Prolog

3 0 0
                                    

Winda melangkahkan kakinya menuju ruang kelas. Suasana kelas sendiri tampak ramai mengingat 15 menit yang lalu bel istirahat berbunyi.

Winda mendekati ke arah teman temannya yang sedang asyik bergosip ria sambil sesekali tertawa terbahak. Winda mengambil kursi asal lalu di tempatkannya di samping Vanya. Tangannya terlipat di depan dada dengan raut wajah kesalnya.

"Kenapa muka lo?" tanya Julia. Winda yang mendengar itu mendelik.

"Emang kenapa sama muka gue?" tanya Winda dengan nada kesalnya.

"Nah nah nah. Tuh bibir kenapa moyong moyong kaya gitu hah?" ucap Vanya sambil mencomot bibir Winda.

"Ihh apaan sih." Winda menepis tangan Vanya.

"Patah hati paling." ucap Seva tiba-tiba. "Ya kan?"

"Pasti gara-gara si Edin lagi nih." ucap Vanya dengan nada percaya diri.

"Edwin, Nya. Bukan Edin." Juli mengkoreksi.

"Yaa itulah pokonya."

"Haaaaaaaahhhhh sumpah nyesek banget anjir." ucap Wanda sambil menepuk-nepuk dadanya. Matanya sudah memerah menahan tangis.

"Win kenapa?" Vanya mengusap-usap bahunya. Sikap Winda yang gampang berubah-ubah membuat sahabatnya tak habis pikir.

"Edwin nolak gue masa." Ungkap Winda dengan raut wajah sedihnya. "Haduh pengin nangis kan." air mata mulai luruh di pipinya.

"Loh, ko bisa? Nolak gimana sih maksudnya?" tanya Juli ingin tau.

"Tarik nafas dulu. Sekarang jelasin pelan-pelan ya."

Winda menghembuskan nafasnya kasar. Tangannya sesekali menghapus air matanya. "Gue kan tadi nganterin makanan buat dia. Dia nerima. Terus gue nawarin diri pengin nemenin dia. Tapi dia malah bilang gini sama gue 'Win sorry banget. Gue ga maksud bikin lo sakit hati. Tapi gue lagi mau fokus dulu sekolah. Gue harap lo ngerti ya.' gitu. Secara ga langsung kan dia nolak gue. huhu." tangisnya pecah.

"Aduh, Win. Kan gue udah pernah bilang sama lo. Si monyet Edin ga pantes lo kejar-kejar. Nah kan sekarang."ucap Juli.

"Kirain gue dia juga suka sama gue. Secara selama ini dia ngerespon sikap gue. Taunya dia malah gitu." jelasnya terbata-bata.

"Udahan meweknya, Win." ucap Seva tenang.

"Nyesek banget sumpah," ungkap Winda lebih tenang.

"Udah Kapok?" tanya Vanya.

Winda mendongak menatap Vanya "kapok apa?"

"Kapok ngejar ngejar cowok."

Winda menatap satu persatu sahabatnya, lalu menggeleng. "Engga."

"HADUHHHHHH WINDA." Ucap ketiga sahabatnya.






Who?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang