26. Decision

356 51 16
                                    


•••

Hari demi hari berlalu. Kejadian demi kejadian sudah terlewat dalam kehidupan seorang Niall Horan. Sejumlah permasalahan yang terlihat rumit, perlahan-lahan. satu persatu mulai menurun—terjawab oleh masing-masing penyelesaiannya.

Esok, salah satu masalah terbesar dalam hidupnya akan terjawab. Tentang apakah Ia harus melepaskan atau bertahan. Ya, esok Niall akan menjalani sidang terakhir perceraiannya. Sekaligus menentukan jikalau Ia dan Alissa resmi bercerai, akan menjadi hak siapa anak satu-satunya itu. Sidang kedua telah Ia lalui sebulan yang lalu. Selama sebulan itupun, Ia menjalani hari-harinya sendiri. Seusai Harry datang berkunjung ke rumahnya, perbincangannya dengan Harry terkadang terlintas beberapa kali di kepalanya.

Niall seringkali bertanya pada dirinya sendiri. Apa Ia menggunakan akal sehatnya ketika Ia menjawab pertanyaan dari Harry mengenai perasaannya?
Tapi, tidak ada sedikitpun rasa sesal di dalam dirinya setelah Ia menjawab pertanyaan itu. Sebulan pula, Ia tak pernah mendengar kabar dari seorang Barbara. Sesekali Ia dan Liam bertemu untuk sekedar berbincang, namun tak satupun perbincangan itu menyentuh nama Barbara.

Sore ini, Niall terdiam di rooftop kantornya, dengan dasi yang telah Ia longgarkan, dan kemeja kerja yang Ia lipat sampai sesikut. Pikirannya terbang entah kemana. Ia berpikir, apakah akan seperti ini juga akhirnya jika Ia tak bertemu Barbara dari awal?

Lamunannya terhenti ketika Niall merasakan getaran sesuatu dari dalam saku celana hitamnya. Handphonenya menerima panggilan masuk. Niall memeriksa siapa yang menelfonnya. Di layar itu tertulis 'Mom' . Ah, Ia baru ingat bahwa esok pula Mamanya akan datang dari Irlandia untuk menghadiri sidang.

"Hallo? Apa kabar, Mom?" sapa Niall. Percakapan selanjutnya dilanjutkan dengan pembicaraan tentang sidang, dan juga waktu keberangkatan Mamanya dari Irlandia. Setelah dirasa semuanya jelas, Niall memutuskan telfon, dan segera kembali ke ruangan kerjanya.

***

Barbara mengayuh sepedanya menuju toko baru tempatnya bekerja. Jika dulu Ia bekerja di sebuah toko mainan anak, kini Ia berkeja di toko kue, sebagai seorang kasir. Ia cukup senang diterima di toko itu. Selain jaraknya yang dekat, gaji yang Ia dapatkan perbulan sangat cukup untuk mencukupi kebutuhannya. Ia menyempatkan membeli sepeda bekas yang kondisinya masih bagus untuk Ia pakai sehari-hari. Tapi terkadang, Harry siap untuk mengantar dan menjemputnya.

Terakhir Ia bertemu dengan Harry, 1 minggu yang lalu. Dan Harry bercerita bahwa Ia sempag menemui Niall. Ketika Harry bercerita, sebongkah rasa bahagia, sedih, bingung, dan beberapa perasaan lainnya beradu di dalam hatinya.

Ia masih tak percaya bahwa Niall mengatakan bahwa Ia masih mencintai Barbara. Apa mungkin ini semua adalah jawabannya? Di antara perasaan bahagia itu, setitik rasa bimbang dan ragu menghampiri hatinya. Ia masih ragu jika Ia akan kembali pada Niall. Ia masih tidak dapat menerima fakta bahwa Ia merupakan salah satu penyebab hancurnya rumah tangga Niall.

Barbara memarkirkan sepedanya di halaman toko. Setelah memasang kunci pada sepedanya, Ia segera bergegas memasuki toko kue. Di meja pojok dekat jendela, Barbara menangkap bayangan dua orang yang sudah sangat tidak asing baginya. Ia segera menghindar dari dua orang itu, dengan cara pergi ke dapur. Tapi keberuntungan sedang tidak berpihak padanya hari ini. Ia ditugaskan untuk mengantarkan muffin cokelat ke meja yang terdapat dua orang tadi. Dengan pasrah, Barbara akhirnya melaksanakan tugasnya.

"Permisi, ini pesanannya," sebelum Barbara sempat berbalik untuk pergi kembali ke dapur, sebuah suara menghentikannya.

"Barbara? Kau bekerja di sini sekarang?" tanya suara itu. Barbara menatap orang itu, lalu tersenyum kikuk. "Sophia? Liam? Hey... Ya, aku bekerja di sini sekarang," jawab Barbara.

Over Again.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang