BAB 1

2.3K 62 1
                                    

Bismillah kuputuskan untuk merubah akhalaq, sifat, dan penampilanku sebagai menyempurna dalam hijrahku.pagi pun tiba seperti biasa menjalankan rutinitas kegiatan pagi untuk berangkat sekolah.

" Assalamualaikum Bun, my pergi sekolah dulu ya Bun" kataku. " Waalaikumusalam nak, rajinlah belajar jangan nakal loh ya" kata Bunda.

Sesampai sekoalah aku berfikir semua akan baik-baik saja namun, tidak hari ini ternyata tidak sebanding dengan harapanku. Tatapan sinis tertuju padaku saat langakah kaki ini berpijak.

" eh...my hahaha jadi ukthy - ukhty (kata panggilan untuk wanita yang terlihat solehah ) " kata salah satu angotta cabe.

" iyuh...kayak ibu-ibu mukamu lebar bangat ya kalo pake dalaman jilbab" kata Cewe preman kelas.

" Kenapa gak pake cadar sekalian hahah... " kata si nyonya besar di kelas.

Aku hanya diam dan menunduk seakan heran mengapa di zaman sekarang yang berubah lebih baik di hina, cela, di permalukan seperti itu, tapi lihat gaya artis ala Awkarin malah di jadikan panutan hingga gaya bicaranya seakan menjadi Trean di sekolah. Bagi mereka suatu kebanggan bisa nakal karena dapat predikat Anak Hitz atau Body Goals. Pakaian ketat, lipstik, dan hak sepatu sekolah 5 cm menjadi kebanggan mareka. Mungkin, di sekolah mereka dapat gelar yang membanggakan namun beda halnya jika sudah di mata guru atau masyarakat gelar yang menbanggakan bagi mereka akan bernilai negatif di luar sana.

Wajah yang kadang terlihat ceria belum tentu penuh dengan kebahagiaan dan tidak memiliki beban sedikitpun. Justru, di balik itu terdapat luka hati yang tidak ingin di ceritakan oleh banyak orang. Seharian penuh aku hanya bisa duduk menerung seakan-akan hati yang menjadi motivasi untuk tetap istiqomah.
***

Waktu pulang tiba, sulit memang menyembunyikan wajah sedih pada Bunda. Ya malaikat yang dikirm tuhan dalam sosok Bunda di kehidupanku.

" Assalamualikuam " kataku .

" Waalaikumusalam" sahut Bunda.

Setelah salim, kuletakkan tas yang berisi buku pelajaran di sofa ruang tamu dengan wajah yang ingin membendung air mata. Tak kuasa kumengingat ucapan mereka di sekolah, bahkan yang nasrani pun enggan menyapaku lagi.

Saat mataku melirik ke arah kanan ternyata Bunda berdiri di sebelahku sambil terdiam. Ingin rasanya merahasiakan ini namun, dari dulu aku memang sulit berbohong pada Bunda. Sambari nangis tersedu- sedu kuceritakan pengalamanku pagi tadi di sekolah.

" Nak, jangan dengarkan kata mereka. Mereka itu adalah orang-ornag yang di takdirkan allah untuk menguji seberapa sabar dan istiqomah dirimu dalam berHijrah. Jika kamu benar-benar niat insyallah seberapa berat ujianmu akan kamu lewati dengan baik nak. Bunda yakin kamu adalah gadis yang solehah. Kamu sayang Bunda nak ?kata Bunda.

"Tentu Bun, my sayang pada Bunda. My paham ko apa maksud kata-kata Bunda" kataku.

" Bunda minta tolong jika rasa cintamu pada bunda tunjukkan dengan cara istiqomah dalam hijrahmu. Bunda gak minta my buat harus pintar karena pintar bisa di dapat dengan cara terus beljar, bunda gak minta uang karena rezky kita ada dan bunda rasa cukup, bunda juga gak minta my buat berprestasi dan bunda di sanjung orang banyak. Tidak nak !!! Bunda hanya minta Tolong selamatkan Bunda dari siksa kubur. Jika kamu mendapat cacian, bullyan, hinaan, ingat nak. Itu semua hanya ada sepanjang hidup mereka. Urusan akhirat itu urusan kita masing-masing" kata Bunda.

Air mataku terus mengalir seakan-akan kata Bunda adalah sebuah Motivasi bagiku.

TBC

LA - TAHZANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang