Selamat sore^^
Ada yang rindu akuuu?
Jarang buka wattpad menjelang UN huweeeee😭Semoga kalian puas dengan chapter ini ❤❤
***
Kim Junghee, ibu Jongin, terbangun saat mendengar ketukan di pintu rumahnya. Duduk sejenak di pinggir ranjang untuk mengumpulkan kesadarannya, wanita itu berpikir siapa kiranya yang bertamu pada pukul sebelas malam?
Wanita itu membuka pintu dan tertawa kecil melihat Jongdae dan Mingyu berdiri disana dengan wajah kusut.
"Mencari Jongin?" tanyanya. "Dasar anak-anak nakal! Masuklah, akan ibu panggilkan," suruh wanita itu lembut.
Tidak, wanita itu tidak kesal karena kedua lelaki muda dihadapannya yang berkeras mengajak putranya ke pesta. Junghee sudah terlalu mengenal mereka untuk berpikiran buruk mengenai keduanya.
Jongdae dulunya adalah tetangga mereka, lelaki muda itu yang ada bersama Jongin saat masa kecilnya. Sampai ketika dia berusia 12 tahun dan Jongin menginjak 10 tahun, dia harus pindah rumah. Bisa dikatakan Jongdae justru putra pertamanya.
Sementara Mingyu, putra pebisnis Korea, junior Jongin saat Sekolah Menengah. Setahun setelah kepindahan Jongdae, keluarga Mingyu menempati rumah besar di depan rumah Jongin. Yang kemudian harus meninggalkan rumah itu tiga tahun setelahnya untuk tinggal di pusat kota.
Meskipun keduanya sudah tidak lagi tinggal di sekitar Jongin. Tapi mereka masih sering datang, entah hanya untuk merecoki Jongin atau untuk minta makan.
"Ibu, kami minta maaf," Jongdae berbicara seraya masuk ke dalam rumah.
"Tidak masalah sayang, lagipula ibu tahu, pasti bayi beruang itu kan yang merengek pada kalian?"
"Tidak ibu, Jongin—sebenarnya dia—dia—"
Perkataan Jongdae dipotong oleh Junghee yang bertanya, "Jongin kenapa, sayang?"
"Dia hilang, bu," sahut Mingyu. Membuat Jongdae diam-diam menarik nafas karena tidak harus mengatakan kebenarannya.
Diluar dugaan, Junghee justru tertawa, "Sayangku, Jongin masih ada di kamarnya. Dia mungkin sedang tidur, jika kalian khawatir karena dia tidak menjawab panggilan kalian."
"Tidak, ibu. Jongin sudah menemui kami tadi," kata Jongdae lemah.
Saat itu juga, senyuman Junghee menghilang, "Apa? Kapan?"
"Sebenarnya, dia—"
"Duduklah dulu," Junghee mengelus lembut bahu Jongdae yang tegang, membawa lelaki muda itu duduk. "Tidak apa sayang, bicara pada ibu."
Dan kelembutan serta pengertian dari orangtua tunggal Jongin itu telah menohok Jongdae dan Mingyu.
"Maafkan aku, ibu," Mingyu menggenggam erat satu tangan Junghee.
"Ssshhh," Junghee melepaskan tangannya lalu merangkul pundak lelaki muda itu. "Tenanglah, ceritakan pada ibu, nde."
Lalu mengalirlah cerita dari bibir Mingyu, yang kemudian di akhirinya dengan genggaman yang menguat di tangan Junghee serta permintaan maaf.
"Kalian yakin Jongin tidak sedang mengerjai kalian?" tanya wanita itu.
"Tidak ibu, aku melihat mobil yang membawa Jongin pergi. Saat pemilik mobil membawa seseorang yang tampaknya pingsan itu, aku tidak berpikir kalau dia Jongin. Karena pakaian Jongin abu-abu, sementara orang itu memakai all black. Tapi saat aku kembali ke mobil, Jongin tidak ada, dan aku baru sadar dia memakai hoodie-ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stockholm Syndrome (OSH X KJI)
Proză scurtăStockholm Syndrome : Sebuah kondisi dimana seorang sandera justru jatuh hati dan tidak ingin meninggalkan sang penculik. Stockholm Syndrome, Telah menyerang Kim Jongin. Membuatnya jatuh ke dalam lubang pesona milik Oh Sehun.