Jennie bangun sedikit lebih awal pagi ini. Pinggangnya sedikit keram karena tidak bisa bergerak bebas. Kehamilannya yang mau memasuki enam bulan itu memang sedikit melelahkan.
Sebenarnya alasan mereka menunda kehamilan sangat jauh dari usia pernikahan mereka karena Jennie yang sempat keguguran saat kuliah dulu, jadinya Jennie sedikit trauma dan memilih untuk menundanya hingga Ia siap dan lulus kuliah tentu saja.
Ngomong-ngomong, keputusan untuk tidak mengetahui jenis kelamin sang jabang bayi memang pilihan Jennie. Jennie bersikeras untuk tidak mengetahui jenis kelamin si jabang bayi. Untuk soal pakaian pun Taeyong dan Jennie memilih pakaian dan tektek bengek sesuatu yang netral.
Taeyong bahkan sempat merengek untuk cek USG, tapi Jennie memiliki segudang akal untuk meluluhkan hati sang suami. Tentu saja, Jennie menangis dan berujung Taeyong yang mengalah.
Dia itu tidak bisa melihat Jennie menangis, ingat?
Jennie turun dari ranjangnya sepelan mungkin, berharap tidak menimbulkan gerakan yang besar untuk membuat sang suami ikut terbangun. Karena semalam Taeyong kan pulang sedikit larut dan kalian tahu? Jennie ngidam ingin dibelikan tteokbokki saat jam 1 malam tadi, alhasil Taeyong keluar untuk mencarinya. Jennie merasa iba pada suaminya itu, walaupun usia kandungannya sedikit menua, tetap saja keinginan untuk ini dan itu masih tetap ada. Mungkin karena ini kehamilan pertamanya, jadi sedikit lebih manja.
Jennie berjalan ke arah dapur, waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, Jennie pikir untuk membuat coklat hangat.
Jennie sedikit kesusahan untuk mengambil dus coklat bubuk yang berada di lemari atas, namun sebuah tangan lain berhasil mengambilnya untuknya.
"Sudah kubilang jika ingin sesuatu itu bilang padaku. Kalau terjadi sesuatu, gimana?" Omel Taeyong dengan mata yang sedikit terpejam.
Jennie nyengir lalu sedikit mengecup pipi kiri Taeyong, "Aku membangunkanmu ya?"
Taeyong memutar bola matanya malas, Ia mengambil coklat bubuk itu dan menyeduhnya, tidak peduli pada tatapan heran sang istri.
"Ini." Jennie mengambil mug yang berisi coklat panas itu.
"Kamu marah?" Tanya Jennie sambil mengikuti Taeyong yang duduk di sofa ruang tengah. Jennie ikut mendudukkan dirinya di sebelah Taeyong.
"Hei, maaf. Aku gak mau bikin kamu capek tau, semalem kan kamu udah nurutin si dedek buat keluar nyari tteokbokki." Ujar Jennie sambil menyesap mug coklat panasnya.
Taeyong tidak menjawab, namun tangannya merengkuh bahu ramping Jennie untuk mendekat dan mulai menyalakan televisi.
Jennie terkekeh kecil, Taeyong itu tsundere, ingat?
✨✨✨
Hari ini hari sabtu, setelah perdebatan kecil dengan suaminya tadi pagi. Jennie dan Taeyong sekarang tengah bersiap untuk pergi ke rumah sakit, menemui Lisa yang katanya sudah melahirkan tadi subuh.
Sepertinya saat Jennie dan Taeyong lovey dovey tadi pagi ya.
"Mark, yakin gak mau ikut?" Tanya Jennie sambil merapihkan rambutnya di depan cermin full body.
Mark masih sibuk dengan ponselnya di kasur milik Jennie dan Taeyong, "Gak ma, lagian pasti disana banyak ibu-ibu."
Taeyong datang, "Terus kamu mau sendirian di rumah?"
"Engga, Mark mau main ke rumah Jaemin aja entar."
Jennie menoleh, "Yasudah, tapi ingat kalau ada apa-apa hubungi mama atau papa ya."
"Siap ndoro!" Jawab Mark sambil nyengir as always.
"Udah?" Tanya Taeyong.
"Udah, ayo!" Jennie menyampirkan tas slempangnya lalu berjalan ke luar diikuti Mark.
"Mama sama papa pergi ya, kamu kalau laper, delivery aja pake atm papa ya." Ujar Taeyong sebelum menutup pintu rumahnya.
"Wes, makasih pa!"
"Eits, jangan dipake buat ke game center atau ke warnet loh ya."
"Sekali doang? Gak boleh, pa?"
"Gak! Kamu mah gak bisa kalo ke warnet atau game center sekali doang."
"Pelit!"
"Bodo."
xoxo,
31-03-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 lee's family [pahmud's sequel]
FanficJennie hamil, Marklee sudah remaja dan Taeyong harus sabar menghadapi tingkah manja anak serta istrinya. Disclaimer; tokoh dalam cerita ini bukan milik saya. Jennie milik YG, Marklee milik SM dan Taeyong milik SM.