Prolog

438 16 12
                                    


Dengan santainya cewe imut itu melangkah, berjalan lurus, berbelok, lurus lagi dan sampailah ia di ruangan yang bisa dianggap bagus dari luar.

"Permisi...." Ucapnya dengan suara cempreng yang memekakkan.
"Ya, masuk..." Dan seketika pintu terbuka.
Sambil celingak-celinguk Ia mencari siapa gerangan orang yang membukakan pintu, dan ya, tidak ada orang dibalik pintu, Ia hanya menemukan seorang laki laki berkumis yang sedang duduk di bangku tak jauh dari pintu, dan sebuah tali yang menggantung dari pegangan pintu menjulur sampai digenggaman tangan bapak berkumis yang biasa dipanggil bapak kepala sekolah itu. Yang benar saja, kepala sekolah macam apa yang membukakan pintu tamunya dengan tali.
" Amora.." panggilnya.

Ya, benar. Si imut itu Amora, gadis polos & alay, si murid baru yang pendiam namun menyimpan masa lalu yang kelam.

**
"Ya baik, surat-suratnya sudah lengkap jadi, silahkan masuk ke kelas baru kamu. Dan selamat belajar Amora Putri Darmawijaya" ucap bapak berkumis itu sambil tersenyum aneh.
"Iya pak, makasih sampai jumpa." Pamitnya sambil meringis lalu berlari kecil keluar dari ruang kepsek. Batinnya terasa lega sudah tidak berhadapan dengan pak kepsek yang menurutnya memiliki sifat yang absurdnya keterlaluan.

Dan sekarang, satu hal yang paling di bingungkannya, "sebenarnya dimana letak kelas 11 IPA 5 , yang tak lain adalah kelas barunya."

*"*"*" Kantor guru

"Pak Doni..." Teriak Bu Tatik dengan suara merdu mendayu-dayu.
"Eh iya Bu..." Jawab pak Dodi sedikit ngeri mendengar suara seniornya itu.
"Ini.. kamu cari gadis ini,dia murid baru disini, namanya Amora, ingat pak Amora ya, bukan Aroma."
" Siap Bu.."

"*"*"*" Amora POV

"Panggilan kepada murid baru, atas nama Amora, diharap menemui saya eh pak Dodi di ruang TU." Terdengar suara pak Dodi melalui pengeras suara.

"Panggilan?, Perasaan juga baru masuk, udah main panggil aja. Biarin lah" batinnya sambil melangkahkan kaki menuju ruang TU yang bersebelahan dengan ruang kepsek.
"Permisi." Sapa Amora.
" Eh.. Amora ya? Mari-mari kita harus cepat. O ya saya Dodi, kamu harus panggil saya pak Dodi." Ucap seorang guru yang terlihat ganteng sebenarnya, tapi lagi-lagi absurd sifatnya, sambil menyeret Amora menuju ruang guru.

*"*"*" Ruang guru

" Bu Tatik.. itu murid yang anda cari sudah didepan ruang guru. "
"Suruh masuk dong pak Dodi, masa ponakan saya dibiarin berdiri didepan pintu ke orang minta sumbangan." Ujarnya sambil mendelik konyol.
" Ponakan? Eh iya iya saya suruh masuk Bu."

"Nah ini Bu nak Amora, saya pamit dulu ya bu" ujar pak Dodi lalu berlalu dari hadapan 2 nona nona yang sekarang saling mendelik dan mengeluarkan aura permusuhan.

" Amora.. "
" Iya teteh, iya.. ini Amora, teteh jadi ehm, guru disini? " sungguh ia sedikit kaget, teteh yang ia kenal sangat protektif itu bisa jadi guru disini, dulu saat tetehnya pindah ke Bandung ia kira hidupnya sudah bebas dari harimau betina itu, namun nasib berkata lain (Thor alay)😑
" Iya.. ini saya guru disini Amora, jadi jangan harap kamu bisa melanggar peraturan lagi kaya di sekolah lama kamu, dan lagi Teteh ga mau kamu jadi anak nakal, mulai sekarang kamu kemana-mana akan dikawal oleh anak-anak suruhan Teteh." Ujarnya sambil bergaya layaknya ibu-ibu yang memarahi suaminya karena kepergok main sama istri tetangga.
"Iya teh iya, Amora ngalah, udah Amora mau ke kelas." Ujarnya malas
" Hem, sekarang keluar, didepan kantor sudah ada anak yang akan menjemput kamu dan anak itulah yang akan menemani kamu selama sekolah disini." Ujarnya sambil mengidentifikasi kebohongan dari wajah Amora, sungguh ia sedikit curiga dengan Amora, pasalnya anak itu terlihat pasrah saja, tidak seperti biasanya, suka memberontak dan mendebat apapun yang ia katakan padanya.
"Iya teh, eh teh.. bukannya teteh tinggal di Bandung ? "
" Iya teteh di Bandung, tapi sejak kamu dipindah di sini teteh sama papa kamu juga dipindah tugas kesini." Ujarnya bangga.
" Oo.. jadi papa ya.." ujar Amora sambil mencebik imut.
"Hehe, kamu suka kan.." godanya.
"Apa sih teh.. udah ya teh Amora ke kelas dulu.. " pamit Amora, sambil mencium tangan tetehnya itu.
" Iya, hati hati.. ingat jangan nakal.." jawabnya dengan tatapan sendu, teringat lagi masa dimana ia dulu masih bisa melihat ibu dari gadis didepannya itu, bukan tanpa alasan ia bersikap protektif pada Amora, sikap itu muncul karena ia merasa Amora adalah satu-satunya keluarganya, setelah kakaknya, yang tak lain ibu Amora meninggal dunia.

"Thor POV"*"*
Beberapa tambahan.
* Sekolah Amora yang sekarang adalah sekolah swasta milik ayahnya sendiri, sekolah itu memiliki cabang di Bandung.
* Amora bukan anak orang kaya / anak orang terkenal, jadi gak banyak yang kenal dia, bahkan ayahnya sendiri yang tak lain pemilik sekolah tidak dikenal oleh orang-orang disekolah itu.
*Hanya beberapa orang yang mengenal identitas Amora sebenarnya, akan diceritakan di chapter selanjutnya.
*Guru-guru disekolah seperti pak Dodi, taunya Amora cuma keponakan wakasek.
*Bila ada typo mohon maaf yang sebesar- besarnya.
*Kata-kata sulit dipahami.. maaf saya baru belajar menulis cerita.🙇

Demikian, jangan lupa masukin cerita ini ke library kalian.. abis Unas aku update lagi ko... 😁
Terimakasih, sampai jumpa..

Gue juga minta votment gaes..😉😘

AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang