Mawar Merah

37 7 4
                                    

Sudah berapa kali aku katakana. Aku tidak suka bunga ini, jangan berikan bunga mawar ini padaku lagi. Mengapa kau bersih keras terus memberiku bunga setiap seminggu sekali di pagi hari, dan menganggu tidur nyenyakku di hari libur. Lihat bungamu hanya memenuhi guci bunga milikku. Tidak usah beri aku mawar lagi. Aku tidak akan menyentuhnya, segera engkau taruh sendiri di guci bunga miikku yang sudah kuletakkan di ruang tengah sana.

Lelaki itu lantas pergi ke ruang tengah dan meletakkan bunga mawar itu di guci yang berada di sana. Dan dia duduk dengan santainya. Wanita itu lantas menghampirinya. Ayolah… nama kamu mawar, tidak mungkin engkau tidak suka bunga mawar. Hei! Namaku memang mawar dan itu pemberian dari orang tuaku dari ibuku yang cantik. Kau lebih cantik kata pemuda itu memotong apa yang ingin disampaikan gadis itu, jadi ibukulah yang menyukainya. Tapi ibumu tidak salah memberikan nama itu untukkmu. Memang tidak salah kata gadis itu. Hanya saja aku tidak menyukai mawar lagi. Setelah kudengar cerita ibuku yang disampaikan sewaktu usiaku 19 tahun.

Pemuda itu mendekati mawar, ia dengan siap siaga ingin memeluk mawar dan mau menciumnya. Tidak! Mawar menjauhi pria itu dan mendorongnya, jangan kau berani menyentuhku, bentaknya. Mawar ayolah kata pemuda itu. Kau sudah dewasa sekarang dan kita telah bersama selama 5 tahun. Aku sudah sangat sabar selama ini tidak menyentuhmu. Dan seminggu sekali aku pasti datang ke tempatmu, membawakan mawar milikmu. Setelah kudengar serita itu tentang mawar abadi. Lihat saja mawar itu tidak layu, dan tidak akan mati, akan masih segar. Itulah yang kudengar cerita dari ibuku. Kau belum tahu pasti tino.

Baiklah mawar, ceritakan selengkapnya padaku. Aku bahkan rela menusuk 7 kali jari manisku dan meneteskan 7 tetesan darah ke bunga mawar yang akan kuambil. Aku berdoa pada leluhur dahulu untuk memberiku izin memetiknya di tengah hutan lalu aku menghampirimu ke pinggir hutan rimba ini.

Ibuku adalah generasi ke 6 dari keturunan bunga abadi. Dan akulah yang terakhir yang ke 7, mereka semua berharap padaku. Kami yang diciptakan sebatang mawar, berubah wujud menjadi manusia setelah melalui proses panjang dan meminta pada nenek moyang. Ibu bisa jadi manusia dan juga keturunan sebelumnya. Mereka akan menemukan cinta sejatinya, setelah memiliki cinta sejati yaitu laki-laki murni dan tidak ternodai, serta menyetujui syarat tertentu. Ialah anak pertama mereka pasti perempuan dengan rupa yang sempurna, serta diberi nama mawar, apa saja nama mereka, tambahkan maawar. Seperti namaku dewi mawar lestari, dan semua panggilan memang mawar. Lantas saat usia putri mereka genap 20 tahun. Air mata gadis itu menetes tiba-tiba. Pemuda itu ingin menghapus air matanya. Mawar duduk semakin menjauh, kau sudah katakana jangan menyentuhku. Ini sumpah dan larangan. Jika kau mencintaiku dengan tulus, mari kita selesaikan masalah ini.

Aku terheran mengapa engkau menangis, kata pemuda itu pada mawar. Karena setelah itu aku sendiri. Setelah usia putri pertama mereka genap 20 tahun. Maka suami mereka akan mati. Mereka sudah mengetahui itu karena keterbukaan jauh-jauh hari sudah dikatakan kedua belah pihak. Dan itu orang pilihan yang memang benar-benar mencintai mereka. Tepat saat usiaku 20 tahun, mereka berkata akan pergi jalan-jalan berdua ke hutan. Tak lama setelah itu suami mereka pun mati. Sang istri mengubur sang suami. Karena cintanya juga pada suaminya maka ia kembali ke wujudnya semula menjadi tumbuhan mawar yang menumbuhi gundukan tanah makam suaminya.

Untuk itu ibuku menceritakan hal itu padaku saat aku berusia 19 tahun, dan genap usiaku 20 mereka juga melakukan hal yang sama sebelumnya. Seperti tradisi mereka. Untuk itu kau tidak boleh menyentuhku sebelum kita benar-benar menikah, mengikat janji dan sumpah bersama. Karena yang kau tahu hanya bunga abadi wujud keturunan mawar. Pemuda itu kini tahu dan memahaminya.

Bagaimana bisa aku menyukai mawar setelah mendengar cerita itu dari ibuku. Jauh sebelum mengetahui cerita itu, akulah pencinta bunga mawar. Bunga itu menghiasi rumah ini, tanaman itu, dan aku sesekali ke tengah hutan menemui mereka. Setelah itu semua mawar kubabat habis, kubuang, hanya yang tersisa di hutan rimba wujud keturunan kami.

Maaf aku cerita sedikit terlambat dan lama sekali aku menyampaikan ini padamu kata mawar kepada pemuda itu. Aku kesal karena setiap minggu kau memberiku bunga mawar. Itu hanya membuatku sedih mengingat keluargaku, ibu, ayah dan juga keturunan mawar lainnya. Jadi aku terpaksa cerita sekarang dan kuharap engkau memakluminya. Padahal aku pun menunggu menyampaikannya dua tahun lagi kata mawar kepada pemuda itu.

Aku percaya kau benar-benar mencintaiku. Karena aku pun sangat mencintaimu. Engkau lelaki pilihan pelengkap segala deritaku dan pelengkap keturunan kami. Aku pun menunggu saat-saat itu. Karena telah mengetahui ceritaku lebih awal, maka bersiap-siaplah. Mawar tersenyum lalu berkata dan jangan lupa kau tidak boleh menyentuhku lagi. Kecuali saat kita sudah menikah dan mengucap janji suci.

Mari kita menikah, kata pemuda itu. Tidak segampang itu kata gadis itu. Kita harus memecahkan tradisi itu, karena aku pelengkap mereka. Aku keturunan ke 7 dan ibuku telah mengajarinya padaku. Kita masih 5 tahun bersama. Jika kau bisa menunggu 2 tahun lagi, maka kita lakukan ritual itu nantinya. Baiklah mawar 2 tahun bukan waktu yang lama, 20 tahun pun akan kutunggu, karena kecantikanmu telah memelet aku. Dan kau tidak menua di usiamu yang sudah kepala 3, tapi kau masih tampak seorang gadis. 2 tahun kita akan menjalani ritual itu nantinya. Aku akan menunggu. Aku bersumpah! Aku tidak akan memberimu mawar lagi setiap aku datang ke sini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mawar MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang