SERVE : VIII

6.5K 337 51
                                    

Pagi yang cerah. Matahari menyongsong dan disambut oleh kicauan burung serta kokokan ayam yang saling bersahutan. Suasana hati kebanyakan orang akan baik pada pagi hari, kecuali keributan kecil dirumah Seokmin.

"Yaaaa— cepatlah jalan atau kita akan terlambat ke sekolah. Kamu ingin gelar prestasimu diambil orang?" tanya Seokmin seraya berkacak pinggang didepan pintu rumah, menunggu Mingyu.

"T-tapi kan— aaahh!"

Mingyu terduduk ke lantai dengan kaki yang mengangkang, tidak peduli dengan tas Seokmin yang terjatuh juga karena sedari tadi Ia pegang.

"Mana semangatmu huh? Ayo cepat berjalan! Semangat, semangat, semangat!" Seokmin bertepuk tangan sebentar dan menyemangati Mingyu, namun jangan lupa jika ibu jari tangan kanannya sibuk memainkan remote control dari vibrator yang tertanam di manhole Mingyu.

"Bodoh—"

Mingyu merangkak pelan-pelan sambil menyeret tas Seokmin. Seokmin menghampiri Mingyu dan langsung menggendongnya ala bridal.

Supir pribadi Seokmin membukakan pintu untuk mereka berdua, Seokmin mendudukkan Mingyu di jok tengah setelah itu Ia duduk disebelah Mingyu.

"Baiklah Tuan, kita berangkat."

"Jangan buru-buru, santai saja. Kita belum terlambat, iyakan Mingyu?"

Mingyu menatap tajam Seokmin kemudian mengepalkan kedua tangannya. Melihat Mingyu seperti itu, ibu jari Seokmin sibuk mengerjakan tugas-nya kembali.

"A-ahhh jangan lakukan itu— ku mohon" ucap Mingyu memelas dengan badan yang menggelinjang, vibrator tersebut berhasil menyentuh prostatnya.

Setelah di siksa selama perjalanan oleh Seokmin, akhirnya mereka berdua sampai di sekolah. Seokmin menurunkan getaran vibrator Mingyu ke minimal, sedikit kasihan karena Mingyu akan malu jika Ia tiba-tiba menggelinjang saat berjalan di koridor.

Mingyu dan Seokmin berjalan menuju kelas mereka, bersikap seolah-olah masih bermusuhan. Beberapa murid menyapa Mingyu karena rindu, terlebih kebanyakan dari mereka adalah wanita.

"Ya, santai saja Seokmin. Mingyu sudah jadi milikmu." Seokmin mengusap dadanya sendiri.

Selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, Seokmin puas menjahili Mingyu dengan membuat pria jangkung tersebut harus menahan desahannya akibat vibrator yang bergetar.

Sesekali mata Mingyu melirik Seokmin diseberang, menatapnya memelas agar berhenti bermain dengan remote control tersebut, namun Seokmin pura-pura tak tahu dan menjahili Mingyu lagi.

"Kamu kenapa, Gyu?" tanya Minghao yang duduk dibelakang Mingyu, kebingungan mengapa badan sahabatnya itu tak bisa diam.

Mingyu menoleh ke belakang dan menggelengkan kepala, Minghao mengiyakan respon Mingyu, namun Minghao merasa khawatir setelah melihat bibir Mingyu sedikit robek karena Mingyu menggigit kuat bibirnya sendiri.

.
.
.
.
.

"M-minghao tolong aku— aaahh vibrator inihhh ssshh a-aaahh!"

Minghao masih terdiam mendengar permohonan Mingyu yang sibuk menggelinjang dikasur UKS. Terlebih lagi remote control tersebut dipegang oleh Seokmin.

"Buka kakimu," suruh Minghao. Mingyupun membuka kakinya lebar-lebar.

Minghao melepas sabuk pinggang Mingyu lalu menurunkan celananya.

Matanya terbelalak melihat penis Mingyu dilingkari cockring. Pantas saja Mingyu gelisah.

Minghao melepas cockring tersebut dan membiarkan Mingyu menyemburkan semua sperma yang sedari tadi ditahan oleh cockring tersebut.

SEOKGYU: SERVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang