Filsafat Cinta
Manusia adalah mahkluk yang penuh rasa. Rasa ingin, rasa tidak ingin, rasa suka, rasa benci, rasa iri, rasa cinta semua tertanam subur dalam diri manusia yang sifatnya tidak bisa dibantah dan tidak bisa diganggu gugat. Dari kesekian rasa yang ada dalam diri manusia, cintalah yang paling mengombinasi semua rasa itu. Lantaran sering dikatakan dan diagungkan manusia. Pastilah pembaca sudah mempunyai gambaran tentang apa itu cinta.
Dalam bahasa Yunani, cinta disebut philia, eros, dan agape. Philia mempunyai konotasi cinta yang terdapat dalam persahabatan. Eros adalah jenis cinta berdasarkan keinginan. Dan agape merupakan cinta yang lebih agung karena tidak mementingkan diri sendiri. Cinta adalah reaksi yang dipelajari dan emosional. Cinta adalah interaksi dinamis yang dihayati dan tumbuh di kehidupan kita. Maka pantaslah bahwa cinta ada di mana saja dan kapan saja. Cinta adalah suatu kegiatan yang aktif. Karena itu cinta bebas menentukan dirinya dan mencintai adalah memberikan kebebasan pada apa yang dicintai. Dengan demikian, cinta bukan suatu hal yang pasif. Seperti yang dikatakan Erich Fromm, kita harus berdiri dalam cinta dan bukan jatuh untuk cinta.
Jika cinta merupakan suatu kegiatan, pastilah cinta bukan benda atau diposisikan sebagai objek. Melainkan suatu aktivitas atau pekerjaan yang harus dilakukan. Cinta bukanlah suatu komoditi yang bisa diperjualbelikan dan dibarter, karena cinta adalah sesuatu yang tak berwujud dan tidak bisa dipaksakan.
Hakikat cinta adalah memberi, hakikat memberi adalah bahwa kita memiliki—memiliki cinta, dalam artian seorang pecinta sejati harus memberi cintanya dengan setulus hati, tidak mengharap balasan cinta dari apa yang dicintainya. Seorang pecinta bisa bebas memilih kepada siapa cintanya hendak diberikan. Oleh karena itu, dalam cinta kita dituntut untuk menggunakan kedewasaan berpikir serta kesadaran memilih.
Namun, saat ini jarang ditemui pecinta yang benar pecinta. Lantaran kesalahpahamannya tentang cinta yang menurutnya cinta. Perlu diketahui, bahwa ada empat tipe kesalahpahaman tentang cinta. Pertama, reseptif atau orang yang hanya fokus pada apa yang ia cintai. Ia melupakan segala hal kecuali tentang apa yang ia cintai—mengsubordinasi dirinya menjadi 'budak' agar ia tak ditinggalkan sesuatu yang ia cintai. Kedua, eksploitatif, hanya memanfaatkan apa yang ia dapatkan dari apa yang ia cintai untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa memikirkan apa yang ia cintai. Tipe ini biasanya menggunakan logika untung-rugi dalam hal cinta-mencintai. Ketiga, penimbun, cinta baginya adalah barang atau kepemilikan. Selalu takut jika apa yang dicintainya akan hilang. Terakhir adalah tipe pasar, cinta diperlakukan seperti perdagangan. Mengorbankan ke-aku-annya (mengikuti trend) agar bisa laku di pasaran. Jika seorang pecinta masih memiliki salah satu tipe kesalahpahaman dalam cinta. Maka, itu bukan cinta, hanya egoisme yang diperluas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filsafat Cinta
RomanceSebuah essai tentang cinta melalui sudut pandang filsafat.