Aku memang sangat menyukai manusia lemah. Layaknya asupan makanan, aku menyukai manusia lemah seperti temanku sendiri.
Aku tumbuh, hidup dan berkembang menjadi luka-luka baru.Aku paling sering memperhatikan manusia yang menyendiri, berteman dengan sepi, dan sulit berinteraksi dengan kawannya
Dia kenapa?
Aku sudah pastikan ia sedang terluka. Luka disitu sepertinya adalah temanku, sebut saja dia Luka hatiLuka hati memang yang paling pandai berteman dengan manusia manusia lemah. Tak kenal waktu tak dan kenal pada apapun dia pasti selalu siap untuk membrontak masuk ke dalam hati mangsanya.
***
Manusia yang paling bijak adalah manusia yang mampu menyembunyikan lukanya. Entah kenapa aku suka jika harus bersembunyi dalam tubuh manusia yang ku pijaki namun pandai bersandiwara. Mungkin karena Aku tak perlu repot menciptakan gulir air mata.
Dia sangat luar biasa. Meskipun tak begitu baik denganku. Ia singkirkan aku perlahan dan begitu saja. Tapi harus ku akui dia pintar memilih waktu. Dimana ia tak harus menyendiri dengan kesedihan. Dia sangat dekat dengan tuhan. Maka dari itu, ia meminta pada tuhan untuk segera menghilangkan aku.
Aku suka saja. Karena dengan begitu, tugasku selesai dengan cepat.usut punya usut aku memperhatikan caranya menghilangkan aku. Jelas, dahulu aku sangat penasaran kenapa ia mudah melepaskanku?
Bagaimana bisa? Dengan hanya meminta pada tuhan? Tuhan begitu cepat mengabulkan?
Ternyata selain itu.. manusia bijak ini punya cara tersendiri yang sangat aku suka.
Aku memperkokoh stategi untuk membuat luka yang paling dalam pada dirinya. Namun, ia sangat luar biasa. Ia biasa saja
Tak menangis berlama-lamaBagaimana bisa ia sekuat itu?
Ya.. karena dia manusia bijak
Bijak memperlakukan luka seperti aku yang tak tau malu.
Hal pertama yang ia lakukan memang selalu mengingat tuhan. Bukan mantannya. Atau mengingat kenangan-kenangan yang mulai sukar untuk di dengar.Manusia bijak mungkin sadar penuh, bahwa segala sesuatu atau cobaan yang tuhan berikan memang tak akan lebih dari batas kemampuannya. Begitulah cara ia berfikir jernih. Dengan senang hati, aku mundur perlahan dengan mengagumi manusia bijak ini.
Tapi tunggu..
Kau kan tahu, aku begitu jahil. Aku ulik sekali lagi saja dengan menyayat hatinya . Menggores luka dengan mencampur memory nya pada luka lama. Aku ingin tahu, bagaimana ia ?Ternyata, manusia bijak ini tak butuh waktu lama menangkisku. Aku jelas terpental. Aku malu
Ketika ia berkata bahwa
"tiada tuhan dalam hatiku".
Jelas saja aku rendah diri, siapa aku berdiam dalam hatinya?Manusia bijak selalu mengingatkan pada dirinya bahwa dia tak sendiri. Tak mau berlarut dalam luka. Dan tak mau menjadikan dirinya sebagai korban atas diriku.
Perlahan, ia menjadikan waktu sebagai hal penting dalam hidupnya. Tak melewatkan dengan hal yang baik-baik. Kesehariannya ia tak begitu mengingat hal yang membuat ia ter-luka. Ia bahagia saja. Bukan pura-pura, tapi sangat bijak bukan? Saat ia memang bisa menggunakan waktunya untuk hal yang lebih baik?Selain dekat dengan tuhan, manusia bijak ini mulai terbuka dengan temannya. Bukan blak-blakan hal yang tidak-tidak. Tapi mencoba menetral kan fikiran bahwa orang disekitar pasti membatu walau hanya ucapan "sabar" yang didapat.
Jika dilihat, peran ku disini memang sangat kuat. Tapi sabar lebih tangguh dariku. Ia mengalahkan ku saat orang lain berkata "sabar".Manusia bijak tau kapan harus terluka.. ia tak malu bercerita. Walau hanya untuk membagi pengalaman saja.
Kelak, jika kalian bertemu manusia seperti ini, ceritakan pada luka yang ada dalam diri kalian. Bahwa masalah, keadaan yang kau alami, hal yang kau takuti, dan luka yang simpan, malulah engkau pada manusia yang yang kau kenal, ia sangat tegar dalam cobaan . Mengapa engkau tidak?-24,18