Jam sudah menunjukkan jam 6 sore namun dimas masih asyik di rumah okta membantu emak yani menyiapkan bahan-bahan untuk jualan besok
"Kamu gak balik mas ?"
"Ah bentar lagi mak, nanggung nih" dimas berbicara sambil mengiris wortel serong
"Balik gih dim udah malem ntar bokap lo marah nyahok lo gak dapet uang saku"
"Minta bang leonlah gak usah di bikin susah" ucapnya masih fokus mengiris wortel
"Udah sini biar ibu terusin, okta kami antar dimas gih" mak yani langsung mengambil alih pisau dari tangan dimas.
"Yah mak tinggal dikit juga" dimas masih tidak rela melepas pisaunya
"Kamu nanti selesai motong juga pasti ada alesan lagi 'sekalian mak kubisnya' mak udah paham" ucap mak yani menirukan logat dimas
"Makan dulu ya mak hehehe" dimas langsung nylonong ambil piring
"Ya udah okta kamu temenin makan gih"
"Siap mak"
Saat dimas membuka tutup sajinya di situ terlihat balado ikan cuek 4biji, dadar telur 1, sambal yang masih di cobek.
Dimas tersenyum setidaknya keluarga okta selalu menyiapkan makan untuknya juga padahal dia tau mak yani sangat kesulitan ekonomi. Hasil jual nasi uduk habis untuk biaya sewa rumah dan penghasilan ojek babe ojan habis untuk keperluan sehari-hari juga sekolah okta."Mak telurnya buat aku ya" teriak dimas
"Iya" ucap mak yani tersenyum tulus
"Dim lo makan sambel banyak bener ntar mules loh"
"Urusan nanti itu. Udah yok makan laper gue" dimas langsung duduk lesehan di karpet ruang tengah
"Enak dim ?"
"Hmmm mak nyos hahahaha" dimas terawa sampai memyemburkan nasinya ke lengan okta
"Ih jorok lo dim" okta langsung mengibas-ngibaskan lengannya
"Hahahaha sorry sorry"
Drettt..drettt
Ponsel dimas bergetar"Ya pak ?"
"Den dimas dimana ? Papanya nyariin den"
"Biasa pak rumah okta. Kesini aja ya"
"Syukur deh ini bapak juga lagi ke arah sana den"
"Oke pak. O iya nanti saya kirim sms ke bapak langsung di baca ya"
"O siap den"
Tut...
"Pak asep dim ?" Tanya okta
"Hm" ucap saka yg masih fokus mengetik di ponselnya
Pak tolong beliin telur 1kg, bihun 4bungkus, beras 1 di indoapril
Send"Yok makan lagi"
Mereka selesai makan dan dimas mencuci piringnya lalu pamit ke mak yani
"Mak, dimas mau ke depan ya. Pak asep tadi katanya udah arah kesini"
"O ya udah ayok emak anter sekalian ke depan" mak yani berjalan mengikuti dimas ke depan rumah. Okta tengah duduk di emperan rumahnya sambil mengerjakan PR tadi siang
"Woy"
"Kutu. Ye ngagetin lo" okta menggeplak kepala dimas
"Hahahaha"
Tin..tin
Mobil pak asep berhenti di jalan depan rumah okta lalu pak asep turun membawa 2 bungkus plastik. Berjalan ke arah rumah okta lalu mengganggukkan kepala kepada mak yani dan menaruhkan 2 bungkus plastik tadi ke samping pintu"Apa itu pak ?" Mak yani
"Buat emak. Besuk ajarin dimas lagi bikin nasi uduk ya hehehe" dimas cengingisan sambil merangkul lengan mak yani
"O alah, oke pak bos" mak yani menunjukkan jempolnya lalu mengusap kepala dimas.
"Ya udah mak dimas balik dulu ya. Ta gue balik. Thanks ya"
"Yoi"
Perjalanan menuju rumah dimas, dimas masih diam sambil mendengarkan lagu.
"Den tadi den leon telpon bapak nanyain aden"
"Hah ? Nanya apa pak ?"
"Kenapa telvon aden susah di hubungin gitu"
"O, bentar biar saya telvon"
"Hallo" suara dimas
"KAMU SEHARIAN KEMANA AJA" teriak bang leon. Dimas langsung menjauhkan ponselnya
"Wait, pelan-pelan bang. Duh telingaku tuli ntar"
"Hah" bang leon mendengus kesal
"Kenapa chatt abang gak di balas. Si lampir ngapain kamu hari ini""Emang dimas anak kecil apa takut ama lampir. Berani dia macam-macam udah aku bejek-bejek"
"Abang tau. Tapi kalo dia ngomong yang enggak enggak ke papa tentang kamu. Hayo"
"Hehehe kalo itu dimas gak bisa jawab"
Ya leon tau dimas paling nggak bisa ngebantah atau ngelawan papanya. Pernah suatu kali dimas pulang terlambat dan waktu baru masuk pintu utama dia mendapatkan satu tamparan di pipi kanannya, leon yang baru menuruni tangga langsung berlari menjauhkan papanya dari dimas."Kamu tinggal di apartemen abang aja"
"Lah, ya nggak bisa gitulah bang. Ntar mak lampir bebas jadi bos di sana. Enggak nggak rela aku bang"
"Oke, tapi kalo ada apa-apa kamu langsung hubungi abang. Ngerti ?"
"Iya elah"
"Oke abang tutup"
"Ok....." tut....
"Ye ngomong belum selesai udah di matiin kampret" dimas memandang layar ponselnya kesal. Pak asep tersenyum melihat tingkah majikannya
.
.
.
.
Dimas memasuki rumahnya di sana ia melihat dewi ibu tirinya tengah duduk di depan tv dg kedua kaki ia taruh di atas meja. Mengetahui dimas masuk dia menengokkan kepalanya lalu tersenyum sinis"Napa tuh bibir, kesleo ?" Ucap dimas sambil berjalan menuju kamarnya.
"Untuk papa kamu belum balik. Tau kamu balik sekolah jam segini gimana ya ?"
"Kenapa ? Mau ngadu ? Gak peduli gue" ucap dimas masih sambil berjalan. Terdengar dewi mendengus kesal merasa ancamannya tidak di gubris anak tirinya
Dimas memasuki kamarnya melempar tasnya di kasur lalu membuka bajunya. Kakinya melangkah menuju balkon rumahnya. Bayangan mamanya waktu memeluknya atau bayangan mamanya saat tertawa bersama dirinya juga abangnya terlihat jelas di matanya. Lalu tiba-tiba bayangan itu hilang. Dimas mendengus lalu berbalik menuju kamar mandi. Mungkin mandi sambil keramas bisa mendinginkan otak juga batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Sisi
Teen FictionCerita rumit antara kanya dan dimas. Dimana ibu kandung dimas tiba-tiba menghilang semenjak sidang putusan bercerai orang tuanya di ketuk. Mempunyai kakak laki-laki yang selalu berusaha mencari keberadaan ibu mereka di setiap perjalanan bisnisnya un...