Jangan lupa vote n'comment!
~~happy Reading~~
"Given," sapaku.
Given menoleh malas kearahku.
"Mau jadi pacarku?" tanyaku lagi.
Given mengalihkan pandanganya kearah lain, mengabaikanku.
Namaku gladys alfeira, 17 tahun. aku kelas XII-IPA-2 dan besok adalah hari terakhir kami disekolah. Besok adalah hari perpisahan untuk kelas XII. So, ini adalah hari terakhirku bertemu given. Dia teman sekelasku, bahkan kami teman satu bangku yang belum pernah bicara. Hari ini adalah pertama kalinya aku mengajaknya bicara.
"Given, hei." panggilku.
Given menghela napas lemah. cowok berkacamata itu menoleh kembali kearahku.
"Ada apa?" tanyanya.
"Mau jadi pacarku?" jawabku, mengajukan pertanyaan yang sama.
"Tidak! aku benci cewek!" jawab given tegas.
Aku manyun.
"Apa kau maho?" tanyaku.
Given terbatuk. cowok berkacamata itu menatapku sinis.
"Cewek saja aku tidak tertarik, apa lagi cowok." Bantahnya.
"Hm, kalau gitu apa kau suka banci? aku bisa jadi banci." ujarku sunguh-sungguh.
Given melotot.
"Aku tidak suka spesies apapun." Ujarnya tegas.
"Kalau begitu, mau jadi pacarku?aku ini bukan spesies manapun." kataku meyakinkan.
"Berhentilah menggangguku. Besok hari kelulusan dan aku harap tidak usah bertemu denganmu." tolak given.
"Besok kau tidak perlu menemuiku, Aku hanya ingin kau jadi pacarku hari ini." Sanggahku.
Given menoleh kearahku dengan tatapan bingung.
"Kau bercanda?" tanyanya bingung.
Aku menggeleng.
"Tidak, jadilah pacarku hari ini." ujarku sekali lagi.
"Kenapa harus aku?" tanya given.
"Karena aku menyukaimu." jawabku santai.
Given menatapku ragu.
"Kita sudah sekelas selama 3 tahun, kau bahkan tidak pernah mengajakku bicara. Sekarang kau bilang kau menyukaiku? kau sudah gila?" Given meragukan pengakuanku.
Aku tersenyum.
"Kau menyadari keberadaanku rupanya. apa kau menyukaiku selama ini?"
Given berdecak kesal.
"Ck, kau terlalu percaya diri, pergilah! jangan ganggu aku." usir given.
Aku manyun.
"Given, ayo kita pacaran." Aku tidak menyerah, kembali mencoba membujuknya.
"Aku benci cewek." tolak given, mengajukan alasan yang sama.
"Kau tidak perlu menyukaiku. Aku hanya ingin pacaran denganmu." aku bersikukuh.
Given menghela napas panjang.
"Apa kau menjadikanku taruhan? Kenapa kau begitu ngotot untuk menjadikanku pacarmu?" Given mulai berpikir bodoh.
"Taruhan? kau terlalu berpikir negatif. Aku tidak mungkin melakukan itu." bantahku.
Given berdiri dan kembali meninggalkan kelas. aku pun segera mengejarnya. Aku tidak ingin dia menjadi pecundang seumur hidup. Aku harus bisa membujuknya.
"Given! Given! Tunggu aku!" Panggilku sambil mencoba mengejar given yang jalan cepat.
"Given!" Panggilku sekali lagi.
Cowok berkacamata itu tetap bersikap tak acuh, dia terus berjalan tanpa memperdulikan langkahku yang mengejarnya.
"Given!" Akhirnya aku berhasil meraih tangannya.
Given menoleh malas kearahku.
"Kau mau kemana? Aku ikut." Pintaku.
Given memandangku dengan tatapan aneh.
"Aku mau ke toilet cowok, apa kau mau ikut? Tanya given kesal sembari menunjuk toilet cowok yang berada di samping kami.
Aku nyengir.
"Nggak! Silahkan!" Jawabku canggung.
Aku menyandarkan diriku di tembok, menunggu given yang sedang ke toilet. Aku menoleh kiri kanan. Koridor sekolahku sepi, semua siswanya kebanyakan sedang dikelas. Hari ini kelas XII bebas. Kami kesekolah hanya sebagai sebuah formalitas. Sebelum akhirnya besok kami meninggalkan sekolah yang sudah kami datangi selama hampir 3 tahun ini untuk belajar.
Arrgh
Aku menyentuh dan menggenggam erat kedua lututku yang kembali terasa sakit. Aku menghirup napas berkali-kali, menahan rasa sakit yang mulai datang lagi.
Given keluar menatapku yang sedang meringis kesakitan. Aku segera memaksakan diriku tersenyum dan melepaskan tanganku dari kedua lututku.
"Hai, given." Sapaku berpura-pura tidak terjadi apapun.
"Kau kenapa?" Tanyanya, sedikit khawatir.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Tidak apa-apa." Jawabku.
"Oh." Sahutnya lalu berlalu pergi.
Aku tersentak kaget, hendak menyusul given yang mulai menjauh.
Braak
Aku terjatuh.
Given dengan spontan menghampiriku.
"Kau tidak apa-apa?" Tanyanya.
Aku tersenyum.
"Hei, aku sedang bertanya padamu. Kenapa kau tersenyum?" Tanya given sedikit kesal.
"Apa kau mengkhawatirkanku?" Jawabku balik nanya.
Given menyipitkan matanya.
"Kau berpura-pura?"
Given bangkit, batal menolongku.
"Kuno." Dengusnya kesal lalu berjalan pergi.
Aku hanya diam di tempatku, lututku terasa sakit dan kakiku mulai mati rasa. Aku hanya menatap punggung given yang menjauh dan menghilang ketika tubuhnya berbelok.
Given, aku pasti akan menjadikanmu pacarku hari ini. Aku tida akan menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Given
Teen FictionBertemu dengan lo buat gue merasa berbeda. dekat dengan lo buat gue nggk niat jauh dari lo. Gue ingin slalu ada buat lo. Gue ingin selalu menggenggam tangan lo. ※ ※ Gue harap lo selalu bahagia tanpa gue, karena apa? Karena gue nggak tau kapan disa...