And I hate to say I love you when you make it so clear you don't want me. – Not In That Way
***
"Jangan-jangan kamu gak pernah jatuh cinta ya, makanya susah banget saya dapetin hati kamu?" Laki-laki itu tertawa kecil seraya memandang heran sekaligus terpesona pada makhluk cantik di sampingnya. Perempuan di sebelahnya tersenyum seraya memandang langit yang mulai menguning di hadapannya. Sekaligus menikmati semilir angin yang malu-malu mengibas rambutnya.
"Robot aja bisa jatuh cinta, Pak. Masa saya enggak?" Balas wanita itu.
Pria di sampingnya mengerutkan dahi. Ingin bertanya tapi kemudian ia menggelengkan kepala dan memalingkan wajahnya ke depan. Ia sudah hapal betul bagaimana sifat wanita itu. Dia tidak pernah sesumbar untuk masalah pribadi. Seringkali ia bertanya tapi wanita itu hanya tersenyum tanpa ada tanda-tanda kalau dia ingin menjawab.
"Ify, kamu tau...kamu selalu punya saya. Saya bisa kok, gantiin dia, atau siapapun yang membuat kamu jadi seperti sekarang. Kalo kamu mau, sih."
Ify mendadak terdiam. Ia memandang kaku dan lirih ke arah lelaki tampan di sampingnya.
"Ssst...udah jangan nangis lagi. Tenang aja, lo kan masih punya gue. Kalo perlu, gue bisa kok gantiin dia." Ujar seorang pemuda sambil mengelus-ngelus kepala gadis yang tengah di dekapnya.
"Rio.." Ify mendongak sedikit terperangah. Apa ia tidak salah dengar yang Rio katakan barusan? Apa itu artinya Rio baru saja...
"Gue sayang sama lo." Ujar Rio seolah bisa mendengar kata hatinya, seraya menunjukkan senyum teduhnya padanya.
Laki-laki itu bingung dengan perubahan sikap Ify. Lalu sekejap kemudian ia menjadi panik manakala melihat setetes air mata Ify jatuh dan disusul dengan tetesan-tetesan berikutnya. Apa tadi ia salah bicara?
"Yaampun, Ify, kamu nangis?!"
***
"Kopi espresso sama french fries large nya satu, Mbak!"
Ify memesan pada penjaga cafe kantor tempatnya bekerja dan tetap berdiri menunggu sampai pesanannya selesai dibuat. Ia menyandarkan kepalanya pada etalase di depannya sambil mengutuki kebodohannya beberapa saat lalu.
"Ngapain make nangis di depan pak Gab segala, sih? Astagaa, muka lo mau ditarok dimana, Fy? Dimanaaa?" Racaunya setengah kesal setengah pasrah.
Ini semua gara-gara si kampret!
"Sekarang kamu suka minum kopi?"
Deg...
Rasanya ada gong yang tiba-tiba bergema hingga getarannya sampai membuat jantung Ify ikut berdebar hebat. Suara berat namun lembut itu sangat dikenalnya dan ia yakin tidak salah menduga. Lelaki yang baru saja ia beri umpatan menyebalkan.
Lelaki itu..Rio.
Bukan siapa-siapanya sih, atau lebih tepatnya ia yang bukan siapa-siapa lelaki itu..lagi. Ia hanyalah salah satu orang yang, tanpa sengaja, menjadi karyawan di perusahaannya. Hanya saja...lelaki itu masih punya satu tempat khusus di hatinya.
Hmmm...seandainya...ah udahlah.
"P-pak Rio?" Ujarnya antara kaget dan menyapa dengan hormat Rio, bosnya itu. "A-ada pekerjaan yang mesti saya selesaikan hari ini juga. Saya mesti lembur..ma-makanya saya mesen kopi." Sambungnya kaku.
Apa jawabannya terlalu panjang? Tidak, kan? Ia tidak kelihatan aneh, kan? Ia tidak kelihatan seperti masih menyimpan perasaan pada lelaki itu kan? Walau kenyataannya iya, sih..ck! Tiba-tiba ia merasa kesal sendiri manakala reaksi dalam dirinya selalu berlebihan ketika berhadapan dengan bosnya yang tampan. Nah, ia malah sempat-sempatnya memuji Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Sentence
ChickLitSekeras apapun Lifia alias Ify berusaha membuang jauh-jauh cintanya tapi perasaan itu tetap saja tumbuh dalam hatinya. Seperti bandul yang terikat pada tiang, dia tidak pernah meninggalkan tiang sebanyak apapun ia coba berputar. Ada tali kokoh yang...