2. Misi Pertama

86 14 2
                                    

Bultaoreune
Fire, fire, fire, fire
When I wake up in my room nan mwosdo eopsji
Haega jigo nan hu biteuldaemyeo geotji
(BTS_Fire)

Suara itu lolos dari airphone yang terpasang ditelinga Yoojung, dia mendengarkan lagu itu dengan volume yang cukup keras hingga orang yang berada didekatnya pasti bisa mendengar setiap lagu yang Yoojung mainkan. Yoojung memang terbiasa memakai airphone saat berjalan menuju halte untuk menunggu bus, dia merasa damai saat mendengarkan musik, semua pikiran yang memenuhi kepalanya seakan hilang entah kemana, membuatnya merasa ringan walaupun hanya sementara.

Bagi Yoojung musiklah yang paling mengertinya, yang mampu mengekspresikan setiap perasaanya, karena Yoojung bukanlah orang yang pandai menggambarkan setiap perasaan yang tengah ia rasakan, bahkan kadang dia tidak tau apa yang sebenarnya ia rasakan dalam sebuah kondisi tertentu atau terhadap sesuatu hal.

"Hari ini sangat cerah, gomawo. Semoga hari ini berjalan baik ." ucap yoojung melihat matahari yang akan menampakan diri dengan mata hampir terpejam.

"Dan semoga aku tidak bertemu dengan namja itu lagi." sambungnya sebal.

"Kenapa aku selalu bertemu dengannya dalam keadaan yang tidak mengenakkan? Dua kali bertemu dengannya, dua kali juga aku menabraknya, menyebalkan."

Yoojung teringat dengan kejadian di minimarket kemarin, dia pergi ke minimarket untuk menghibur diri karena hubungannya dengan seseorang telah berakhir, tapi dia malah mendapat masalah baru yang membuatnya makin merasa sebal.

"Jimin hyung gwaenchana?"

"Jimin, ya namanya pasti jimin, aku ingat teman namja itu memanggilnya jimin." ucap yoojung yakin.

"Jimin? Mengapa terasa tidak asing menyebut nama itu?" ucap Yoojung berusaha mengingat.

Yoojung menghentikan langkahnya karena pertanyaan tadi begitu mengganggu pikirannya.

"Aish, untuk apa aku penasaran dengannya, mungkin dulu ditoko, dikafe, dipasar, disekolah atau di tempat kursus aku pernah mempunyai kenalan bernama jimin, atau mungkin namja berkaca mata, ingusan, dan terlihat culun yang biasa aku temui ditoko buku juga bernama Jimin, bisa juga kan?." kata Yoojung sambil cekikikan dan kembali berjalan.

Tapi saat baru beberapa langkah, dia menghentikan langkahnya lagi dan kembali berkutat dengan pikirannya.

"Chakkaman, di tempat kursus?"

"Apakah namja itu adalah Jimin sunbae? Sunbae di tempat kursusku dulu?" ucap Yoojung membelalakkan matanya. (tunggu)

"Tidak, tidak mungkin, Jimin sunbae memang cuek dan dingin tapi dia tidak terlihat seperti namja sombong itu, pasti hanya kebetulan! Ya nama mereka bisa sama pasti hanyalah sebuah kebetulan." ucap Yoojung menenangkan diri.

Yoojung tersenyum melupakan yang tadi dipikirkannya, ia kembali berjalan menuju halte. Sebenarnya halte tempat Yoojung menunggu bus tidak terlalu jauh dari rumahnya, tapi karena tadi Yoojung terlalu sering berhenti di tengah jalan, yang harusnya hanya 4 menit menjadi 7 menit.

Tak lama Yoojung duduk di halte, bus yang menuju sekolahnya datang, Yoojung pun langsung naik ke dalam bus dan duduk dibarisan ke 3 dari pintu dan disamping jendela dengan airphone masih terpasang ditelingannya. Sebenarnya itu bukan bus yang biasa Yoojung naiki, tapi karena terlewat bus yang biasanya, Yoojung harus menaiki bus selanjutnya.

Yoojung duduk dengan pandangannya tertuju keluar jendela, menikmati pemandangan yang sehari hari dilihatnya, tapi dia tidak merasa bosan. Terlihat banyak orang yang berlalu lalang memulai aktifitasnya, pohon yang berjejer disepanjang jalan, dan bukit bukit yang terlihat begitu kecil, Yoojung melihat matahari dengan sinar oranyenya menyembul dari atas sana, dan itu selalu menarik perhatian Yoojung.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang