"Mbak Anin, ke warung bu Doyong yuk, laper nih mau beli lauk nasi," ajakku pada mbak Anin yang hitam manis ini.
"Enggak usah beli lah, tadi pagi ibu mbak datang kesini, bawain makanan juga, banyak loh, ya udah makan di kamar mbak aja yuk?" tawar mbak Anin, dan ia langsung berdiri kemudian mengajakku ke dalam kamarnya.
"Wah ada snack angka delapan juga, aku minta sebungkus ya mbak? Sore ini aku ada piket mbak," pintaku pada mbak Anin,
Mbak Anin terkekeh, "Icha Icha, bukan snack angka delapan, namanya lanting," ralat mbak Anin, membenarkan nama makanan ringan itu.
"Jadwal ngasisten ya, anak karyawan apa maba?"
"Maba mbak,"
"Ya udah ambil dua bungkus saja, sekalian pia nya juga."
"Makasih ya mbak,"
"Iya sama-sama, sekarang makan nasi dulu biar ada tenaga buat ngasistennya, ibu mbak bikin ayam goreng sama gudeg nih."
"Asik, makan besar lagi."
Setelah mencuci tangan, kami berdo'a, kemudian makan dalam hening sampai perutku terasa mau meledak, karena makan dengan porsi yang sangat besar.
Sorenya aku langsung ke kampus, karena hari ini adalah jadwalku mengamalkan ilmu yang kutimba di kampus dengan menjadi asisten mahasiswa di labiratorium.
Enaknya ngasma itu, selain bisa mengingat mata kuliah yang sudah di ajarkan, bisa juga jadi terkenal dan pu ya banyak saudara. Kenapa aku bilang aku terkenal? Karena hampir semua adik tingkat ataupun anak karyawan baru yang aku asisteni semuanya mengenalku, tentunya aku jadi mempunyai teman dan saudara yang banyak, selain itu ngasma menjadi tambahan rezeki untukku, selain mendapatkan uang dari akademik aku juga sering mendapatkan makanan ataupun tumpangan gratis kalau aku ingin bepergian, baik dari maba apalagi anak karyawab yang notabene sudah memiliki pekerjaan.
Saat ini aku sedang memeriksa hasil pretest adik tingkatku, alhamdulillah kelas praktikum sore ini semuanya lulus dan dapat mengikuti praktikum. Mereka nampak begitu exited saat Mr Fadhil memberikan responsi sebelum praktikum dimulai. Selesai memberikan responsi Mr Fadhil nampak terburu-buru, dan menyerahkan anak-anak padaku. Beliau bilang kalau ada urusan penting yang harus diselesaikan, terlebih ku perhatikan handphone nya terus saja bergetar meski beberapa panggilan selalu ditolaknya saat sedang memberikan responsi.
Aku berjalan dari satu praktikan ke praktikan yang lain sembari membantu mereka, jika mereka kesulitan memasang alat ataupun ada yang mereka tidak mengerti. Setelah hampir tiga jam, akhirnya praktikum pun selesai.
Karena sudah adzan isya, aku bergegas ke mushola kampus ini untuk menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim untuk shalat. Selepas shalat aku kembali ke lab karena tas tertinggal disana.
Hari ini rasanya sangat melelahkan, aku ingin cepat sampai kos untuk membersihkan diri, kemudian tidur dengan nyenyak.
Dari kejauhan aku melihat Mr Fadhil di depan gerbang kampus seperti sedang berbicara dengan seseorang, dan setelah melangkahkan kaki ku lebih cepat, aku baru tahu kalau lawan bicara Mr Fadhil adalah seorang wanita. Namun, wanita cantik itu nampak sedang marah-marah, karena aku dapat mendengar umpatannya yang keras pada Mr Fadhil.
Aku pura-pura tidak kenal saja, memang benar kan? Dengan agak terburu-buru, aku berjalan hendak melewati mereka tanpa melihat kiri-kanan, dan pandanganku lurus ke depan. Namun, aku merasa tubuh ini ditarik dari belakang, kemudian orang itu merangkul tubuhku dengan erat.
"Sayang, udah selesai praktikumnya?"
Sayang, sayang pala lu peang, ini dosen nggak kesambet jurig hantu syaitan iblis gundurewo atau makhluk astral lain kan?
"Tania, dia pacarku Annisa Dwi Sridjaja," akunya, dan semua itu sukses membuat mataku melotot seperti jengkol.
Setelah itu dia berbisik padaku, "Kenalan, atau kamu harus mengulang semua mata kuliah saya di semester depan!" ancamnya.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengulurkan tangan sembari tersenyum bodoh, bodo amat yang penting nggak ngulang, "Annisa," kenalku, tapi wanita cantik itu tidak menyambut uluran tanganku, ia malah melenggang pergi sembari marah.
Rangkulan Mr Fadhly di bahuku terlepas, saat wanita bernama Tania itu pergi dengan mobilnya.
"Awas ya kalau nilai Kimia Organik saya bukan A, saya nggak akan pernah lupain kalau Mr udah berani-beraninya nyentuh saya!"
Et dah kok jadi keceplosan kaya gini ya, sembari aku nutup bibir pakai tangan, Mr Fadhly juga menatapku heran. Ya sudahlah karena aku merasa malu, dan enggak nemu lubang buat ngubur diri, akhirnya aku memakai jurus Mustika, jurus paling ampuh dan hanya itu yang ada dipikiranku saat ini saking malunya.
Mustika, musti kabur cepat-cepat.
Akhirnya dengan kekuatan super, aku berlari super kencang menuju kosan. Pak hansip yang sedang berjaga pun melihat ku heran, karena aku berlari terbirit-birit.
"Neng kunaon? Ada anjing ya?" tanyanya setengah berteriak.
"Bukan Pak, di kampus aku lihat jurig!" jawabku tak kalah kencangnya.
Kenapa ya, di saat seperti ini, kosanku terasa sangat jauh?
Tbc
Udah lama banget aku hiatus, kangen nulis.
Btw, Neng Icha masih ada yang baca gak ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Dosen
ChickLitCerita ini sebagian aku ambil dari kisah nyata yang ku alami sehari-hari dikampus. Di kisah kali ini, kita akan bertemu dengan Annisa Dwi Sridjaja mahasiswi slebor dengan suara delapan oktavnya, dengan tingkat kebawelan diatas rata-rata, yang akan b...