#20

5.8K 593 102
                                    

"Kak, jika nanti aku pergi, kau mau berjanji sesuatu kepadaku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, jika nanti aku pergi, kau mau berjanji sesuatu kepadaku?"

Jujur saja, Junmyeon jadi enggan berbicara dengan Kyungsoo selama beberapa hari ini. Bukan apa-apa, hanya saja setelah Kyungsoo tahu bahwa harapan hidupnya bahkan tak sampai 30 persen, adik kesayangannya itu jadi lebih sering mengatakan hal-hal berbau perpisahan dan kematian.

Alhasil, ketika pertanyaan itu terlontar dari bibir pucat si adik, Junmyeon hanya menanggapinya dengan keheningan. Ia tetap bungkam dan memilih berpura-pura sibuk membereskan  botol-botol obat di atas nakas yang sebenarnya sudah dirapikan oleh perawat beberapa saat yang lalu.

Lagipula, ia tidak suka berjanji untuk hal yang pasti sulit ia tepati.

"Kaaakk!" Tak ditanggapi oleh si yang lebih tua, Kyungsoo merengek pada akhirnya. Kesal lantaran Junmyeon sering sekali tak mengacuhkannya beberapa hari ini. Jangan-jangan, Junmyeon sudah tak sayang lagi padanya, pikirnya begitu.

Sendu, ditatapnya wajah Junmyeon dengan selekat mungkin. Kakaknya bahkan sama pucatnya dengan dirinya. Mungkin karena selama beberapa hari ini juga Junmyeon kurang beristirahat lantaran sibuk menjaga dirinya. Ah, Kyungsoo jadi merasa bersalah. Terlebih, karena kondisinya, si kakak tidak bisa pulang ke Seoul.

"Aku sedang malas bicara denganmu, Kyung." Malas jika Kyungsoo terus mengungkit hal-hal yang belum tentu terjadi seperti ini.

Benar kan Kak Junmyeon tak sayang lagi padaku. Kyungsoo membatin sedih. Lantas ia nyeletuk, "Jahat sekali!" Muram seketika melukis diri di balik wajah pucatnya kini. Ia memalingkan muka ke arah lain. Apa saja asal bukan Junmyeon.

Di tempatnya, Junmyeon terenyuh. Sisi wajah tirus Kyungsoo yang kini jadi objek penglihatannya, entah kenapa terasa melukai dirinya. Membuat rebak dalam dadanya kembali menganga dengan begitu lebarnya. Begitu nyeri dan ngilu bahkan ketika ia mencoba menarik napas. Terlebih ketika ia sadar bahwa sampai saat ini tak ada kabar apa pun dari Luhan.

Luluh, Junmyeon perlahan beringsut mendekati Kyungsoo untuk kemudian naik ke atas ranjang si adik. Lantas, ia biarkan tubuhnya turut berbaring di sana. Cukup sempit, namun begitu nyaman dan juga hangat.

"Maaf." Dibelainya rambut hitam Kyungsoo yang kini tampak lembab dan berminyak. "Tapi, aku tidak ingin berjanji apa pun kepadamu. Karena aku, tidak akan mengizinkanmu pergi ke mana pun, asal tahu saja. Sejengkal pun, kau tidak boleh meninggalkanku."

Seketika, Kyungsoo membisu. Kata-kata Junmyeon menelannya dalam keheningan. Tiba-tiba saja kesedihan menyekat tenggorokannya sehingga semua kata yang hendak ia tuturkan tertahan di sanubari.

"Aku tahu semuanya, Kyung. Tentang Kau, tentang Kak Luhan, aku mendengar semuanya."

Kyungsoo mengubah posisinya guna menatap wajah Junmyeon. Sesaat ketidakpercayaan menjalari seluruh matanya, sebelum sorot sendu akhirnya mengambil alih. "Seandainya kau itu kakakku." Lirih, Kyungsoo berujar selagi kepalanya ia biarkan terbenam di balik dada Junmyeon.

"Aku memang kakakmu. Memangnya kau ang---"

"Aku tahu ada banyak yang terluka. Ada begitu banyak orang yang tersakiti. Mungkin kau adalah salah satunya. Tapi, berjanjilah padaku. Sekelam apa pun masa lalu itu, jangan tanam kebencian dalam hatimu. Aku tahu, kita berdua pantas kecewa, kita berdua seharusnya marah. Tapi, berjanjilah kalau kau tidak akan menyiksa dirimu dengan menyimpan dendam dan kebencian kepada orang lain."

Untuk beberapa saat Junmyeon tertegun. Tentu saja, ia paham maksud Kyungsoo. Bagaimanapun juga, nasib serupa telah dialaminya . Bagaimana cara mereka terpisah dari anggota keluarga mereka memang cukup dramatis. Namun, hal itu yang membuat mereka bersama-sama sampai saat ini. Pada akhirnya takdir ingin mereka menyatukan kembali hubungan kekeluargaan yang telah pecah.

Jadi, untuk apa Junmyeon membenci masa lalu, jika pada akhirnya itu bisa membuatnya bertemu dengan sosok istimewa seperti Kyungsoo.

"Kau membenci Kak Luhan? Atau kau membenci ayah kandungku? Kau, tidak berniat membalas dendam kepada mereka kan?"

Mendengar pertanyaan spontan itu, sontak saja Junmyeon memutar bola mata, kesal. "Aku selalu bilang padamu dulu," dengusnya. Kyungsoo seperti tak tahu siapa dirinya...

"Sesama manusia adalah saudara. Jika masih saling menyakiti, apa kita pantas disebut manusia?"

...tentu saja, Junmyeon masih ingin disebut manusia.

"KIM LUHAN! OMONG KOSONG APA YANG KAU LAKUKAN INI, HAH?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KIM LUHAN! OMONG KOSONG APA YANG KAU LAKUKAN INI, HAH?"

"KIM LUHAN! OMONG KOSONG APA YANG KAU LAKUKAN INI, HAH?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Revisi, 06 Juli 2021

Peluk kyung kalian di versi cetak, Yuks! Order segera di olshop penerbit Guepedia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peluk kyung kalian di versi cetak, Yuks! Order segera di olshop penerbit Guepedia.  😊

LINKAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang