***
30 menit kemudian.
Bel pergantian pelajaran berdering kencang. Bu Dessy pamit undur diri dari kelas, diikuti beberapa siswa maupun siswi yang sudah tidak tahan berada di ruang kelas. Tujuan utama mereka ialah toilet sambil ada yang keluyuran entah kemana.
Tak beberapa lama saat seisi ruang kelas sudah penuh dan kembali duduk seperti semula, seorang wanita menggunakan kacamata dengan seragam batik berwarna merah menyala masuk ke dalam kelas. Dia adalah guru Bahasa Indonesia yang dikenal dengan suara aksen Medan-nya itu. Dia juga termasuk jejeran guru favorit siswa Perwira School karena sifat humorisnya.
"ANAK-ANAK PAGI!" seru Bu Dian dengan lantang dan menganggetkan beberapa siswa-siswi.
"Kebalik, Buk! Dimana-mana 'pagi, anak-anak'," kata seorang siswa yang dikenal humoris juga.
"Moncong-moncong siapa?" tanya Bu Dian.
"Ibuk," jawab Kylo.
"Ya kenapa yang sibuk kau. Macam mana pula kau ini." Bu Dian berkata disusul suara tawa sekelas.
"Ya terserah ibuk lah. Cowok selalu salah! Cape saya jadi cowok," jawabnya lagi. Kylo sangat senang bercanda dengan semua guru, dialah yang sering membuat anggota kelas tertawa pecah dengan tingkah konyolnya itu.
Bu Dian berdiri seraya menunjukkan lekukan tubuhnya. "Belum pernah saya dudukin kau ya? Kalo tidak mau jadi cowok, sini saya potong 'anu' kau."
Senja tertawa geli melihat tingkah gurunya itu, ini adalah pertama kalinya dia diajar oleh Bu Dian karena dahulu Bu Dian tidak mengajar kelas IPA 1.
"Waduh gawat, nanti saya tidak bisa punya anak. Ibuk mau tanggung jawab? Bagaimana pula ibuk ini, ada-ada aja." Kylo berdiri juga dari bangkunya, dia menggulung kemeja ke atas agar otot-otot besarnya dapat terlihat. "Perkasa gini."
"Ya terserah kau, Kilo."
"Nama saya dibaca Kailo bukan Kilo buk."
Bu Dian tersenyum lalu kembali duduk di tempatnya. "Sekarang waktunya belajar. Buka buku paket halaman 7, kerjakan nomor satu sampai delapan. Tidak perlu tanya-tanya lagi, soalnya mudah gitu. Yang ga beli buku paket, silahkan buat di kertas, tulis soal lengkap."
"Bu Dian ada murid baru," sorak Kylo menunjuk ke arah sebelah Senja.
Bu Dian mengikuti arah jari Kylo. Dilihatnya seorang siswa yang sedang menunduk, terlihat tengah sibuk dengan dunianya sendiri.
"Anak baru, maju kau," kata Bu Dian.
Arsen masih sibuk memperhatikan kertas yang berisi gambaran Senja. Ia sama sekali tidak mendengar ucapan Bu Dian, sampai-sampai semua murid berseru memanggil Arsen.
Senja menyikut Arsen. "Dipanggil Bu Dian ke depan."
Arsen melongo kebingungan.
"Bu Dian suruh lo maju."
Arsen mengerutkan keningnya.
"Asli! Lo harus periksa ke dokter, telinga lo ada gangguan. Itu Bu Dian panggil ke depan," ucap Senja sambil mengelus dadanya. "Sabar sama anak bujang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk till Dawn; kth🥀
Teen FictionArsenio Pramoedya adalah siswa pindahan yang kaku dalam berbicara. Arsen memiliki wajah tampan dengan rahang yang tegas, berkulit putih bersih, dan juga mata cokelat. Dia termasuk golongan siswa pendiam dan jarang berbuat ulah. Karena pengalaman pah...