H A P P Y R E A D I N G
"Ahjussi! Aku berhasil mendapatkan jeruk ini!!"
Minjoo berteriak kegirangan sambil mengangkat sekantung buah jeruk. Ia menunjukkan jeruk tersebut kepada seorang Paman, yang sudah sebulan lamanya tinggal di rumah ia semenjak kecelakaan hari itu.
"Aigoo, syukurlah.. Kau beli dengan harga berapa Minjoo-ya?"
Minjoo mendudukan dirinya di hadapan Paman tersebut dan membuka bungkusannya. "Aku membelinya dengan harga murah." Ia pun menyodorkan satu jeruk untuk 'Pamannya' itu.
"Hanya 2000 won!"
"Astaga! Murah sekali! Minjoo ini pandai menawar harga juga ya!"
Minjoo pun tersenyum lebar menanggapi perkataan paman tersebut.
Sudah satu bulan lamanya, paman yang Minjoo tak tahu namanya, darimananya, tinggal di rumah Minjoo. Selama ini, yang Minjoo ketahui paman itu adalah paman yang baik. Paman itu kerap kali membantu pekerjaan rumah Minjoo seperti ketika rumahnya bocor karena hujan, paman itu membetuli atap rumah Minjoo yang bocor. Ada lagi kejadian ketika seorang bocah tak sengaja melemparkan bolanya dan membuat kaca rumah Minjoo pecah. Paman tua tersebut juga membantu untuk membenarkan kaca rumah Minjoo. Masih banyak pekerjaan yang lainnya yang paman itu lakukan dengan Minjoo. Mereka menghabiskan waktu mereka bersama, selayaknya Ayah dan anaknya. Dan Minjoo mulai merasa nyaman dengan kehadiran paman tersebut.
.
Baekhyun menepikan mobilnya ke pinggir sungai Han. Ia pun turun dari mobilnya, lalu berjalan ke tepi sungai. Baekhyun diam sambil memandangi langit sore hari.
"Ayah.. ini sudah hari ke 39 semenjak kau hilang.."
Baekhyun, pria itu menundukkan wajahnya, dan tanpa ia sadar, ia sedang menjatuhkan air matanya.
"Ayah.. kau pasti masih hidup kan? Kau pasti masih bernapas di luar sana bukan?"
Kejadian satu bulan lalu cukup menamparnya dengan keras. Telepon itu, ternyata memberi tahu dirinya bahwa Ayahnya mengalami kecelakaan. Mobilnya di temukan menabrak pembatas jalan dan menyusup sampai ke tepi jurang. Hanya Asisten Kim lah yang dinyatakan selamat dari insiden tersebut, namun polisi tidak menemukan tubuh Ayah Baekhyun sama sekali. Polisi berasumsi bahwa tubuh Ayah Baekhyun terpental sampai keluar dan kemungkinan terbesarnya sudah meninggal di bawah jurang tersebut.
"Ayah tak mungkin meninggal bukan?" Baekhyun mencoba untuk menguatkan dirinya. Ia menundukkan tubuhnya, dan bertopang pada lututnya.
"Ayah bilang padaku, kalau Ayah adalah orang yang kuat, kan?"
Baekhyun tak dapat lagi menahan isakannya. Kerap kali ia mengunjungi tempat ini untuk melampiaskan amarahnya, penyesalannya, terhadap apa yang menimpa Ayahnya.
"Maafkan aku, Ayah.. maafkan aku.." Baekhyun berteriak dengan lantang sambil mengeluarkan airmatanya. Selama satu bulan ini, ia hidup penuh dengan penyesalan. Dia ingat selalu mengecewakan Ayahnya. Dia ingat dia selalu menyusahkan Ayahnya. Dia ingat dia selalu bilang kalau Ayahnya membenci dirinya. Padahal, ia tahu, apa yang dilakukan Ayahnya selama ini adalah demi kebaikannya sendiri.
Tapi kenapa, ketika ia menyadari semuanya, Ayahnya sudah tak berada di sampingnya lagi? Kenapa, ketika Baekhyun sadar bahwa dirinya harus merubah sikapnya, ketika Ayahnya sudah tak bisa melihatnya lagi. Baekhyun menyesali semua perbuatannya tersebut.
"Aku belum bisa membuatmu bangga, Ayah.." Baekhyun menundukkan mukanya, lalu terisak di sana, "Tolong kembali, tolong.."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SUN [Baekhyun]
FanfictionYou are like the sun. The sun that rise in every morning. The sun that comes after the dark. Yes, you are just like that. You are the sun that rise on my life.