Awal

215 13 7
                                    


Khanza termenung di dalam kamarnya. Sesekali tangannya terulur mengusap kasar titik-titik bening yang menetes di kedua pipi gadis itu.

Hari ini lelaki yang asing baginya, yang tidak dikenal telah berhasil menjabat tangan ayahnya dan telah sah menjadi suaminya.

Khanza mengutuk. Mengumpat dalam hati, bagaimana bisa ayah dan ibunya mengambil keputusan tanpa bertanya dulu padanya. Lelaki bernama Akthar Al Mufti, yang dia tahu adalah seorang dokter syaraf yang menjadi langganan sang ayah.

Khanza kembali menggugat. Semua berawal dari janji semu yang diberikan Arlan, mantan tunangan Khanza. Laki-laki yang telah dipacari lebih dari dua tahun itu tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa alasan yang jelas, padahal hari pernikahan mereka sudah sangat dekat. Harusnya saat ini Arlanlah yang mengucap kalimat ijab, bukan dia yang tidak ku kenal. Rutuk Khanza dalam hati.

"Assalamualaikum yaa Zawjaty." Khanza masih tetap pada gemingnya saat Akthar mengampiri dan mengucap salam pada gadis itu.

"Nggak usah basa-basi, Gue nggak ngerti Lo ngomong apa," sahut Khanza dengan nada ketus dan enggan menatap Akthar.

Akthar hanya tersenyum simpul mendengar penuturan gadis itu. Dia paham, pasti ini akan sulit dan tidak mudah. Pak Akmal ayah mertuanya telah bercerita semua tentang Khanza. Anak gadisnya yang menginjak usia dua puluh enam tahun, Khanza sedang mengalami cedera hati yang lumayan berat. Bahkan gadis itu pernah tak sadar mengucap sumpah bahwa tidak akan menikah jika bukan dengan Arlan. Orangtua mana yang tidak takut serta kepikiran saat anak gadisnya berubah jadi skeptis terhadap pernikahan. Tak terkecuali pak Akmal dan bu Nania. Mereka sudah tidak mengharapkan Arlan lagi untuk menjadi pendamping Khanza. Lelaki yang tidak amanah dan dengan gampang melupakan janji-janjinya. Mana bisa dipercaya. Dan untuk itu pak Akmal telah memilih seseorang yang tepat untuk Khanza putrinya. Lelaki shalih, yang selalu taat ibadah, tidak pernah meninggalkan kewajiban sebagai muslim dalam keadaan apapun. Akthar Al Mufti, seorang dokter spesialis syaraf yang dikenal pak Akmal beberapa bulan lalu. Akthar yang menginjak usia 34tahun dan kebetulan masih sendiri. Mengejar karir dokter sampai melupakan untuk mencari pendamping hidup. Tak hanya berwajah tampan, namun Akthar juga sangat santun terhadap siapapun.
Pak Akmal sudah dibuat kagum sejak pertama bertemu dengan Akthar, lelaki paruh baya itu sepenuh hati percaya bahwa Akthar, yang akan bisa membimbing Khanza.

Awalnya Akthar tercengang dan tidak.percaya, saat pak Akmal yang juga pasien langganannya  dengan terang-terangan memintanya menikahi Khanza.

Alasan bahwa mantan pacar
Khanza seseorang yang dinilai tidak baik, dan pak Akmal tidak rela jika kelak putri mereka jatuh pada lelaki yang salah andai Arlan kembali lagi. Untuk itu pak Akmal berkeras menjodohkan Khanza dengan Akthar.

Akthar mendekat dan duduk di samping Khanza. Tangan lelaki itu terulur, menyentuh kening Khanza dan membacakan doa kebaikan serta keberkahan. Awalnya Khanza ingin menolak dan menghindar, namun Akthar menahannya. Khanza menurut, sampai Akhtar mengucap kata aamiin.

"Ngapain sih Lo? kurang kerjaan banget." gerutu Khanza usai Akthar mengurai tangannya.

Akthar hanya kembali tersenyum, "Kamu siap-siap ya." ucapnya lagi pada Khanza.

"Siap-siap? emangnya mau kemana?" tanya Khanza dengan sewot.

"Kita salat sunnah pengantin dua rakaat," sahut Akthar. Lelaki itu kini sedang menggelar dua sajadah di samping tempat tidur.

"Males! Lo aja sendiri, Gue capek mau tidur."

Akthar mengembuskan napasnya kasar. Rupanya Khanza sangat keras hati, tidak gampang membujuknya. Tidak apa kalau sekarang kamu menolak kehadiranku Khanza, kita lihat saja seberapa kuat kamu akan tetap menolaknya. gumam Akthar dalam hati.
#######

Assalamualaikum..
Ini cerita pertama Saya, mohon koreksinya.
Vote dan komentnya ya.
Terima kasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bidadari HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang