02

72 9 4
                                    

Hari ini, hari kedua MOS. Dan Pagi-pagi seperti ini semua peserta MOS dikumpulkan di lapangan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

"Ade?! Sini!." teriak Ica yang melihat ade kebingungan mencari kami.

"Ih, dicariin juga lo."ade memukul manja lengan ica.
"Ko kita di tempat yang banyak cowok cowok sih? Jadi enak. Haha." leluconnya terkadang membuat aku geli. namun, ingin terus tertawa karna melihat tingkahnya.

"Duh, amit amit deh haha. Gatau nih, kata kak Dio disuruh disini." melihat Ica yang merapihkan bajunya, ade dan akupun ikut merapihkan baju. Namun yang terjadi adalah.
"Loh loh?? Kalung petai gue kemana?? Omg!." kataku panik.

Kakak senior sedang berjalan memeriksa pakaian perkelompok. Ica dengan ade terlihat panik saat melihat salah satu kelompoknya tidak lengkap. Apa yang harus aku lakukan ya allah?.

"Kelompok telat?! Maju kedepan!." Glek! Aku terngangah, saat salah satu kakak senior perempuan tiba-tiba menyuruh kelompokku untuk maju kedepan.
Jangan tanya kenapa kelompokku namanya 'kelompok telat'. Kami tidak akan mungkin menamakan kelompok kami seperti itu, yang memberi nama kelompok kami itu kak Dio saat kami bertiga di suruh push up kemarin. Ih! Kesal! Aku malu!.

"Kalian sadar apa kesalahan kalian?." tanya kakak senior perempuan yang saat aku baca name tagnya 'Disyah' nama yang indah.

"Ma-maaf kak disyah, aku gak pakai kalung petainya. Aku lupa kak, jadi sepertinya tertinggal dirumah." aku takut ya allah.

"Haha! Enak ya kalo tinggal ngomong 'maaf kak ketinggalan'. ALASAN KLASIK!." bentaknya yang membuat kami bertiga terkejut. Banyak pasang mata yang melihat seperti kasihan pada kami.
"Bilang aja kalo emang gamau pakai karna bau, menjijikan!. Makanya, jadi anak tuh mandiri! Jangan kaya anak mommy. Telat mulu kalau kesekolah!." Jleb!. Perkataannya tidak seindah namanya!. Rasa sesak mulai terasa di bagian dada, mataku sudah mulai berkaca-kaca.  Jangan jatuhkan air mata ini ya tuhan.

"Eh, eh. Kenapa sih? Disyah gausah galak-galak dong kalo marahin peserta."
"Udah sana lanjutin lagi, ini gue yang urus!." usir kak Dio. Yang di balas dengan hentakkan kaki oleh kak disyah.

"Kak Dio...huhu.."  tangisku pecah saat kak Dio membawa kami bertiga menjauh dari keramaian.

"Lah?, Lo kenapa ki?." tanya ade bingung. Ica yg terkejut dengan tingkahku hanya bisa terdiam. Aku tetap menutupi wajahku dengan kedua telapak tanganku.

"Udah jangan cengeng!. Bangun atau saya suruh push up?!." ancamnya.

dia seperti abang ya, sukanya mengancam.!
Akupun bangun dan menghapus air mataku.

"Mulai sekarang hingga tiga hari kedepan, kalian tanggung jawab saya!."
"Jadi mohon kerja samanya dan jangan coba-coba membuat kesalahan seperti tadi!." lanjutnya.

"B-baik kak." jawab kami bertiga bersamaan.

"Yasudah, kalian cepat tebus kesalahan kalian!." kak Dio mengendus kesal.

"Apa kak? Ya, kita mau kok. apa aja deh, Asal kakak maafin kita." ucap Ica bersemangat.

Kak dio menaruh jari telunjuknya di bagian dahi seperti sedang berfikir. "Hmm.. Yasudah sapu halaman samping sekolah aja ya. Disana sudah lama gak ada yang ngurusin, udah lama juga gak ada yang nyapuin. Jadi mulai hari ini sampai besok kalian hanya menyapu halaman samping sekolah ya."
"Itung itung biar gak ada nyamuk demam berdarah. Nanti saya bantu kok" Kak Dio tersenyum ramah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang