🚽Murid-murid kelas akhir SMA Angkasa dibuat geger karena pengumuman yang baru saja Andira—selaku ketua humas pasang di mading. Bukan, kali ini bukan pengumuman tentang urusan pelajaran yang sudah cukup membuat anak-anak kelas 12 terbebani beberapa bulan terakhir. Tapi pengumuman acara yang sudah ditunggu-tunggu para murid, yaitu prom night.
Acara yang seharusnya tahun ke tahun ada, nyaris saja diberhentikkan di angkatan ke 24 ini. Banyak alasan yang dilontarkan bapak dan ibu guru tentang penghapusan prom night dalam acara tahunan sekolah. Kebanyakan dari guru-guru kontra dengan prom night.
Tapi, Adam—selalu ketua osis angkatan 24 mengajukan banding kepada bapak dan ibu guru, itu pun karena desakkan yang teman-temannya berikan.
Usaha Adam merayu bapak dan ibu guru pun tidak sia-sia, buktinya sekarang Andira sudah menyebarkan info prom night di group angkatan juga.
Seluruh murid kelas 12 mulai berbincang dengan satu sama lain, membahas persiapan untuk prom night satu bulan lagi.
"Gak bisa jahit dress sih ini." Ujar Berta, tangannya masih membaca rentetan pesan yang Andira kirimkan di group angkatan. "Mepet banget waktunya."
"Ya, masih untung ada prom sih." Balas Shafa, ia menyenggol pemuda yang duduk di sebelahnya. "Lo ngomong apa ke guru-guru, kok mereka tiba-tiba berubah pikiran gitu sih, Dam?"
"Anggaran prom gak masuk RAPBS." Jawab Adam. "Masalah utamanya sih karena anggaran prom tuh gede banget kan, mereka gak mau nanggung yang kayak sewa gedung gitu-gitu."
"Lho, terus yang modalin siapa dong? Kita keluar uang nih?" Tanya Daffa sewot.
"Gak gitu, katanya perwakilan orang tua bakal ngomongin lebih lanjut sama guru-guru. Gue gak boleh ikut." Jelas Adam. "Yang penting gue udah ngelobi guru-guru, terus tanggalnya udah ditentuin. Jadi ya acaranya fix, tapi venuenya yang belum."
"Halah, ribet banget sih ini pake acara gak boleh berpasang-pasangan." Keluhan yang keluar dari mulut Nia segera dibalas oleh Adam.
"Kalo itu gue yang usulin, biar yang gak dapet pasangan gak sepi banget. Berpasang-pasangannya pas bagian dance aja."
🚽
"Lo yakin mau sama Keano turun ke lantai dansanya?" Tanya Daffa, memecah keheningan di perjalanan pulang ini. "Banyak banget lho cewe yang mau sama dia."
"Yakin banget lah, lo kan paling tau gue udah naksir Keano dari jaman MOS." Ujar Shafa yang masih sibuk mengetik di ponselnya. "Gue udah tau dia pake jas warna apa, gue mau samain warnanya ah."
"Halah ribet banget, ujung-ujungnya sampe sana juga semuanya berbaur lo berdua gak bakal mencolok. Kecuali kalo lo sama dia janjian pake warna kuning stabilo." Ledek Daffa, mendengar kata-kata Daffa, Shafa langsung memegang setir mobil yang mereka kendarai dan menggesernya sembarangan.
"EH NANTI NABRAK SHAF."
"Bercanda mulu sih lo." Ujar Shafa geram. "Temenin cari dress dong Daf, minggu depan." Lanjut Shafa.
"Oh sekarang gue udah naik pangkat jadi asisten lo ya Shaf?"
"Lo kan tangan kanan gue, terima aja okay?"
🚽
Hari sabtu pun tiba, hari dimana Daffa harus rela mobil CR-V hitamnya dibawa masuk melewati gang-gang kecil. Bukan hanya resiko terkena goresan dari motor yang ugal-ugalan saja, tapi tembok-tembok yang berada di sisi gang pun menjadi alasan Daffa mengomel selama perjalanan.
