Prolog

11 0 0
                                    

Anggita adalah gadis pendiam dan tenang, Ibunya berasal dari korea sedangkan ayahnya berasal dari Jepang. Anggita sekarang tinggal di Indonesia bersama kakek dan neneknya dan menetap disana dikarenakan kedua orang tuanya sudah meninggal sekitar 2 tahun yang lalu.

"Pagi kek pagi nek" Sapa Anggita dengan ceria.

"Pagi sayang sarapan dahulu ya setelah itu kakek akan mengantarmu untuk kuliah di hari pertamamu" Ucap sang nenek, Aulia Megan.

Nenek Anggita yang berasal dari pihak ibu berasal dari Indonesia maka, dari itu Anggita sangat fasih berbahasa indonesia, daripada bahasa ibu maupun ayahnya dikarenakan Anggita selalu bersama nenek dan kakeknya sejak kecil.

Anggita memiliki paras yang agak kecil mata yang sipit, rambut bewarna pirang, dagu yang lancip, serta bibir merah merona tak lupa dengan kaki jenjangnya.

"Tak perlu Kek biar Gita naik bus atau angkutan umum aja" Ucap Anggita dengan senyuman manisnya.

"No no Gita ini hari petamamu kuliah setelah kau Ospek" Ucap Sang kakek.

"Tapi, kek..." Ucap Anggita.

"Apa kau malu Gita dengan kakek" Ucap sang kakek memasang wajah sendu nya.

"Tidak Kek, hanya saja Gita ingin mandiri juga Gita tak mau direpotkan oleh kakek" Tutur Anggita.

"Jadi... "

Anggita menghela nafas, ia mengerti bagaimana perasaan Kakek dan Neneknya apalagi hanya dia cucu pertama dan satu-satunya dari keluarga ibunya, Park.

"Bagaimana sayang? "

"Oke, deh Kek kalau itu tidak merepotkan kakek" Ucap Anggita pelan.

.
.
.
.
.
.

1 Jam Kemudian
Universitas Prasena

Anggita sampai di tempat ia menempuh pendidikannya.

"Kek, Gita berangkat dulu" Pamit Anggita.

"Hati-hati dan sampai jumpa. Belajar yang giat dan berbakti kepada orang yang lebih tua" Nasehat sang kakek.

"Iya, kek"

Tap...
Tap...
Tap...
Tap...
Tap...

Terdengar suara langkah kaki milik Anggita meskipun Anggita memiliki tubuh yang kecil tapi, ia memiliki kaki jenjang yang sangat tinggi.

"Hai" Sapa seorang perempuan berambut hitam dengan di kuncir ekor kuda.

"Hai" Sapa balik Anggita.

"Namamu Anggita bukan,?" Tanyanya.

"iya" Ucapnya agak gugup.

"Dan kamu... "

"Ah... Perkenalkan namaku Amelia panggil saja Amel"

.
.
.
.
.

Universitas Praseta
Jurusan Sastra

Anggita dan Amel sekarang berada di kelasnya dan seakan menatap hormat kepadanya.

Bukannya ia kepedean akan tetapi, ia merasa semua orang di kelas ini memperhatikannya.

"Amel" Bisik Gita pelan.

"Ya?" Tanyanya.

"Tidakkah kau merasa bahwa semua orang yang ada di kelas ini memperhatikan kita" Tanyanya dengan nada berbisik.

"Benarkah? " Tanyanya.

Anggita hanya mengganguk sebagai jawaban.

Sedangkan tanpa diketahui oleh Anggita bahwa Amel mendelik ke arah mereka seolah berkata 'Jangan-menatap-dia-begitu' lewat tatapan matanya.

Together Forever You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang