Part 1

7 5 0
                                    

Disuatu tempat yang indah, dengan hiasan bunga yang berwarna-warni mengelilingi tempat itu. Tak jauh dari tempat itu terdapat gadis cantik nan rupawan bak bidadari surga. Dengan rambut yang tergerai panjang dan hiasan bando pita dikepalanya. Ya, dia adalah Amanda Pricilla Laura. Ia duduk sendari merenungkan sesuatu yang mungkin mengganjal diotaknya.

"Manda" suara lembut terdengar ditelinganya.

Ia tak tau bahwa sedari tadi ternyata seorang pria tengah memperhatikannya.

"Sat.. Satya!" Ucapnya tersadar dari lamunannya.

Yaps, itu adalah Satya Angger Pratama. Pria yang sedari tadi memperhatikan Manda.

"Ngapain sih, lo sendirian duduk disini? Kesambet baru tau rasa lo!" Ia langsung mengambil posisi duduk disebelah Manda.

Namun, tak ada sepatah katapun yang terucap oleh Manda. Ia masih terdiam membisu bak tembok China.

"Woy! Amanda Pricilla Laura" ketus Satya, yang merasa kesal karena tak ada jawaban darinya.

"Hmm.. apaan sih lo? Ganggu gue aja tau!" Ucapnya mulai tak tenang dan merasa terganggu oleh kehadiran Satya.

"Yaelah, gitu aja ngambek!"

" Tau ah.." Ucap Manda sambil memalingkan muka dari Satya.

"Maaf dehh.." Ucapnya perlahan melembut.

Manda hanya diam saja. Pandangannya lurus kedepan.

"Oke deh, sebagai permintaan maaf gue gimana kalo kita naik perahu itu?" Sambil menunjuk sebuah perahu yang terdapat ditepi sungai yang tak jauh dari tempat mereka.

"Males ah!" Ucapnya singkat.

Tak peduli dengan jawaban Manda. Tangan Satyapun meraih tangan Manda dan menariknya menuju tepi sungai.

"Lepasin.. Satya!" Ringiknya tak mau ikut.

"Bodo amat! Pokoknya lo harus mau!"

Satya, menarik tangan Manda semakin erat. Mandapun saat ini hanya bisa pasrah dengan kelakuan anak satu ini.

Langkah demi langkah mengantarkan mereka ke tepi sungai tersebut. Tak perlu waktu panjang mereka telah sampai ditepi sungai tersebut. Dan tepat dihadapan sebuah perahu berwarna merah.

" Ayo naik!" Sambil mengulurkan tangannya pada Manda yang sedari tadi dibuat jengkel oleh dirinya.

"Ngga perlu! Manda bisa sendiri" Sebuah penolakan pada Satya.

Satyapun hanya bisa senyum kecut dengan penolakan Manda.

Langkah Manda mulai berjalan kedepan hendak menaiki perahu itu. Ia tak tau kalau sandal yang dikenakannya mendadak mulai licin, karena gemercik air sungai. Ia berusaha menyeimbangkan langkahnya.
Namun apa daya. Kini ia tak kuasa menyeimbangkan langkahnya lagi. Dan..

Sebuah tangan dengan sigap menangkapnya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Satya. Hingga kini tubuh Manda berada dipelukannya. Dengan sekejap tatapan mereka begitu lekat. Saling menatap. Seolah-olah waktu kini mulai terhenti. Dan dunia hanyalah milik mereka.

Manda begitu lekat memandang Satya. Jantungnya kini mulai berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ekhemm.." Satya sengaja berdehem.

Manda tersadar dari pandangannya itu. Dan berusaha bangkit lalu memalingkan mukanya itu yang sedikit mulai memerah.

"Kenapa? Kok liatin guenya serius banget? Ntar cinta lagi" ledek Satya padanya.

"Mmm.. apaan sih? Ng.. nggak kok biasa aja!" Ucapnya sambil tersipu malu.

"Masa?"

"Tau ah!"

"Hehehe.. bercanda kali. Ayo naik! Biar gue bantuin, dan ngga usah sok bisa deh!"

"Iya deh, abang Satya yang baik hati dan tidak sombong!"

Satya mulai membantu Manda menaikki perahu itu. Dengan mengenggam tangan Manda sangat erat. Dan begitu menenangkan.

Seketika jantung Manda mulai berdebar lebih cepat dan sangat sulit untuk dikendalikan.

"Aduh, kenapa sih gue ini? Tenang Manda! Tenang" ucapnya dalam hati yang berusaha tenang dihadapan Satya.

***

Nampaknya kini sang senja telah hadir. Dengan warnanya yang begitu indah. Tak lupa dengan 2 sejoli yang beriringan berjalan menuju ke rumah.

"Makasih Satya buat hari ini. Sungguh gue nggak bakalan lupain ini." Ucapnya sembari tersenyum dan memandangi gelang yang terpasang ditangan kirinya.

Yaa, itu adalah gelang pemberian dari Satya saat mereka berada diperahu tadi. Ia sengaja memberinya untuk Manda supaya ia bisa tersenyum lagi. Dan menghiasi dunia ini dengan penuh warna-warni kebahagiaan yang selalu terpancar diwajah cantiknya itu.


"Sama-sama Manda. Kamu suka gelangnya?" Tanya Satya penasaran.

Manda hanya mengangguk pelan dan pipinya kini mulai memerah.

Satyapun ikut tersenyum, betapa ia tahu isi hatinya saat ini.

"Andai saja lo tau, Man. Gue orang paling bahagia ngeliat lo tersenyum seperti ini. Tetep tersenyum, Mandaku." Batin Satya, sambil terus memandangi senyum dari raut wajah Manda.

Kini langkah mereka terhenti tepat digerbang rumah Manda. Mata Satya mulai menatap Manda dengan lekat.

"Tak ada hari yang indah, selain bersamamu."

Manda pun kini diam seribu bahasa. Dan menatap kepergian Satya setelah mengatakan itu pada dirinya. Dan lagi-lagi jantung Manda dibuat berdebar begitu kencang.

"Ohh, Ya Tuhan! Apakah ini?.. Ahh, tidak tidak!" Ia langsung membuka gerbang rumahnya dan beranjak masuk kerumah.

------------------------------------------------

Gimana? Feelnya dapatkah? Kalau kurang maklumin masih penulis amatiran :v wkwkwk.

Jangan lupa vote dan komen. Itu sangat mensupport bagiku.

Keep spirit! :-)




Salam Lengkuas,


dekaamuktia3128

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WITHOUT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang