hari.

'Hari ini pertama kalinya jadian sama orang. Sama kamu :p'

Melihat senyum manismu di ambang pintu kelas selalu berhasil membuat pipiku memanas. Kamu menyapaku dengan hangat, menggoda mengingatkan tentang reaksiku saat menatapmu.

Kupikir hal ini hanya terjadi di mimpi. Senyum mengembang tak luntur dari pagi sampai malam. Melirikmu yang berada di meja samping membuat jantung berdegup. Apalagi saat dirimu melirikku dan tersenyum. Bukan mimpi, kan? Kalau mimpi, aku tak mau bangun.

^///^

Dikit yaa, maaf ehe

Lagipula, cuma ini kayaknya yang happy ending ahaha.. ha..

Curahan hatiWhere stories live. Discover now