"Gak ada jalan yang lebih lebar apa?" Tanya Daffa sewot. "Seenggaknya yang gak bikin jantung gue deg-degan kayak gini."
"Ya makanya jangan pake mobil segede gini Daff." Ujar Shafa gemas, kupingnya sudah cukup panas mendengar celotehan dari laki-laki di sebelahnya.
"Emang kalo gue bawa motor lo mau? Panas-panasan? Nanti bedak lo dan segala tetek bengeknya luntur, lo ngomel ke gue." Daffa masih sewot, tapi Shafa tidak menjawab ucapan Daffa. "Gak mau kan? Yaudah jangan protes."
Sesampainya di butik yang Mama Shafa sarankan, Daffa masih mengomel.
"Butik segede gini gak ada niatan mau buka cabang di tempat lain gitu? Yang lebih masuk akal jalan masuknya." Keluhan dari Daffa masih terdengar, namun Shafa tidak menggubris ucapan Daffa dan memasuki butik tersebut.
Shafa langsung disambut dengan berbagai macam gaun dengan warna dan model yang beragam. Semua contoh gaun ini cukup membuat Shafa terkesima dan tidak menyadari kehadiran pemilik butik yang terkekeh pelan melihat ekspresi gadis itu.
"Woi."
Lamunan Shafa buyar begitu mendengar suara Daffa. "Apaan sih ganggu gue milih lo!"
"Ditanyain daritadi sama Tante Amara nih." Ujar Daffa yang sudah terlebih dahulu berkenalan dengan pemilik butik itu.
"Siang tante, aku Shafa." Shafa memperkenalkan dirinya kikuk sekaligus malu. "Mama udah SMS tante ya katanya?"
"Iya sudah Shafa, tante ambil contoh designnya dulu ya. Kamu di sini aja." Ujar Tante Amara meninggalkan kedua remaja itu.
"Lo mau pake warna apa emang?" Tanya Daffa yang sudah duduk di sofa besar di sudut ruangan. "Maroon, Keano bilang di grup kelas, kemeja dia warna maroon. Makanya gue pake warna itu juga."
"Jadi lo tau Keano pake baju apa itu dari grup kelas?" Tanya Daffa heran, lawan bicaranya mengangguk mantap. "Lo bener nih yakin banget bakal sama Keano di sana?"
"Aduuuhh nanya mulu ah lo, iya iya. Kita udah lumayan deket, dua tahun sekelas. Gue yakin Keano bakal ngajak gue dansa bareng."
"Menurut gue, lo lebih cocok pake warna putih tau Shaf." Ujar Daffa. Shaffa menaikkan alisnya heran. "Tapi Keano tuh maroon daf nanti gak matching."
"Halah Keano, Keano mulu daritadi. Matching sumpah, cocok jadi bendera Indonesia." Ledek Daffa.
"Itu merah terang bukan maroon bodoh!" Shafa akhirnya mencubit Daffa karena kesal.
Pertengkaran mereka berdua terhenti ketika Tante Amara kembali dengan beberapa album yang berisikan design-design gaun.
"Shafa, kalau kamu mau langsung coba ke belakang aja ada asisten tante di sana."
"Yey boleh tante!" Ujar Shafa girang dan langsung meninggalkan Daffa dan Tante Amara.
"Daffa mau sekalian liat jas sewarna sama Shafa?" Tanya Tante Amara ramah.
"Saya bukan pasangannya tante, saya di sini cuma jadi babu aja." Ujar Daffa sembari terkekeh pelan.
"DAFF BAGUSAN YANG MANAAA." Teriakkan Shafa yang ada di ruangan sebelah membuat kaget Daffa dan Tante Amara.
"Tuh kan tan, saya cuma jadi babu."
Ucapan Daffa sukses membuat Tante Amara tertawa lepas.
🚽
Cerita ini cuma 3 chapter, dan terinspirasi oleh comment di salah satu 'but you are in a bathroom at a party' youtube video.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bathroom Stall • Siyeon
Short StoryFound her crying in the bathroom stall. +au +lokal [ completed ]