Bagian 3 - Niat Terselubung?

34 4 0
                                    

Ayunda telah masuk kerja seperti biasanya. Hari ini ia, Erlangga, dan Gilang bersiap untuk pergi ke calon rumah kliennya. Lokasinya pun jauh, hampir satu jam perjalanan dari kantor. Maka dari itu, mereka berangkat pagi.

"pak, kalau nggak salah klien kita mau kamar anak-anak yang ada bunga bintang awan disatu wallpaper. Kita mesti cari dimana pak?" Gilang, cowok yang agak kemayu mulai bertanya pada Erlangga yang sedang menyetir.

"Itu kita bisa tanya dulu di agent wallpaper kita. Mereka juga pernah menyanggupi wallpaper custom yang ada motif lemari berpintu lima."

"Tapi pak, kalau itu nggak ada gimana?" Gilang memang paling berani dalam urusan berbicara dengan Erlangga. Meskipun ia paling muda, ia yang paling sering cepas-ceplos dibanding seniornya. Entah dia yang memang tidak bisa mengkondisikan, atau memang dia mempunyai keberanian yang berlebih.

"kan saya bilang tanya dulu!"

Makan tuh, Gilang. Rasain pedasnya mulut pak bos yang sering aku rasain.

Keadaan mobil menjadi hening, tidak ada suara selain rintikan hujan diluar. Hanya sesekali terdengar suara gumaman tidak jelas Gilang.

"sudah sampai, kita turun."

Langsung Erlangga melangkahkan kakinya masuk ke dalam lobi apartemen. Tubuh jangkungnya membuat dia melangkah lebar-lebar Meninggalkan Ayunda dan Gilang yang kurang cepat.

"Gilang, lo bikin mood pak bos jelek. Tanggung jawab. Mba nggak mau kena dampratnya."

"pak bos yang sensi kali mba, Cuma nanya juga," kata Gilang tanpa rasa bersalah.

Ayunda menghela napas. Ia memilih melangkah cepat menyusul Erlangga yang sudah duluan masuk kedalam lift.

"Ayunda, progress penyelesaiannya sudah berapa persen?"

"Sejauh ini baru tujuh puluh lima persen pak. Tapi kita tinggal nyesuain wallpaper sama lantainya. Beliau minta lantainya dari kayu, jadi kita mesti pesan dulu. Dikamar mandi juga hanya bagian shower dan dibawah bathtub yang pakai ubin."

"kalau bagian ceiling udah selesai? Kenapa beda sama yang kamu laporkan?"

Ayunda bodoh, pelupa. "Ah, waktu itu klien minta modelnya diganti. Karena waktu itu bapak lagi diluar kota, jadi saya sama Gilang langsung accept saja."

"kenapa nggak laporin ketika saya udah balik?"

"Maaf pak, saya lupa." Kali ini Gilang yang menjawab.

"Saya maafkan. Tapi kalau kamu atau dia sampai menyetujui tanpa pertimbangan saya lagi, kita lihat apa yang akan terjadi," kata Erlangga sambil menunjuk Ayunda dengan dagunya. Pongah sekali.

Selamat. Begitulah pikiran Ayunda dan Gilang karena Erlangga tidak memperpanjang kesalahan yang mereka perbuat.

Ketika Erlangga sedang meninjau bagian-bagian ruangan yang masih setengah jadi, tidak sengaja ia melihat sesuatu yang seharusnya ada malah tidak ada. Bahkan tanda-tandanya saja tidak tampak.

"Ayunda!"

Ayunda yang sedang melihat pekerja di bagian dapur, langsut melesat menuju Erlangga yang berada dikamar.

"Iya pak."

"Lampu bergantung mobil kenapa belum dipasang? Bahkan untuk tempat pemasangannya tidak ada," kata Erlangga dengan matanya yang mendelik.

Ayunda terdiam. Lampu bergantung mobil? Rasa-rasanya Ayunda tidak pernah memesan barang unik seperti itu.

"Itu kan memang tidak ada pak. Hanya ada permintaan untuk lampu gantung diruang tengah berwarna warm light."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Story Of : AYUNDA (Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang