An Old House and A Girl

Prolog

Aku berlari ke rumah kecil itu. Dengan perasaan yang berkecamuk, aku segera menjauh dari dunia luar. Menutup pintu, melindungi diri dari mereka yang siap menghabisiku kapan saja. Dunia luar penuh sosok dengan tatapan yang menghakimiku atas segala dosa yang aku perbuat, sungguh kejam.

Aku diam seraya menerawang ke seluruh penjuru rumah yang baru saja kumasuki itu. Rumah dengan dinding yang hanya tersusun dari batu bata. Tidak ada apapun di rumah itu. Hanya ruangan kosong dengan sebuah lampu serta jendela dan pintu dengan kusen berwarna hitam pucat. Jendela itu juga ditutupi pada bagian luarnya. "Rumah yang aneh." Pikirku. Seakan rumah ini melindungiku dari segala hal yang berkaitan dengan dunia luar.

Kupandangi jendela itu. Bayangan masa lalu menghujam setiap sudut pikiranku. Suara yang menghantuiku, telah kembali. Dalam keheningan, aku teringat kejadian demi kejadian yang menghancurkanku. Tiap kebahagiaan yang kuperoleh, sirna bagai embun di pagi hari. Dalam lamunanku, kuraih secarik kertas yang kusimpan selama bertahun-tahun. Secarik kertas dengan tulisan tangan yang indah berisikan kata demi kata yang selalu berhasil menenangkanku. "Ah, andai dulu aku tidak salah langkah, mungkin saja aku tidak akan seperti ini." gumamku.

Aku mendekati jendela yang sedari tadi kupandangi. "Huft, sampai kapan aku akan seperti ini?" ucapku sambil meraba kusen jendela yang kasar dan rapuh itu. "Kreeek". Tidak ada angin ataupun hujan, jendela itu terbuka dengan sendirinya, memecah keheningan. Sontak aku pun terkejut dan menjauhi jendela itu. Masih dalam keadaan terkejut, aku mendengar suara perempuan. "Hei, kita bertemu lagi".

Tidak ada siapapun, tidak mungkin. "Ah, aku pasti sudah gila." pikirku, hingga kemudian terlihat seorang gadis masuk dari jendela itu. "Kau...".

"Iya Dirta, sudah lama ya" ucap gadis itu dengan senyuman lebar di wajahnya. Aku benar-benar sudah gila.

######################## 

Sooo, that's it :D
What do you think?

- gurambe