Pengganti

19 0 0
                                    

*Yupi POV*
Pelajaran yang paling membosankan menurutku adalaha pelajaran BK. Pelajaran yang hanya mempelajari permasalahan remaja ini berhasil membuatku mengantuk dan tidur di kelas. Bahkan tidak jarang aku pergi ke kantin hanya untuk menghindari pelajaran ini.

Yah sebentar lagi pelajaran tersebut akan dimulai. Saat aku ingin bersiap keluar, kulihat seorang pria masuk ke kelasku bersama kepala sekolah. Akhirnya aku mencoba bertahan pada posisi dudukku.

"Selamat pagi anak-anak" sapa Bu Melody, kepala sekolah disini. "Selamat pagi bu" jawab sekelas kompak, kecuali diriku. "Kenalkan ini guru BK baru kalian. Silahkan pak" Bu Melody mempersilahkan seorang yang katanya guru baru tersebut. "Pagi semua, perkenalkan nama saya Henry Susanto. Kalian bisa panggil saya Pak Henry. Saya disini menggantikan guru kalian yang lama. Semoga kalian betah sama saya ya" katanya sambil mengeluarkan senyumnya.

"Eh Yup, guru BKnya ganteng juga ya" celetuk teman sebangkuku yang bernama Shania sambil menyenggol lenganku. "Ah b aja" jawabku singkat lalu melenggang pergi keluar kelas.

"Bu, pak. Maaf saya mau izin ke kamar mandi" izinku sambil tersenyum pada kepala sekolah dan orang yang baru kuketahui bernama Henry ini. Mana mungkin aku mengikuti pelajarannya kan? Kamar mandi hanya alibiku saja. Padahal aku ingin pergi ke kantin. Lalu aku melirik Shania, memberi kode bahwa dia harus mengikutiku.

Sampai kantin, kami melihat Feni sedang berada disalah satu meja. Aku tersenyum lalu melangkah ke meja tempat Shani duduk.

"Oi dek" sapaku sambil duduk disebelahnya. "Eh kak Yupi, kenapa keluar kelas?" tanyanya sambil menggeser tubuhnya untuk memberikan ruang duduk untukku. Shania? Dia sedang memesan bakso untukku dan dia. "Biasa lah ada guru baru yang sok ganteng. Males ngeladenin dia, jadi ke kantin deh sama Shania" kataku panjang lebar. "Oh maksud kakak guru BK yang baru? Ih dia mah emang ganteng tau kak. Apalagi liat matanya yang coklat dikasih kaca mata sama rambut klimisnya disisir ke kebelakang. Beh bikin nagih buat diliat hahaha" katanya sambil tertawa dan memukulku pelan. Aku hanya bergidik geli melihat Feni yang seperti ini.

Beberapa menit kemudian, bakso yang dibeli Shaniapun tiba. "Oi Fen lu ngapa gak di kelas?" pertanyaan Shania yang hampir mirip dengan pertanyaan Feni kepadaku barusan seakan membuatku ingat dan berfikir. Kenapa Feni juga di kantin? Aku melihat Feni menuntut jawabannya. "Pak Eko lagi keluar kota kak, ada tugas sih tapi males ngerjain sekarang hehehe" jawabnya sambil cengengesan. "Yeeh panjul" jawabku dan Shania kompak.

"Cek cek satu. Perhatian bagi seluruh warga sekolah. Dikarenakan hari ini guru-guru akan mengadakan rapat, maka kalian dipulangkan lebih awal. Diharapkan kalian langsung pulang ke rumah masing-masing. Terima kasih" sebuah pengumuman tersebut membuatku berdecak kesal, karena aku baru ingin menyantap makananku. Kulihat Shania dan Feni langsung pergi ke kelas. "Mang baksonya jangan diapa-apain dulu ya. Nanti saya balik lagi" teriakku ke tukang bakso itu, lalu pergi menyusul Shania.

Sampai di kelas kulihat masih ada Pak Henry disana. Tanpa pikir panjang, aku langsung menuju ke arah tasku dan Shania. "Eh kunyuk, main ninggalin gua aja lu" kataku memarahi Shania. "Hehehe sorry. Soalnya abis denger pulang cepet, insting bidadari langsung merasuk kedalem sini" katanya cengengesan sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kampret, gua mau ke kantin lagi nih. Ngabisin bakso dulu. Lu ikut gak?" kataku setelah merapikan tasku. "Harusnya gua yang nawarin gitu dolgar" katanya sambil berlalu meninggalkanku. Aku sudah tidak melihat Pak Henry di kelas. Tanpa buang waktu, aku langsung menuju ke kelas Feni untuk mengajaknya pergi setelah aku dan Shania menghabiskan bakso.

Setelah sampai di kelasnya, kulihat Feni sedang membereskan mejanya yang berantakan. "Oi Fen ada yang bisa gua banting?" kataku mencandainya sambil tertawa dan membantunya membereskan meja. "Eh kak Yupi, kak Shania mana?" tanyanya tanpa memedulikan candaanku barusan. "Udah ke kantin duluan kali. Eh lu mau ikut gak?" tanyaku. "Kemana kak?" pertanyaanku ditanggapi dengan pertanyaannya. "Refreshing lah, tapi nanti abis gua makan di kantin" kataku menjawab pertanyaannya dan dibalas dengan anggukan.
—————————————————————
*Shania POV*
Aku masih menunggu Yupi dan Feni disini. Aku bisa menyimpulkan itu karena saat menuju kantin, kulihat Yupi berada di kelas Feni. Tapi aku tidak memedulikannya dan langsung kemari. Alhasil seperti ini, sekolah sudah mulai sepi dan belum terlihat batang hidung mereka.

"OI SHANIA!" suara Yupi terdengar nyaring di telingaku. 'Buset deh nih orang' umpatku dalam hati. Mereka langsung duduk di dekatku. "Shan refreshing yuk" katanya sambil melahap makanannya. "Mau kemana?" kali ini Feni yang angkat bicara. Aku masih sibuk dengan makananku. "Kemana ya enaknya? Shan ngomong ngape, diem diem bae" kali ini aku melihat Yupi dengan tatapan yang sangat tajam, bahkan mungkin lebih tajam dari apapun. Yang ditatap langsung diam dan kembali sibuk dengan acara makannya.

"Gimana kalo ke Taman Wiladatika Cibubur? Disana lagi ada event naik balon udara gitu. Kebetulan gua dapet tiket masuk gratis buat 3 orang" kali ini aku memberi usul. "Wah kayaknya seru tuh kak, boleh deh yuk" Feni menyetujui saranku dengan anggukan Yupi tanda setuju. "Yaudah cepetan makannya, gua udah selesai nih. Gua tunggu di mobil ya, Fen tungguin Shania ya" setelah dia berbicara seperti itu dan mendapat balasan anggukan dari Feni, Yupi langsung pergi meninggalkan kami berdua. Ya hanya berdua, karena semua siswa di sekolah ini sudah pulang.

Setelah menyudahi acara makan-makanku, aku dan Feni bergegas menuju mobil Yupi. Disana kulihat Yupi sedang bersama Pak Henry. Entah apa yang mereka lakukan dan bicarakan, aku tidak peduli. Aku dan Feni langsung masuk ke dalam mobil Yupi. Bukannya tidak sopan, aku memang sudah biasa melakukan hal itu. Kalau Feni? Entahlah, mungkin dia pernah diberitahu oleh Yupi.

'Yaudah Pak, saya pamit dulu ya' kudengar samar-samar suara Yupi dari dalam mobil. Dan Pak Henry hanya tersenyum.

"Ajigilee, belom ada 24 jam udah ada masalah aja lu sama dia. Dia ngapain dah?" Kataku setelah dia masuk dari mobil. "Kepo amat ya mbak" jawabnya. "Kak, kakak abis ditembak sama Pak Henry?" celetuk Feni dengan nada polosnya. "HAH! SERIUS LU DITEMBAK SAMA DIA? WAGELASEH, PJ-NYA BISA KALEE" kataku dengan nada yang lumayan tinggi. "Busetdeh tuh lisan, kagak lah. Omongan Feni lu telen mentah-mentah sih, jadi gini nih..." katanya menggantung sambil memutar bola matanya malas "...gua dikasih kelas tambahan gara-gara gua gak ada di jam belajarnya dia" katanya sambil melajukan mobil. "Lah terus gua gimana? Gua juga ikut kelas tambahan?" kataku sambil menatapnya dari belakang. "Yah mungkin aja, soalnya dia cuman nyuruh gua" katanya sambil memainkan kemudi mobilnya. Aku hanya ber-oh ria, sedangkan Feni sibuk memainkan handphone-nya.

Jalanan cukup macet, jadi kami sampai Cibubur sore hari. Aku langsung turun, disusul Feni dan Yupi. Setelah ke tempat tiket, kami bertiga masuk kedalam. Sebelum menaiki balon udara, kami bertiga langsung selfie. Setelah puas berselfie ria, kami menuju balon udara yang sedang kosong. Kami bisa melihat segalanya dari atas sini. Tak lupa kami selfie kembali, tapi kali ini kami selfie di balon udara. Di balon udara, banyak hal yang kami perbincangkan. Mulai dari sekolah, cerita pribadi, hingga menggibah beberapa orang di sekolah. Sungguh menyenangkan hari ini.

Kami merasa semakin lama, balon udara ini semakin merendah. Itu artinya waktu kami di balon udara ini sudah habis. Setelah puas di balon udara, kami memutuskan untuk pergi dari tempat ini dan langsung mencari makanan.

"Huah capek banget gua gilaa" kataku sambil merebahkan diri di kursi penumpang. "Tapi seru banget aah, tft kakak-kakakku" kali ini Feni yang angkat bicara sambil mengangkat tangannya dikursi depan. "Alah lebay bat dah lu pada, orang cuman naik balon udara terus ngobrol sambil selfie aja capek" kata-kata Yupi membuat kami tersenyum. Aku langsung menatap Feni, memberi kode agar menjahili Yupi yang sedang mengemudi. Feni mengangguk seakan mengerti apa yang aku maksud. Aku mengangkat tanganku, seakan sedang menghitung. Setelah jari ketiga keluar, kami langsung mencubit pipi Yupi. Tentunya Feni mencubit pipi kiri, dan aku pipi kanan Yupi.

Yupi berteriak kesakitan, sedangkan kami masih mencubitnya dengan gemas. "Aw ah sakit ih lu mah pada gitu" katanya merengek sambil menggembungkan pipinya. Kami tertawa puas melihat Yupi yang seperti ini. "Abis kakak gemesin sih haha" Feni mencoba membela diri dan aku angguki pernyataannya itu.

Yupi langsung meminggirkan mobilnya. "Lah lah kok berenti disini? Tega lu ya malem-malem nurunin bidadari di pinggir jalan sendirian" kataku mengeluarkan nada melas. "Gausah alay lu, Feni aja diem-diem bae. Gua mau nanya, kita sekarang mau kemana?" katanya sambil melihat kearah kami berdua.

"Nasi Padang aja gimana kak? Lumayan lah" usul Feni. "Jangan Nasi Padang deh, masa abis pergi langsung makan yang berat-berat. Kita ke mall aja, tadi sih gua liat ada mall" kataku menanggapi usulan Feni. Yupipun mengangguk dan langsung menancapkan gas menuju mall yang aku maksud.
*Tbc*
—————————————————————
Itu aja dulu, lagi buntu soalnya.
Vote dan comment ya. Butuh saran dari kalian nih hehehe.

Kalian warbyazaah :v

Counselor Relationship (Late Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang