Ksatria Cahaya Jean

4 0 0
                                    


Tak pernah ada yang mengetahui masa depan, termasuk Jean dan orang – orang di sekitarnya. Siapa sangka Jean pribadi yang akif dan sehat, tiba – tiba mendapatkan sakit hingga kehilangan salah satu panca inderanya.

Masih teriang – iang dengan jelas di benak Jean bagaimana hari itu terjadi, saat dunia gelap gulita walaupun ia mencoba untuk melihat tetapi semua tetap gelap, dunia terasa sunyi di matanya.

Terdengar teriakan panik orang – orang disekelilingnya, tapi Jean hanya meraung – raung pilu. Setelah beberapa kali di bawa ke rumah sakit untuk memastikan keadaan yang dialaminya akhirnya diketahuilah hasil pasti yang membuat hati Jean luluh lantah. Jean divonis mengalami kebutaan karena penyakit glukoma yang menyerang matanya.

Kuliah yang sedang dijalaninya segera ditinggalkan tanpa kabar, walaupun sudah tinggal semester akhir, tak sanggup Jean menampakkan muka di depan teman – teman kuliahnya beserta dosennya.

Semenjak tragedi itu Jean hanya mengurung diri dikamar, tak mau bertemu siapapun, tak jarang terdengar tangisan, jeritan, dan bunyi benda dibanting dari arah kamar Jean. Sungguh Jean terpukul sekali dengan keadaannya. Sampai akhirnya, Jean sepertinya lelah sendiri dengan keadaannya sehingga menurut untuk datang ketempat terapi.

Walaupun tidak bisa melihat, Jean bisa merasakan getaran dihatinya, ya, salah seorang ahli terapinya ini mengetuk hatinya. Entah kekuatan apa yang merasuki Jean, tetapi dirinya kini mau maju, tidak lagi jalan ditempat atau mundur kebelakang karena meratapi keadaannya.

Mungkin memang hanya berawal dari tergelitik rasa dengan seorang terapinya, tapi kini Jean mencoba bangkit tidak hanya karena hal tersebut, dia memang ingin bangkit untuk kemajuan dirinya, jika rasa itu dibiarkannya mengalir natural.

Pelajaran pertama yang dipelajari adalah rasa penerimaan diri sendiri, disini para pasien diajarkan cara penerimaan diri, di beri pupuk percaya diri, karena jika kita saja tidak percaya terhadap diri kita sendiri, bagaimana mungkin orang lain percaya kepada kita. Setelah pelajaran pertama ini selebihnya diajarkan bagaimana kehidupan dalam kegelapan, dia ajarkan membaca, mengerjakan sesuatu dengan benar dan lainnya, dalam balutan metode belajar menarik.

Tak butuh waktu lama untuk menjalani terapi, karena saat ini Jean dengan percaya diri telah melanjutkan kuliahnya, melakukan kegiatan sosial, berinteraksi normal dengan teman – temannya, keluarga, sanak sodara, dan tetangga, tetapi untuk pacar, Jean sadar diri, semenjak mengalami cobaan ini, dengan berat hati harus memutuskan hubungannya, karena kepercayan dirinya untuk membuat hubungan khusus dengan seorang pria normal sangat tidak mungkin dalam benaknya.

Beberapa bulan kemudian Jean lulus dengan predikat mahasiswa terbaiknya di kampusnya terdahulu yang sempat terhenti. Senang rasanya walaupun tak bisa melihat mampu membahagiakan orang tua.

Saat ini Jean menjadi seorang pegawai disalah satu perusahaan swasta tak jauh dari rumahnya. Selain itu ia juga membantu pengajaran di tempat terapi ksatria cahaya bekerja, bahkan menjadi duta tunanetra untuk wilayah provinsinya.

Walaupun kepercayaan diri Jean telah seutuhnya bangkit, Jean tetap tak mampu mengungkapkan isi hatinya kepada ksatria cahaya-nya, yaitu salah satu terapisnya. Hanya dalam doa Jean mampu mengutarakannya.

Namun jodoh, rezeki, maut, kelahiran memang tidak ada yang pernah tahu, oleh sebab itu kita tidak boleh sombong dan juga minder, karena semua bisa saja berubah, tak pernah bisa ditebak, seperti sore itu di awal bulan Ramadhan, ksatria cahaya datang kerumah Jean bersama orang tuanya. Jean yang baru saja pulang kerja tak ayal kalang kabut dengan kedatangan tiba – tiba tamu super istimewanya tersebut.

Tak sanggup Jean menutupi kegembiraan sekaligus kebingungannya, Jean merasakan degup jantungnya yang berdetak lebih keras dan cepat dari biasanya. Namun dirasakan aura yang ada adalah aura kebahagiaan yang menusuk jiwa, Jean hanya bisa merasakan, sungguh Jean ingin juga melihat keadaan yang terjadi sekarang.

"Jadi gini Jean, maksud kedatangan Pak Nugi ke rumah kita bersama orang tuanya, beliau bermaksud untuk melamar kamu," kata Mama menjelaskan, dirasakan Mama juga begitu bergebu – gebu bahagia.

"Mama sih jawabnya terserah kamu, kalau kamu oke, Mama, Papa, sama Kak Bayu juga oke," wah, apa – apaan ini? Kak Bayu yang tadi menjemput dirinya kok sudah tau?!

Karena Jean hanya terpaku tanpa berbicara satu katapun, terdengar Pak Nugi berbicara sambil menggenggam jemari Jean, "Jean sebelumnya saya minta maaf banget, tapi tolong kamu dengarkan baik – baik dan jangan marah!" Jean tetap terpaku, matanya yang tak lagi bisa melihat, terlihat kosong, walaupun hatinya sedang bertanya – tanya penuh selidik.

"Kamu masih inget kan sama Prayogi Nugi Putra?" rasanya pernah kenal, gumam Jean pada dirinya sendiri, "pacar kamu dulu, Je, yang kamu putusin entah karena apa, mungkin karena kamu belum siap dengan ujian yang dateng ke kamu," seperti kesetrum Jean yang selama ini merasa tidur menjadi tersadar, "itu aku, Je. Maaf kalau aku cerita bahwa aku juga bernasib sama seperti kamu. Aku nggak bermaksud membohongi kamu,"

"Aku memang kerja sambilan di tempat terapi itu dari lama, Je, dari aku semester tiga sampai sekarang, aku udah pernah cerita loh. Pas kamu terkena ujian itu udah dari awal aku meminta orang tuamu untuk membawamu ke tempat terapi aku bekerja atau mengijinkan aku datang ke rumahmu, tapi selalu kamu yang menolak kedatanganku, bahkan kamu memutuskanku tanpa sebab yang aku ketahui."

"Je, mungkin kamu dulu memang sibuk banget atau entah bagaimana, sampai kamu kurang peka terhadap sekitarmu, hanya kepentingan dirimu sendiri yang kamu pedulikan, bahkan sama aku, pacar kamu sendiri, kamu nggak mengenali suara aku, tidak tahu nama panggilanku yang lain dan lainnya, aku maklum dan aku tetap cinta."

Mata Jean mulai memanas, hendak menggulingkan bola – bola air mata. Bagaimana mungkin dirinya tak pernah menyadari bahwa ksatria cahayanya adalah pacarnya dahulu. Mungkin memang benar adanya, bahwa dirinya tidak peka dan hanya memikirkan dirinya sendiri.

"Kalau sekarang dengan keadaan aku yang begini dan dengan sifat aku yang begini juga, kamu tetap cinta?" tanya Jean sambil menahan tangis.

"Selalu, Je. Dari awal aku kenal kamu sampai sekarang aku tetap cinta, bagaimana pun kamu, lagian sekarang sifat kamu sudah berubah-" Jean hendak memotong perkataan Nugi, namun dengan cepat Nugi menjawab pertanyaan yang hendak dilontarkan Jean, "buktinya sekarang aku bawa orang tuaku buat ngelamar kamu, Je." Jean menangis sesegukan sambil memeluk Nugi, ksatria cahayanya yang sebenarnya selama ini ada, cuma tak terlihat oleh matanya.

Dalam hati Jean berjanji akan menjaga ksatria cahayanya dengan baik agar tetap menerangi hatinya.

Ksatria Cahaya JeanWhere stories live. Discover now