Bab 1

10.9K 1.1K 177
                                    

"Lo aja yang jawab, Pak Burhan udah jijik liat muka gue." Bisik laki-laki itu pada sahabat disampingnya.

"Kok gue? Dia udah gak percaya lagi sama gue." Sahabatnya itu memicingkan matanya sambil menyenggol bahunya. "Garda aja deh."

"Kok gue? Daftar buku hitam gue di BP udah banyak. Doi liat gue aja gak selera. Elo deh Ta,"

Alta berdecak, menendang kaki kedua sahabatnya dengan geram. Ia memperbaiki letak tali tas hitamnya yang ada di bahunya dengan kasar.

Entah untuk ke berapa kalinya, ketiga remaja itu berurusan dengan guru BP paling galak sekaligus ditakuti di sekolahnya. Umurnya sudah 40 tahunan tetapi kalau dilihat sekilas sudah seperti kakek berumur 50 tahunan.

"Jadi, alasan hari ini?" Pak Burhan bersandar pada tembok, belum sempat anak muridnya menjawab, Pak Burhan melotot. "Kenapa rambut kalian belum dipotong!"

Alta menghela napas. "Tempat pangkasnya tutup, Pak."

"Mau saya pangkas?"

"Engga deng, hehe, gak usah Pak. Nanti kita pangkas tempat langganan kita aja ya." Sahut Garda dengan cepat. Jangan sampai rambutnya kembali di potong dengan gaya aneh oleh Pak Burhan sehingga harus di botak. Tidak untuk kelima kalinya.

"Sekarang jelasin ke saya kenapa kalian terlambat lagi!" Bentak Pak Burhan.

"Dirga telat jemput, Pak!" teriak Alta secara refleks.

"Kok gue?" Dirga mengernyitkan keningnya. "Wah gue di kambing hitam kan." Bisik laki-laki itu dengan nada tidak senang.

"Kebetulan Pak Mamang lagi cuti," kata Pak Burhan sambil menaikkan kacamatanya yang turun di hidungnya. Pria itu terdiam sebentar sambil mengecek handphone­nya.

"Bau-bau jadi babu lagi." Garda mengusap lehernya sambil melirik Alta dan Dirga yang lesu.

"Ngepel aja deh kalian daripada lari, nanti kalau udah jam 9 baru boleh masuk kelas. Izin dulu sama saya, kayak saya bilang iya baru boleh belajar." Kata Pak Burhan dengan cuek kemudian berlalu tanpa berkata apa-apa lagi.

"Kan lo sih!" Alta mendorong bahu Dirga dengan marah. "Kan udah gue bilang nonton bokepnya malam minggu aja!"

"Eh Malih," balas Dirga sambil memajukan wajahnya di depan Alta dengan tatapan tidak terima. "Gue ngerjain power point kelompok gue. Ngapal materi sampe mampus. Bukan nonton bokep. Lagian link yang lo kasih gak bisa dibuka."

"Ah bodo." Alta duduk di dekat tangga sambil membuka kancingnya dan membuka seragamnya. "Masa jadi babu lagi?!"

"Et dah ini sekolah," sahut Garda sambil menggulung lengan seragamnya. "Ini sekolah cocoknya jadi tempat pelatihan calon pembantu rumah tangga."

"Bacot lo semua, ambil pel sama ember."

***

"Jadi tuh gue mau cerita," Garda memelukkan gagang pel sambil menempelkannya pada pipi. Pekerjaannya udah selesai, "Jadi mantan gue ngajak balikan."

"Mantan yang mana?" Alta menoleh sambil memeras seragamnya yang basah, ia mengibaskannya beberapa kali di depan wajah Garda dan Dirga, membuat keduanya refleks menghindar.

"Tau diri ngapa sih? Baju bau ikan busuk malah dengan pedenya di kibas-kibas?" Protes Garda dengan marah.

"Wangi sih, gue suka."

"Kapan lo waras." Sahut Dirga dengan kesal, laki-laki itu menyilangkan kedua kakinya. Lima belas manis lagi bel istirahat akan terdengar dan mereka akan diizinkan masuk.

StargazingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang