3

13 1 0
                                    

~~happy Reading~~

Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB, aku keluar dari uks lalu berjalan pelan menuju kelasku. Sebentar lagi hUampir tiba waktunya pulang sekolah, aku tak ingin menjalankan misiku, aku harus berhasil. Aku harus membuat given menjadi pacarku dan mengubahnya lebih berani sehingga dia tidak akan menjadi pecundang seumur hidupnya. Aku tak mau dia terus begitu.

Aku memasuki kelasku dan melihat given yang duduk di bangkunya. Cowok berkacamata itu sedang asyik melamun. Entah apa yang sedang dia lamunkan, aku sungguh ingin tahu isi kepalanya.

"Given." Sapaku lalu duduk di sampingnya.

Kami teman sekelas , satu bangku pula.

Given menoleh kearahku, lagi-lagi dia menatapku dengan tatapan malas.

"Kau lagi, aku sudah bi-"

"Jadilah pacarku." Aku memotong cepat ucapanya.

Given mendengus kesal.

"Sudah berapa kali aku katakan padamu? Aku tidak mau jadi pacarmu." Given menolakku lagi.

Cowok berkacamata itu menatapku serius. Sepertinya dia mulai kesal.

"Kenapa?" tanyaku pura-pura oon.

"Tentu saja karena aku tidak menyukaimu." jawabnya santai.

"Iya, kenapa kau tidak menyukaiku?" tanyaku lagi.

"Ya, tidak suka aja." jawabnya.

Given terlihat berfikir, aku yakin dia hanya mencari-cari alasan.

"Apa karena aku tidak cantik?"tanyaku mulai berpraduga.

Given menggeleng.

"Bukan begitu. Kau cantik." Bentahnya.

"Lalu kenapa kau tidak menyukaiku?" tanyaku bersikeras.

"Rasa suka itu tidak dinilai dari betapa cantik atau gantengnya seseorang." Sanggah given.

Aku mengernyitkan keningku.

"Apa karena aku tidak pintar?" tanyaku, mulai berpraduga lagi.

Given menggeleng sekali lagi.

"Kau cukup cerdas menurutku, meski kau sering kali bolos dan tidak masuk sekolah." Jawabnya bersungguh-sungguh. Tidak ada tanda-tanda dia sedang berbohong.

"Wah, kau memperhatikanku. Kau bahkan tahu aku sering bolos." Ujarku senang.

Given menekuk wajahnya, selertinya dia menyesal telah keceplosan bicara mengenai hal itu. Aku tersenyum melihat ekspresi konyolnya itu karena selama ini dia jarang sekali menunjukkan ekspresi itu. Selama aku memperhatikanya, dia selalu saja berwajah datar, menyembunyikan perasaanya dan mengiyakan apapun yang murid lain perintahkan padanya. Aku membenci given versi itu.

"Jadi, kau mau jadi pacarku?" tanyaku lagi, masih teguh pendirian.

"Aku tidak mau." Given menolakku lagi.

"Kenapa?" tanyaku, kembali mengajukan pertanyaan yang sama.

Given menghela napas panjang.

"Jika kau terus mengajukan pertanyaan yang sama, kita hanya akan terus berputar-putar di pembicaraan konyol yang berbentuk lingkaran. Tidak berujung dan kembali ke titik awal." Given terlihat kesal. Dahinya berkerut membentuk lipatan kekesalan yang entah kenapa membuatku senang.

"Jadilah pacarku dan aku akan berhenti mengajukan pertanyaan yang sama." Bujukku.

Given menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mau menjalani suatu hubungan tanpa cint." Tolaknya.

"Tetapi aku menyukaimu, mencintaimu. Kau tidak perlu mencintaiku." Sanggahku.

Given menatapku bingung.

"Apa kau bisa menjalani hubungan hanya dengan cinta dari satu sisi?" tanya given heran.

Aku tersenyum.

"Aku akan berpura-pura menganggapmu mencintaiku. Tidak masalah." Jawabku tegas.

Given berdecak kesal.

"Ck, kau aneh." Ledeknya.

Aku tersenyum.

"Jadi, apa kau mau jadi pacarku?" tanyaku lagi.

Given terdiam, berpikir sejenak. Aku harap kali ini dia tidak menolakku lagi. Aku sudah membuang harga diriku untuk menyatakan cinta padanya, aku tidak ingin menerima rasa malu yang lebih besar jika pada akhirnya dia tetap saja menolakku.

"Hei, jadilah pacarku. Satu hari ini saja. Akan aku buat kau bahagia," bujukku.

"Jika kau tidak bahagia dan masih tidak menyukaiku, kita bisa mengakhiri hubungan ini besok." Kataku menimpali.

Given menatapku dengan tatapan bingung dan bimbang.

"Apa kau tidak akan terluka?" tanyanya.

Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku dengan yakin.

"Aku tidak akan terluka." Jawabku tegas.

Given menghela napas berat.

"Baiklah. Aku akan mencoba untuk menjadi pacarmu hari ini." Akhirnya, given menerimaku.

Aku tersenyum lebar.

"Deal." Teriakku mantap, membuat sebagian teman yang ada di kelas menatap kami dengan pandangan heran.

"Suaramu kekencangan." Given menegurku.

Aku hanya tersenyum kecil.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya given.

"Mari kita kencan pulang sekolah." Ajakku.

"Hah? Kau yakin? Tidak sore saja?" tanya given.

Aku menggeleng.

"Buang-buang waktu."

Given berpikir sejenak lalu dia mengangguk mengiyakan ajakanku.

"Kau pacarku hari ini." Ujarku menegaskan.

Given mengangguk.

"Ya, hanya untuk hari ini."

Aku memandang cowok berkacamata itu dengan senyuman yang tulus, yang mungkin tidak bisa lagi aku berikan di hari esok. Hari ini, seorang given pratama adalah pacar dari gladys alfeira, dan itu sudah cukup. ONLY TODAY.

 GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang