Pertemuan

8 3 0
                                    

20:37

Raina Adeeva Maharani,
Cewek berusia 17 tahun yang tengah duduk di sebuah cafe sendirian. Sudah menjadi kebiasaan Raina mengunjungi cafe ini. Pekerja disini saja sampai hafal wajah Raina.

"Ada yang mau dipesan lagi, Raina?" Tanya seorang pelayan mendekati Raina.

"Oh, nggak ada. Ini mau pulang, hehe," Raina segera merapikan barang-barangnya. Sebenarnya, ia belum mau meninggalkan tempat ini. Tapi, mau gimana lagi? Dia sudah berada di cafe itu sejak pukul lima sore.

Raina melangkahkan kakinya keluar. Saat keluar, yang Raina lihat pertama adalah rintikan air hujan. Kenapa harus hujan? Dari dulu, Raina selalu membenci hujan. Menurutnya, hujan itu membawa sial.

"Kenapa harus hujan, sih?" Gumam Raina. Cewek itu mengeluarkan hoodie dari dalam tasnya, lantas memakainya.

Di perjalanan, Ia melihat keramaian di dekat jembatan. Biasanya, jembatan itu sepi. Kenapa sekarang jadi ramai?

Karena penasaran, Raina segera menghampiri kumpulan orang-orang yang melingkari satu tempat.

Tepat saat Raina melihat apa yang terjadi, cewek itu langsung menghampiri lelaki yang mencoba untuk.. mengakhiri hidupnya.

"Tunggu!"

Lelaki itu menoleh ke belakang. Terlihat jelas dari matanya, Ia sudah tidak punya semangat hidup.

"Kenapa?" Tanya lelaki itu.

"WHAT DO YOU MEAN? KENAPA? LO GILA YA?!" Raina menarik tangan lelaki itu.

"Lepasin gue, please."

"Gak."

Dengan sekuat tenaga, Raina menarik lelaki itu agar Ia berhenti apa yang ingin dilakukan olehnya.

"KALIAN KENAPA GAK NOLONGIN DIA, SIH?!" Raina menghadap ke orang-orang yang sedari tadi hanya melihat aksi seseorang bunuh diri. Setelah mendengar teriakan Raina, semua orang disana membantunya dengan apa yang mereka bisa.

Akhrinya, semua perjuangan orang-orang itu berhasil. Lelaki itu gagal mengakhiri hidupnya. Semua orang ikut senang dengan keberhasilan Raina. Iya, semuanya senang. Terkecuali lelaki itu, Ia gagal untuk menjalankan rencananya.

"Kenapa? Kenapa lo ngelarang gue buat bunuh diri, sih?"

"Karena, pasti ada orang yang menganggap diri lo itu berharga. Dan, lo gak peduli sama orang yang sayang sama lo?"

"Gak ada yang peduli sama gue," lelaki itu membuang mukanya.

"Kalau gak ada yang peduli, mungkin gue udah biarin lo loncat dari jembatan."

Mendengar kata itu, lelaki itu terdiam. Ia menutup matanya dan menghela nafas panjang.

"Nama gue Dirga," ucap lelaki itu tiba-tiba.

Spontan, Raina menoleh ke arah Dirga. Baru pertama kali Ia bertemu dengan seorang lelaki yang mau memperkenalkan dirinya duluan.

"Raina, salam kenal." Raina tersenyum sambil menawarkan tangannya kepada Dirga.

Tawarannya diterima. Mereka berjabat tangan.

"Thanks," Dirga tersenyum sambil manatap bola mata Raina.

Freeze.

Rasanya seperti tidak bisa bergerak. Bola mata Dirga yang berwarna biru dan senyuman bak gula miliknya itu membuat jantung Raina tak bisa dikendalikan.

"Yourwelcome," Raina membalas senyuman Dirga.

"Lo tinggal dimana?" Pertanyaan yang tidak diduga oleh Raina.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang