Keringat bercucuran seiring langkah kaki melaju. Menapakkan pada jalan aspal berdebu dengan langkah seribu dan napas menderu.
Berkali kali Sesil melirik jam tangan mungil di pergelangan tangannya untuk memastikan berapa lama dia telah terlambat.
Berkali kali juga dia mengumpati kakaknya yang dengan tega meninggalkan berangkat sekolah duluan. Sedangkan kedua orang tuanya berada di luar kota.
Sedangkat tadi pagi dia kesiangan. Sialnya lagi angkot yang dia naiki mengalami bocor ban.
"Tidak bisakah lebih buruk dari ini di hari pertama gue masuk sekolah?" umpat Sesil.
Sesil terus mempercepat laju kakinya yang mulai melemas sambil menyeka keringat yang membanjiri tubuh gadis cantik ini. Berkali kali Sesil menghapus keringat di dahinya secara kasar dengan punggung tangan. Namun, keringat itu memaksa untuk tetap mengalir di dahi Sesil.
Senyum kecil terukir manis di wajah Sesil ketika melihat besi yang berjajar rapi mengelilingi gedung di dalamnya telah di depan mata.
Gerbang tua besar berwarna coklat yang sedikit memudar itu berdiri menjulang tinggi dengan gagahnya. Dapat dipastikan oleh Sesil bahwa tidak akan ada yang berani bolos sekolah jika jalan keluar satu satunya adalah besi tinggi nan runcing di depan Sesil.
Gerbang dengan bertuliskan 'SMA BRAWIJAYA' yang terpampang di atasnya kini berada di hadapan Sesil. Sayang seribu sayang. Gerbang itu telah tutup rapat terkunci dan satpam tidak ada di pos jaga.
"Sial. Gue salah ternyata jadi lebih buruk,"
-🍃🍃🍃-
"Ah... Bagaimana caranya gue masuk?" Sesil mengacak rambutnya yang dikucir kuda berwarna hitam kecoklatan dengan frustasi. Dia berjalan seperti bolak balik di depan gerbang besar coklat itu.
"Berpikir Sil! Ayo berpikir!" Ucap Sesil pada diri sendiri.
"Akhem..." suara deheman dari dalam gerbang membuat Sesil berhenti mondar mandir dan menatap sang pemilik suara.
"Kenapa lo jalan kaya setlikaan baju di depan gerbang dari tadi? Ngomong sendiri lagi? Masih waras kan?" tanya cowok di dalam gerbang membuat mata hitam sipit Sesil melotot-semencoba apapun mata sipit melotot pasti tetep sipit aja-
"Enak aja dikatain gila. Alhamdulilah nih ya gue masih sehat wal afiyat sehat sentosa aman bahagia. Dan nggak perlu dokter bisa sehat dengan sendirinya." cerocos Sesil tanpa jeda.
Orang yang berdialog dengan Sesil malah terkikik geli mendengar jawaban Sesil.
"Kok ketawa sih? Lucu?" tanya Sesil sewot.
"Nggak. Ekhem..." cowok itu mengakhiri tawa kecilnya dengan berdehem. "Lo... Telat?" tanyanya.
Mendengar pertanyaan itu Sesil memicingkan matanya dan berkata, "ada pertanyaan yang lebih bermutu nggak?"
"Ada. Tunggu aja pelajaran dari guru, nanti juga dikasih pertanyaan yang berkualitas. Itu pun terjadi kalo lo bisa masuk," ucap cowok tersebut dengan smirk mengesalkan.
"Kenapa sih lo terus yang muncul. Dan kalo ada lo bawaanya sial mulu. Firasat gue jadi nggak baik nih,"
"Oh ya? Gue bukan pembawa sial lagi," ucapnya sembari melenggang pergi meninggalkan Sesil yang masih di luar gerbang.
"Hei... Kok pergi? Bukain dulu gerbangnya!" teriak Sesil memanggil cowok yang mulai menjauh darinya.
Cowok itu tersenyum lalu berjalan mendekati Sesil. Sesil sudah tersenyum cerah merasa dapat mengikuti upacara bendera pertamanya.
Cowok itu mendekatkan kepalanya ke gerbang dan berbisik pada Sesil, "lo nggak boleh masuk," dia menekan setiap perkataannya.
Wajah cerah Sesil seketika berubah masam. "What? Why?" mata hitam sipit Sesil membulat dan memelototi mata coklat elang cowok di depannya, membuat cowok di depannya tersenyum. Lagi, "kok gitu sih? Ayolah semua udah berbaris rapi tuh," Sesil menunjuk barisan siswa yang akan upacara bendera, eh salah upacara udah dimulai.
"Itu tahu siapa suruh telat? Udah ah, gue mau berbaris rapi seperti yang lo bilang tadi," cowok tersebut tersenyum mengejek.
"Dasar nyebelin! Ketua Osis nyebelin!" teriak Sesil.
"Thanks." dasar cowok gila dia pikir itu pujian apa? "Berhubung gue baik, gue bolehin lo masuk tapi ada syaratnya," senyum licik cowok ini.
"Apa?" Sesil memutar bola matanya jengah.
"Nanti, istirahat lo kekantin bareng gue. Gimana?" senyumnya berubah menjadi senyum jahil.
"Apa apaan kek gitu? Ada ya aturan kayak gitu? Yang ada nih ya, disuruh keliling lapangan, hormat bendera, bersihin toilet. Lah ini? Nggak mutu banget."
"Lo milih dihukum seperti itu? Padahal semua cewek ngantri lho buat jalan bareng sama gue."
"Gue? Mau jalan sama lo? Makan bareng lo? Nggak sudi lah ya."
"Haha... Lihat aja nanti!"
"Uh ayolah buruan buka gerbangnya! Keburu selesai upacaranya."
"Siapa nama lo?"
"Malah nanya nama. Lo lupa apa amnesia? Nggak usah sok lupa sama gue deh kak Aldyano Febry Axel ketua Osis SMA Brawijaya paling nyebelin yang pernah ada!" teriak Sesil pada Aldy.
"Lo kenapa sih marah marah mulu ke gue? Biasanya cewek cewek kalo ketemu gue ngomongnya halus lembut, senyum sapa, syok gara gara gue senyumin lah lo?"
"Aish... Halus lembut lo kira seprey bonita? Cepet deh buka gerbangnya kaki gue pegel nih panas lagi."
"Kasih tau dulu nama lo baru gue bukain gerbangnya." Aldy tersenyum dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Oke fix. Nama gue Sesilia Aklara Erin. Double 'L' di bagian Sesillia. Puas?" merasa tak ada pilihan Sesil menurut saja.
"Okey." ucap Aldy singkat, padat, dan jelas.
"Sekarang buka gerbangnya!"
"Gue bilang nanti dan gue nggak janji ya?"
"Hah? Dasar lo yha. Nyesel gue minta tolong lo, buang energi aja." Sesil benar benar naik darah, wajahnya merah padam.
"Siapa suruh minta tolong?" mengendikkan bahu.
"Kurang puas ngerjain gue waktu Mos heh?" Sesil sudah pada level berapalah tuh marahnya sampe mukanya merah banget.
"Dan waktu Mos?" ucap Aldy dan mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
#Sory kalo gaje dan banyak typonya. Masih belajar, namlir baca ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Love You
Teen FictionHIATUS Sesillia Aklara Erin, Cewek cantik kelas x yang selalu ramah pada semua orang. Kecuali satu, makhluk menyebalkan bernama Aldy. ~🍃~ Aldyano Febry Axel, Ketua Osis SMK Brawijaya yang gantengnya luar bisa, prestasinya l...