Rangga tidak berencana untuk meninggalkan Dilan dalam kondisi seperti itu. Bagaimana mungkin dirinya mau begitu saja melewatkan suatu kesempatan langkah yang sebenarnya, telah dia rencanakan sejak beberapa hari belakangan. Hanya saja, pengusaha itu tiba-tiba memiliki sebuah ide yang cukup cemerlang — sebuah ide yang sayangnya harus membuatnya meninggalkan Dilan untuk sementara.
Beberapa menit saja. Lima menit paling lama. Karena apa yang ia butuhkan kebetulan saja tidak tersedia di dalam kamarnya.
Saat dipanggil Dilan barusan, Rangga memang sengaja untuk tidak mengatakan apapun selain tersenyum. Ekspresi horror suaminya itu terlihat benar-benar lucu. Mungkin sekarang, yang bersangkutan sedang berpikir kenapa Rangga pergi begitu saja.
Rangga penasaran, bagaimana ekspresi wajah Dilan jika ia berpikir bahwa, Rangga mungkin sengaja meninggalkannya karena kejadian di kamar mandi tadi membuatnya kesal. Tapi memang benar. Rangga agak sedikit kesal saat tadi ia tidak mendapatkan shower sex yang ia inginkan. Anggap saja meninggalkan Dilan sebentar tanpa penjelasan adalah pembalasan dendam kecilnya.
Rangga berjalan menuruni tangga rumahnya yang cukup luas. Di bawah tangga ada sebuah ruangan kecil yang difungsikan sebagai gudang mini.
Dengan santai, Rangga membuka pintu gudang dan memulai pencariannya.
#
Dilan berhenti memanggil nama Rangga ketika sosok suaminya itu menghilang dibalik pintu kamar. Dilan kemudian mencoba untuk melepaskan ikatan tangannya ketika ia menyadari satu hal.
Rangga juga menggunakan kemejanya untuk membuat sampul rumit di kedua pergelangan tangannya. Dilan sukses dibuat Rangga tidak dapat berkutik dari posisinya. Ia bahkan tidak bisa menyentuh dirinya, untuk sekedar meredakan gairah yang dibangun dan juga ditinggalkan Rangga.
Laki-laki berusia 27 tahun itu kembali mengerang saat pikirannya berputar pada kejadian beberapa menit yang lalu.
Ini sulit, apalagi saat ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.
Apa dia kesal karena kejadian di kamar mandi tadi? Pikir Dilan. Dalam imajinasinya, Dilan menepuk dahinya. Tentu saja Rangga akan 'membalas dendam' padanya. Dilan merutuki dirinya.
Mencoba mengendalikan hormonnya yang sedang tinggi, Dilan mencoba menarik nafas dan menghembuskannya beberapa kali. Ia berusaha memikirkan hal lain selain sosok suaminya. Buah-buahan, misalnya. Konser band metal di jakarta yang sempat ia datangi empat tahun yang lalu. Rangga—
Dilan kembali mengerang. Bukan ketenangan yang ia dapatkan, melainkan hormonnya yang mulai mengaburkan pandangannya. Suhu kamar yang awalnya dingin, mulai meningkat beberapa derajat. Dilan ditinggalkan namun tubuhnya bereaksi seolah ia dicekoki dengan obat perangsang. Matanya mulai sayu dan pelipisnya mulai mengeluarkan butiran keringat.
Deru nafasnya mulai memberat dan jantungnya mulai berdegup kencang. Ia terlalu bergairah sekarang hingga kedatangan kembali suaminya ke dalam kamar sudah tidak ia sadari.
#
Rangga berpikir bahwa mungkin saat ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar, ia pasti akan disambut tatapan tajam Dilan. Ia berpikir bahwa Dilan akan menceramahinya karena tega meninggalkannya dalam posisi seperti tadi.
Namun, bukan begitu kenyataan yang menyapanya saat ia melangkah memasuki kamarnya dan Dilan. Bukan suara omelan yang ditangkap telinganya, melainkan suara nafas Dilan yang begitu berat.
Pemandangan yang diterima kedua matanya membuat Rangga pun bereaksi. Ia baru saja menyadari bahwa setelah mandi tadi, ia bahkan tidak sempat untuk memakai dalaman. Rangga hanya tertutupi oleh selembar handuk putih sekarang dan dia bersyukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Mengapa-(#1. Dilan tidak pernah Bekerja)
General Fiction(SMUT WARNING) "Karena saya tidak ingin kamu bekerja. Saya berjanji untuk menafkahi kamu, wajar jika saya hanya ingin menepatinya" Dilan mengangkat sebelah alisnya. Kalimat-kalimat tadi memang meluncur bebas dari mulut Rangga. Namun Dilan sudah meng...