2

581 61 9
                                    


"Bos, kau disini?" mata So Eun langsung menatap temannya itu. Ji Yeon benar-benar membuatnya malu, bahkan sangat malu. Kim Bum pun sama. Ia langsung memperhatikan Ji Yeon sembari menetralisir debaran jantungnya.

"Hmm..ini ruanganku." Ji Yeon tampak seperti orang bodoh disini. Ia menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal apalagi berkutu.

"Ah, maksudku kenapa kau disini? Bukankah Ji Sung memintamu untuk memeriksa semua pesanan bunga? Dia menunggumu sejak tadi." entah seperti apa lagi harus dikata. Ji Yeon ini sungguh cepat mencari alasan untuk menutupi rasa gugup dan malunya. Ya, dia pun merasa malu karena ini. Mau bagaimana lagi? Ia harus mengatakan itu. Mungkin Ji Sung akan banyak bertanya nantinya. Tapi tidak masalah, pria itu takkan seperti orang bodoh dan akan melakukan sesuai apa yang dikatan Ji Yeon saat ini.

"Benar begitu?"

"Ya, itu benar." Kim Bum mengangguk dan segera memisahkan diri dari dua gadis konyol ini. Ia akan pergi menemui Ji Sung yang sebenarnya menjadi bahan bualan Ji Yeon demi menyelamatkan So Eun dari pandangan Kim Bum sendiri.

Ji Yeon berjalan mendekati So Eun dengan kepala tertunduk. Ia tidak takut So Eun akan marah, ia hanya merasa kesal pada dirinya sendiri karena lalai dari janjinya. Tangannya terulur untuk menyodorkan sepasang pakaian tidak mewah itu pada pemiliknya tapi ia tetap bungkam. So Eun menerimanya dan setelah itu satu jitakan melayang ke kepala Ji Yeon. Gadis itu meringis dan mengerucutkan bibirnya. Jitakan itu tidaklah kuat, hanya sebagai peringatan.

"Jika kau bukan temanku, aku akan mematahkan jari-jari kakimu seperti seorang psikopat. Kau tau kenapa? Jawabannya adalah agar kau tidak bisa berjalan lagi dan berkeliaran entah kemana." So Eun segera masuk ke kamar mandi sebelum mendapat balasan perang dari Ji Yeon.

"Maafkan aku, tapi aku pergi untuk sesuatu." ucapnya sambil mengusap pelan sebuah benda di tangannya.

* * *

Ji Sung sedang sibuk menata paketan bunga yang akan dibawa Kim Bum ke kota. Hari ini hatinya sedang berbunga-bunga layaknya ladang mawar ini. Banyak bunga sedang bermekaran di hatinya. Karena hal itu, ia melakukan setiap pekerjaan dengan gembira dan rasa lelah tidak berarti baginya. Senyumpun turut tercipta di wajah tampannya itu. Seperti layaknya gadis desa, ia juga bisa dijuluki pria desa. Memiliki paras tampan dan kepribadian yang suka bekerja keras.

"Ji Sung, kau memanggilku?" pria yang tidak kalah tampannya dengan Ji Sung itu datang menghampirinya. Baiklah, pria ini memang tampan dengan hanya mengenakan kaos tanpa kerah berlengan pendek serta celana jeans yang hanya sampai ke lutut. Setelah itu sepatu modis dan topi yang mirip dengan topi sambrero menambah nilai ketampanannya. Bahkan ia lebih cocok pergi ke pantai dari pada menjadi tukang bunga. Ji Sung pun paham akan hal itu. Ia mengakui ketampanan bosnya itu.

"Bos, kau.." ah, kalimat apa yang akan keluar dari bibirnya itu. Getaran ponsel di sakunya mendadak menjadi pengganggu. Satu pesan singkat mendarat disana. Ji Sung segera mengambilnya dan membuka isi pesan itu sementara Kim Bum kini tengah melihat-lihat tumpukan bunga di bak mobil.

From : Mrs. Park

Katakan saja apa yang bisa kau katakan pada bos. Aku membohonginya dengan mengatakan bahwa kau memanggilnya untuk memeriksa pesanan bunga. Lakukan saja dan jangan bertanya apapun!!

Terkadang Ji Sung memang bisa dikatakan sebagai orang gila. Pesan singkat yang tampak tiada unsur lelucon itu mampu membuatnya terkikik. Ji Yeon selalu menjadi alasan dibalik setiap tawanya. Entahlah, mungkin Ji Sung memang mencintainya.

"Ada apa denganmu? Mengapa kau tertawa? Kau belum menjawab pertanyaanku." Kim Bum kini tengah melipat kedua tangannya di dada dan menyenderkan dirinya pada sisi bak mobil. Matanya tertuju pada tingkah konyol Ji Sung yang terkikik seorang diri. Orang yang ditatapnya itu langsung menyimpan ponselnya di saku seperti semula. Jangan lupa, sebelum itu ia pasti membalas pesan itu dengan balasan yang tak kalah konyolnya yang sudah barang membuat penerimanya akan banyak mengeluarkan kata-kata atau sumpah serapah. Tapi Ji Sung suka itu.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang