Chapter 1

0 0 0
                                    

Mentarai pagi memancarkan sinarnya hingga menyinari permukaan bumi. Cuaca yang cerah serta udara yang sejuk mengawali pagi seorang cewek dengan seragam abu-abu. Ia kini telah berhadapan dengan gerbang yang menjulang tinggi.

Vivi, orang kerap memanggilnya. Tapi mungkin hanya beberapa orang yang berani berhadapan denganya. Mata tajamnya seakan-akan menghipnotis orang-orang untuk tidak pernah ikut campur dengan segala urusanya.

Baju ketat yang menampilkan dengan jelas lekukan tubuhnya, dua kancing terbuka menampilkan sedikit belahan payudaranya. Rok ketat di atas lutut memperlihat kan kaki jenjangnya. Jangan lupakan rambut yang selalau tergerai indah menambah kesan kecantikan yang luar biasa. Siapa sangka, perempuan sesempurna dirinya tidak pernah tersenyum sedikit pun.

Wajah datar selalu ia tunjukan kesemua orang tanpa terkecuali.

Kini ia harus melewati pagar belakang sekolah memanjat kemudian melompatinya dengan mulus itu harus ia lakukan karena keterlambatan yang terjadi akibat begadang malam tadi.

"Lompatan yang cukup bagus" suara seseorang terdengar setelah Vivi melompat dan mendarat di tanah dengan selamat.

Vivi menoleh, mendapati laki-laki dengan seragam yang sama dengannya. Menandakan mereka satu sekolah. Laki-laki itu menghampiri Vivi, berjalan santai seolah tak memperdulikan tatapan tajam yang diberikan oleh Vivi.

"Langit orlando. Lo bisa manggil gue Langit. " Langit mengulurkan tangannya sebagai salam perkenalan.

Bukannya menjawab, Vivi mengeluarkan bombon karet dari mulutnya. Kemudian meletakkan di telapak tangan lelaki yang sama sekali tidak ia kenali. Setelah itu bergegas pergi.

Hingga sentuhan tangan yang mendarat di bahunya menghentikan jalan Vivi. "gak perlu ngasi gue beginian, di rumah gue banyak."

Dengan santai nya Langit meletakkan bombon itu di jidat Vivi. Kemudian berlalu pergi.

"Brengsekkk!" umpat Vivi kesal.

****

Pelajaran olah raga berlangsung di tengah panas-panasnya sinar matahari. Tapi itu tak mengurungkan niat para kaum adam untuk memainkan bola oranye itu. Dengan berlari kesana kemari. Mereka merebut kan bola oranye. Mengoper, mendrible, dan menshot hingga mencetak skor.

Kaum hawa berteriak histeris melihat para cogan berlari-lari. Tak terkecuali untuk Langit. Si bintang sekolah yang mempunyai daya tarik waw yang mampu membuat para hawa menahankan panas luar dalam melihat badan Langit.

"Woy bagi gue woy." Teriak Langit.

Bola oranye itu melayang ke arah Langit, dengan sigap Langit menangkap nya untuk memasukan kedalam ring namun ia memilih melempar ke Hendra. Namun perkiraan Langit meleset karena bola itu terpental jauh hingga mengenai dahi seseorang. Nth Hendra yang melamun atau Langit yang salah lempar.


😨😱😰


Semua mata tertuju pada si korban.Mereka langsung mengelilingi korban yang tengah terduduk di lantai.

" Hen kena orang noh, " ujar teman lainnya.

LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang