Bathroom stall

392 58 3
                                    




Shafa senang, bukan hanya karena ia berhasil membuat Keano menyadari kesamaan pakaian mereka. Tetapi surprisingly, makanan yang disajikan enak-enak. Shafa sudah mengelilingi stand demi stand bersama Berta dan teman-temannya yang lain.

Lagu-lagu yang daritadi dimainkan membuat anak-anak SMA Angkasa bersemangat menari. Tetapi tidak bagi Shafa, ia kurang suka dentuman lagu seperti ini, terlalu memekakan telinga.

Tapi sebelum acara Shafa sudah bertanya kepada Adam, dan ia bilang kalau nanti akan ada lagu bertempo pelan dan anak-anak bisa menari bersama pasangan-pasangannya.

Banyak anak yang akan memanfaatkan momen ini untuk mengungkapkan perasaannya, terlalu klise memang.

Shafa sendiri tidak berharap sejauh itu, yang ia inginkan malam ini hanyalah berdansa dengan Keano. Itu saja sudah cukup.

🚽

Lagu milik Dua Lipa pun selesai, dan sekarang lagu dengan tempo lebih pelan diputarkan. Banyak anak-anak yang sudah berkumpul di tengah gedung dan siap berdansa.

Kedua mata coklat milik Shafa terus meneliti wajah-wajah di sekitarnya. Mencari keberadaan Keano.

Kalau laki-laki itu tidak mau mengajaknya berdansa, Shafa sudah bertekad untuk mengajak laki-laki itu terlebih dahulu.

Shafa pun menemukan Keano di sisi kanan panggung, senyumannya merekah. Ketika ia hendak menghampiri Keano, langkahnya terhenti begitu melihat laki-laki itu menarik pelan lengan gadis lainnya ke tempat dansa.

Gadis dengan gaun putih itu bernama Fathia, anak kelas sebelah. Tidak pernah terdengar gosip apa-apa diantara Keano dan Fathia. Bahkan Keano tidak pernah terlibat hubungan dengan perempuan, itu juga salah satu alasan mengapa Shafa sangat menyukai Keano.

Tapi kalo pada akhirnya seperti ini, mau ditaruh dimana muka Shafa?

Pandangan gadis itu mulai kabur karena matanya yang mulai berkaca-kaca, Shafa meninggalkan ruangan utama. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah pergi jauh-jauh dari ruangan ini, persetan dengan semuanya, hati Shafa patah malam ini.

🚽

Di sisi lain ruangan, perbincangan Daffa dan Keano terhenti karena perubahan genre lagu yang tiba-tiba ini. Daffa melirik Keano sekilas, lalu mencari letak gadis bergaun maroon itu.

"Lo mau ngedance No?" Tanya Daffa melihat Keano sedikit membenarkan dasi dan jasnya.

"Iya nih, lo juga?" Tanya Keano.

"Meh, nanti aja gue ngedance pas lagu hiphop, gue b-boy di tengah-tengah." Canda Daffa.

"Terserah lo lah. Gue duluan ya." Ujar Keano terkekeh, lalu pergi meninggalkan Daffa.

"Good luck, Shaf." Bisik Daffa pelan.

Daffa pun kembali sibuk menyantap seafood yang ada di piringnya, kini ia lebih terlihat seperti tamu acara pernikahan dibanding anak SMA yang menghadiri prom night.

Sesekali Daffa melihat kerumunan anak yang menari mengikuti alunan lagu. Matanya membelalak ketika melihat Keano menarik Fathia dan berdansa dengannya.

Laki-laki itu semakin dibuat kaget ketika melihat gadis bergaun maroon berlari meninggalkan ruangan ini.

Sial.

🚽

Shafa memutuskan untuk masuk ke dalam toilet perempuan, semua anak-anak sudah terfokus dengan dansa mereka. Dan yang ingin Shafa lakukan sekarang hanya menangis sepuasnya. Menangisi kenaifannya, menangisi keegoisannya, menangisi dirinya yang terlalu besar kepala.

Gadis itu tidak peduli dengan maskaranya yang kini luntur, tangannya berusaha menghapus air matanya, tetapi itu justru membuat make-up gadis itu semakin berantakan.

Lagu Elvis Presley yang terdengar samar-samar dari toilet ini membuat tangisan Shafa menjadi-jadi. Lagu ini seakan mengejek kondisi Shafa saat ini.

Gadis itu terus menangis hingga ia sayup-sayup mendengar namanya dipanggil-panggil dari luar.

🚽

Daffa tidak tahu kalau gadis dengan heels bisa lari secepat itu, buktinya sekarang Daffa gagal mengejar Shafa dan ia bingung kemana gadis itu pergi. Ia kelelahan, Daffa memutuskan untuk berjalan dan menyusuri lorong sembari memanggil nama Shafa.

Kedua pantofel coklat laki-laki itu terhenti di depan lambang kamar mandi.

"Pasti disini." Gumam Daffa.

Benar saja, ia bisa mendengar suara tangisan Shafa yang balapan dengan lagu milik Elvis Presley. Enggan rasanya Daffa memasuki kamar mandi perempuan, ia takut ketahuan dan harga dirinya akan hilang.

Tapi ia terbayang Shafa yang sedang menangis sejadi-jadinya di dalam, dan ia pun akhirnya memutuskan masuk.

"Shaf?" Panggil Daffa pelan.

Daffa dapat mendengar suara isakkan yang tertahan, Shafa seakan berusaha menyembunyikan keberadaannya di sana. Tapi sayangnya dress maroon panjang milik Shafa dapat terlihat dari luar bilik toilet.

Daffa mendorong pintu bilik ketiga pelan-pelan, dan benar saja. Daffa langsung disambut dengan Shafa yang sembap.

"Tutup mata." Suruh Shafa. "Lah ngapain?" Tanya Daffa malas.

"Tutup cepetan, gue lagi jelek." Rengek Shafa.

"Emang jelek." Balas Daffa.

"Ngapain kesini lo? Makin ancur aja mood gue liat lo."

"Bukan karena make-up lo yang luntur. Lo jelek pake dress itu, bagusan putih." Ujar Daffa, ia berjongkok menyamakan pandangannya dengan gadis di hadapannya.

"Bodo amat gue gak ngurusin warna dress." Ujar Shafa sesenggukan. Daffa menyodorkan jasnya kepada Shafa. "Ngapain? Gue gak kedinginan."

"Apus air mata lo sama ingus lo di jas gue aja. Itu dress mahal sayang kalo buat lap ingus."

Shafa tidak menghiraukan ucapan Daffa, tapi tangannya tetap mengambil jas laki-laki itu dan mengelap air matanya dengan jas itu.

"Daf gue bego banget urusan cinta-cintaan."

"Lo gak bego." Ujar Daffa, tangannya mengambil kembali jas miliknya. "Cuma ya emang semua hal gak selalu berjalan sesuai apa yang lo inginkan Shaf."

Gadis itu terisak, membuat Daffa menepuk pundak gadis itu pelan. Daffa menarik tangan gadis itu untuk berdiri dan berjalan keluar dari bilik kamar mandi bersama Shafa. Daffa tahu Shafa tidak akan mau kembali ke ruang utama, apalagi dengan keadaannya yang sudah tidak karuan begini.

Maka Daffa memutuskan untuk menghubungi supir Shafa untuk mengantar gadis itu pulang.

Daffa ikut naik ke dalam mobil Shafa, supirnya menatap Daffa dengan pandangan bertanya namun Daffa tidak bergeming sampai akhirnya Daffa menoleh ke gadis yang ada di sebelahnya dan berbicara.

"Shafa, i think you have to call it a night."

🚽

The end.







The end

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bathroom Stall • SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang