Percakapan Sederhana

33 3 0
                                    

      "Jauh sebelum aku bertemu denganmu, aku telah mengenalmu dalam doaku,didalam mimpiku"

Tidak seperti biasanya, kali ini aku berangkat pagi. Dikelas, baru ada si kutu buku Mirna dan si cupu berkacamata Didit. Memanglah kelasku sangat beragam. Aku berjalan ke taman karena bosan dikelas sangatlah sepi, hanya ada dua orang yang sama sekali tidak membuka suara, mereka malah asyik membaca buku sendiri-sendiri. Saat aku ditaman aku melihatnya, dia Wildan Adijaya. Aku memberanikan diri untuk mendekatinya, karena jujur, aku penasaran denganya.
"Hai sendirian aja?"
"Hmm."  Jawabnya ketus.
"Kamu ngapain disini?"
"Aku sering kok kesini, ini tempat favorit aku." Jawabnya mulai angkat bicara.
"Ini kan taman biasa? Kenapa kamu bisa suka?"
"Ini memang taman biasa tapi taman ini memiliki banyak kenangan, buktinya nih sekarang, taman ini tempat pertama kali kita bertemu." Katanya lalu melenggang pergi masuk kelas.
"Eh tapi aku belum selesai ngomong." Teriakku yang hanya ia balas dengan senyuman. Hari ini aku merasa lebih senang, entah mengapa.
                              ...
Aku berjalan melewati koridor kelas XI menuju kelas, karena ku rasa sudah banyak teman-teman lain yang datang. Aku berjalan dengan langkah mantab penuh kebahagiaan.

"Heh syil, lo dari mana sih, tumben berangkat pagi."
"Ih lo tu ya, gua berangkat telat sewot gua berangkat pagi ngomen, mau lo tuh apa sih ra? Tapi karena gua lagi seneng, gua ngak akan marah ama lo." Kataku sambil berjalan setengah lari menuju tempat duduk dengan senyum mengembang.
                              ...
Pelajaran hari ini telah usai, hari ini aku tidak langsung pulang, aku mengajak Tiara dan Andini ke toko buku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah.
"Lu mau beli buku apa syil?" Tanya Andini.
"Gatau gua cuma mau cuci mata aja."
Aku memang tidak berniat untuk membeli buku.
"Eh ni bagus kayaknya" Kata Andini sambil berlari mengambil buku di rak sebelah.
"Serah lo deh din." Ketus Tiara.
"Banyak nih buku-buku baru, lu mau beli yang mana syil?" Tanya Andini.
" Yang iki kali ya? Atau ituu, aku bingung nih." Pertanyaan yang Andini berikan kepadaku malah dijawab Tiara.
Setelah memilih beberapa buku, kami segera menuju kasir,membayarnya dan segera pulang.
"Eh lu pada tau anak kelas sebelah nggak? Laki-laki yang namanya Wildan itu?" Tanyaku
" Bentar, oh yang orangnya agak judes itu?" Jawab Andini yang kubalas dengan anggukan kepala.
"Emangnya kenapa syil? Lu naksir?" Goda Tiara yang di iringi tawa yang cukup keras, apalagi lagi di dalam mobil.
"Enggak lah, gua cuma penasaran aja, dia tu sering banget muncul di mimpi gua, padahal ke aja kagak gua." Seketika itu Tiara dan Andini menoleh kepadaku.
"Beneran? Jodoh kali ya" Celetuk Andini.
"Iyalah, ngapain gua bohong."
                             ...
Kurebahkan badanku di kasur kamar.
Drrrrtt... drrrtt.... Langsung ku ambil benda pipih sumber getaran.
087765869XXX : haiiii syilaaa
Syila : maaf, salah sambung kali
087765869XXX : ya ampun syila, ini guaa, Roy gans.
Syila : ih gans apapan, kakak dapet nomerku dari siapa?
087765869XXX : adadehhhh, itu gapenting.
                      (Read)
087765869XXX : lagi apa nih?
Syila : tiduran aja, barbaru pulang.
087765869XXX : darimana?
Syila : toko buku
087765869XXX : kapan-kapan ajak aku dong ke toko buku, pilihin novel yang bagus, yah?
Syila : ya
087765869XXX : beneran lhoh. Jangan lupa save nomerku.
                        (Read)
Aku meletakkan benda pipih itu dengan kasar. Aku sangat lelah. Aku berdiam diri beberapa menit, kamudian aku meraih benda pipih itu kembali. Ada banyak notofikasi disana. Terlihat dari layar utama.
Andiniekampret : eh syil, laper gua
Kak Roy : tidur syil?
TiaraKutuKuda : vidcall yuk, gabut gua
Grub gakjelas : halooo teman teman ku semuaaaa
X MIPA 8 : share jawaban kimia dunggsz..
Ku acuhkan itu semua, aku langsung membuka icon merah bertuliskan instagram.
Ku tuliskan namanya "Wildan Adijaya" Di kolom search. Setelah beberapa kali melihat akun dengan nama itu satu persatu, aku menemukannya. Ku buka satu persatu fotonya dengan teliti, tanganku terhenti ketika melihat sebuah foto, dalam foto itu terlihat kebahaiaan yang terpancar dari senyumnya, dia tampak tampan, berwibawa sekali. Foto itu, pernah ada dalam satu dari beribu mimpiku tentangnya.
085453124XXX : hai, kamu ngebet pengen punya nomorku  kan?
Aku langsung menekan notif wattsapp dibagian atas layar  tersebut.
Syila : siapa nih? GR amat?
085453124XXX : lu gak tau gua siapa? Jangan sok bego lo🐱
Syila : kagak tau beneran gua, sape sih lu🐽
085453124XXX : Wildan Adijaya
Syila : apa-apaan😳 (read)

Gua seneng banget, walaupun pesan terakhir cuma di read. Gua tau kalo dia tu judes banget.
                                ...
  Dia adalah alasanku datang kesekolah pagi, alasan aku duduki taman setiap hari, alasan ku bersemangat kesekolah.

Hari ini, aku tidak melihatnya duduk ditaman seperti biasanya. Aku berjalan menuju bangku taman sekolah.
"Hai" Suara itu membuatku reflek menoleh
"Eh kak Roy, ada apa kak?" Kak Roy hanya menjawab dengan senyuman sambil menarik tanganku menuju bangku taman untuk duduk disana.
"Ngapain lu berdiri disana? Nungguin gua ya?"
"Ya enggaklah,emang lu siapa?"
"Halah jangan boong. Nanti pulsek ikut gua ya?jangan tanya mau kemana, pokoknya ntar pulang sekolah tuunggu dikelasmu."
"Og.."
"Gaboleh nolak." Kata kak Roy yang langsung melenggang pergi.
Aku bangkit dari bangku taman. Hari ini aku tidak melihat dia, dia yang sangat ingin ku temui, dia yang membuatku penasaran.

"Lu kok tiap pagi ngelayap sih?" Tanya Andini
"Bukan urusan lo"
"Judes amat lo ma temen sendiri," Sahut Tiara
Kali ini aku malas menghadapi mereka, mereka mengomel-ngomel gak jelas. Aku segera meletakkan tas di bangku tempatku duduk. Ku letakkan kepalaku di atas lipatan kedua tangan. Kamu yang dulu selalu hadir, kamu yang dulu sering kulihat kini tiada lagi, entah kemana, hanya ada dalam sekelebat mimpi.
                             ...
Hari berganti hari, setiap pagi aku selalu berada di bangku taman, tak peduli walau banyak tugas yang belum ku kerjakan. Kamu tak ada lagi disini,entah kenapa. Hanya Kak Roy yang rajin menemaniku, walau aku tak terlalu suka dengan kehadiranya. Itu dulu, sekarang aku sudah terbiasa dengan ayang yang terjadi nyatanya. Kak Roy lah yang selalu ada untukku, dia yang selalu menemaniku.

Kak Roy : "tidur sana!"
Syila : "belum ngantuk kak"
Kak Roy : "mikirin aku yak?"
Syila: "kurang kerjaan banget:v"
Kak Roy: "aku tu dari tadi mikirin kamu, masak kamu enggak? Poteq abang dek."
Syila:"jijique, wkwkwk."
Kak Roy: "aku bisa melihat tawamu, walapun aku jauh disini, ku kirimkan senandungku disamping kedua telingamu."
Syila: "kakak ada2 aja deh."

Itulah seper seratus chatku dengan Kak Roy, dia telah bisa membuatku tertawa, meninggalkan semua lenanganku tentang dia, dia yang kini tak pernah kulihat lagi. Dia yang kini jauh dariku. Rasa peduliku telah berkurang unyuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang