Jakarta, Januari 2005
Seorang anak laki-laki duduk terdiam di pinggir jalan raya dengan wajah ditutupi kedua telapak tangan. Ia menangis tersedu-sedu, sesekali disekanya air mata yang membasahi pipi berwarna merah muda itu.
Dia hanya ingin menyusul ayahnya. Ia terus menangis, tak satupun orang menghiraukannya. Suara isak tangis anak lelaki itu kalah oleh bisingnya jalan raya. Air mata terus bercucuran, tak ada yang dapat menghentikan tangisnya.
Ia berdiri lalu berjalan ke jalan raya, beberapa kendaraan membunyikan klakson memberi isyarat agar anak itu jangan berdiri di tengah jalan. Sebuah motor hampir menabraknya jika pengemudi itu tidak segera menekan rem. Orang yang membawa motor itu berteriak kepada anak laki-laki di hadapannya.
Seseorang menarik pergelangan tangan anak itu, mengajaknya pergi menjauh.
"Kamu kenapa?" tanyanya. "Jangan nangis, ada aku di sini."
Bukannya berhenti menangis, anak lelaki itu tambah menangis.
"Aku Alaska, jangan takut," kata gadis kecil yang tingginya sama dengan lawan bicaranya.
Hujan mulai turun, bukan hanya wajah anak itu basah, tetapi hampir setengah tubuhnya basah oleh hujan yang awalnya rintik lama-lama menjadi deras.
Alaska mengeluarkan payung dari dalam tas, ia membuka lebar-lebar payung berwarna kuning itu. "Ayo!" Ia merangkul bahu teman barunya agar mendekat. "Jangan takut, ayo ikut aku."
Mereka berhenti di sebuah halte untuk berteduh. Hujan makin deras, tidak ada tanda-tanda untuk berhenti.
Alaska memegang kedua tangan anak lelaki itu yang terus menerus bergetar seperti orang menggigil. "Tenang. Jangan takut. Kamu kenapa bisa di tengah jalan?"
Anak lelaki itu berusaha menggerakkan bibirnya yang terasa kaku.
"Kalo belum bisa ngomong gak apa-apa, jangan dipaksa."
Yang diajak bicara menggelengkan kepalanya. "A-aku takut."
"Ga perlu takut, ada aku. Nama kamu siapa?"
"Arsen," ucapnya lirih. "Pa-pa-papa ta--di ditabrak mobil."
Arsen menangis lagi. Ia tak kuasa menahan air matanya mengingat kejadian satu jam yang lalu.
"Aku takut."
"Kamu tenang dulu, jangan nangis lagi," ujar Alaska lalu merengkuh tubuh Arsen, memberikannya kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk till Dawn; kth🥀
Teen FictionArsenio Pramoedya adalah siswa pindahan yang kaku dalam berbicara. Arsen memiliki wajah tampan dengan rahang yang tegas, berkulit putih bersih, dan juga mata cokelat. Dia termasuk golongan siswa pendiam dan jarang berbuat ulah. Karena pengalaman pah...