11

23 2 0
                                    

Pagi menjelang.

Rutinitas di kediaman tuan Jang sama saja seperti hari-hari biasanya. Mereka harus selalu sarapan bareng satu meja.Kewajiban yang di tetapkan oleh sang nyonya.

Tapi kali itu Yerin tampak manyun sedang Jin masih saja seperti orang linglung dengan pundak yang turun dan kepala tertunduk.

Tuan Jang sampai harus ngurut dada."Masa muda kurang bahagia...". Sindirnya sambil membaca koran.

Yerin merengut.

Jin tak ambil perduli.

"Kalian itu sukanya bikin orangtua susah!".Dengus sang ibu sambil meletakkan roti panggang untuk keduanya."Kalian itu masih muda tapi semangat kayak orangtua yang mau mati!".

Yerin tersentak sedang Jin malah menelungkupkan wajahnya.

"Nah,kan.Ini orang lebih parah!".Tunjuk nyonya Jang sambil menghempaskan tangannya di meja di dekat kepala pemuda tersebut.

"Jin! Cepat makan! Kamu mau bikin mamah ngamuk sepagi ini,Hah!!".

"Tapi libur kuliah masih panjang Mah.Kenapa maksa sarapan bareng sih! aku masih ngantuk".

"Kalau tinggal di rumah ini,ikuti aturan mamah! Cepat di makan sarapan kamu itu,Jin!!".

Jin beringsut menegakkan punggungnya.Ia memperhatikan roti yang tergeletak di piring dengan tak berselera.Yerin pun hanya memain-mainkan pisau tuk merobek-robek roti.

Darah nyonya Jang memanas.Ia beranjak ke kamar mandi."Awas kalian!!!".

Tak selang lama sang ibu pun kembali.

"Mamah mau ngapain?!".Sentak tuan Jang terkejut ketika sang istri kembali dengan membawa sebaskom air  kemudian berdiri di belakang kursi Jin dan Yerin.

Yerin melonjak dari kursinya.Ia terkejut melihat baskom besar yang penuh airnya itu berada di tangan sang mamah.

"Ayo,duduk lagi kamu!".

"Mamah....".

"Siapa suruh kamu berdiri! Cepat duduk lagi di sebelah kakak kamu!".

"Maafin aku mah....".

Yerin hampir menangis.Sedang Jin seolah orang budek yang tidak tahu-menahu.

"Kamu makan dengan benar atau mamah mandiin kamu sekarang juga di tempat ini?!!!".Suara nyonya Jang begitu memekik.

"Iya,mah.Yerin makan sekarang...".

Yerin bergegas mengambil piring rotinya dan duduk disebelah sang ayah,di depan Jin.Ia tidak mau kembali duduk bersebelahan dengan sang kakak  yang terancam di guyur sebaskom air dingin di musim dingin.

"Heh,Jin!".Nyonya Jang menyiapkan baskomnya yang sudah miring di atas kepala Jin."Kamu cepat makan atau air dingin yang sudah ada di kepala kamu ini mamah siram habis!".

Seokjin mendadak menangis.

Tuan Jang terkejut begitu pula Yerin tak terkecuali sang ibu.

Jin langsung membenamkan kepalanya dalam lipatan tangan. Isakan tangisnya semakin pilu.
Nyonya Jang menurunkan baskom dan menaruhnya di lantai.
Yerin menoel lengan Jin.Ia berbisik ada apa.

"Mamah seharusnya faham kalau aku sedang patah hati dan saat ini tidak  ada selera makan.Tapi kenapa apa-apa aku harus selalu mengikuti maunya,hiikss!".

Nyonya Jang tampak kesal.Lagi-lagi saja anak tertuanya itu merengek patah hati.

"Haaah!".Dengus sang ibu berlalu ke dapur."Suka-suka kamulah,Jin ! Mamah angkat tangan.CAPEK! Dasar tipikal orang MENTAL PAYAH!".

Kok Gitu...?!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang