Prolog

127 30 32
                                    

Dengan wajah cerah dan senyum manis yang menampakkan lesung di kedua pipinya, Aldy keluar dari dalam mobil Jeepnya dan berjalan di pelataran rumah seseorang.

Aldy heran karena ada mobil lain terparkir di halaman ini. Tapi dia tidak mau ambil pusing karena ini hari istimewa baginya.

Setibanya di depan pintu, Aldy menarik napas dalam dalam dan menghembuskannya pelan.

Aldy memandang bunga mawar yang terletak manis di tangannya dengan senyum yang terukir di wajah ovalnya.

Tanpa mengetuk pintu, Aldy langsung membuka pintu dari kayu jati berwarna coklat tua yang terdapat ukiran bunga mawar itu.

Setelah melangkahkan kaki kananya, Aldy disambut dengan suara candaan dari dalam rumah itu.

Hati Aldy terasa was was. Aldy mengikuti asal suara itu yang ternyata di ruang keluarga.

Setibanya di ruangan suara itu berasal. Aldy, terdiam mematung. Hatinya bergejolak menahan amarah.

Mata coklat elangnya memerah. Pandangannya hanya menatap ke satu arah. Aldy meremas kuat bunga yang dibawanya hingga berhamburan seperti hatinya. Bahkan duri mawar yang menusuk telapak tangannya tidak dapat mengalahkan rasa sakit di depan matanya.

"Ternyata mobil lo Rom?" ucap Aldy lirih tapi dapat membuat dua orang yang tengah berpelukan itu melihat ke arahnya. Dua orang di hadapan Aldy terkejut dan saling tatap. Keduanya langsung berdiri.

"Aldy... Kok kamu ada di sini?" tanya si cewek.
Aldy diam membisu.

"Kenapa? Gue pacar lo Rin! Dan gue ke sini buat ngasih lo surprais di hari anniversary kita!" Aldy sangat marah.
"Harusnya gue yang tanya kenapa dia bisa di sini?" Aldy menujuk cowok di samping kekasihnya itu.

"Dy, ini nggak seperti yang kamu bayangin." ucap Airin—kekasih Aldy—lalu berjalan menghampiri Aldy.

"Nggak?" Aldy tersenyum miring. "Cih, munafik lo!" bentak Aldy.

"Dy... Maaf... Ma-maaf ma-maaf-in a-aku..." ucap Airin terbata bata menahan tangis.

"Lepas!!!" Aldy menyentakkan tangan Airin dari lengannya dengan kasar.

"Jangan kasar sama cewek Dy!" Romi.

"Diam lo penghianat!" Aldy menunjuk Romi dengan tatapan tajam.

"Dy... Maaf in ak-aku... Ak-aku nggak bermaksud." tangis Airin pecah, buliran air turun membasahi pipi putihnya.

Dalam hati Aldy tidak rela melihat air itu jatuh dari mata Airin. Aldy ingin menghapus air mata orang yang sangat dia cinta. Namun, sakit yang dia berikan mengalahkan niatnya.

"Hem..." Aldy tersenyum miris. "Selamat Rin, lo udah buat hati gue luka,"

"Dy, ini bukan salah Airin. Lo jangan marah sama dia. Ini salah gue." Romi menunjukkan penyesalan.

"Ini salah gue Dy... Bukan Romi..." Airin

"Bagus banget kalian saling melindungi. Gue terharu tahu..."

"Dy..." ucap Romi lirih.

"Diem lo Rom! Lo... Lo... Lo sahabat gue sendiri. Sahabat gue sendiri Rom. Kita sahabat. Lo sahabat gue dari jaman berebut mainan. Lo udah gue anggep saudara sendiri Rom. Dan lo tega nikam gue dari belakang?!" Aldy mengacak rambutnya frustasi.

"Dy... Gue tahu gue salah. Maaf Dy..." ucap Romi lagi.

"Maaf? Maaf aja nggak bisa buat nebus semua Rom. Lo nggak bisa ngerubah waktu. Meski gue maafin kalian berdua sekalipun, gue nggak akan bisa bersikap seperti sebelum ini terjadi." mata Aldy terlihat menahan keinginannya untuk memukul Romi.

"Aldy-" belum selesai Romi bicara, Aldy langsung memotongnya.

"Selamat ya Rom, lo berhasil ngelukai kepercayaan gue. Selamat lo udah buat hati gue sakit. Selamat lo udah ngelukai persahabatan kita. Gue harap lo berdua bisa bahagia sampe tua nanti."Aldy melangkahkan kakinya yang terasa nggak sanggup buat berjalan lagi dari ruangan yang menjadi saksi kepedihan hati Aldy, tanpa menghiraukan raungan tangis Airin dan panggilan Romi.

Ohayo minna... Ini revisi dari When I Love You yang udah aku hapus sebelumya. Jangan lupa vote dan komen ya :)

When I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang