Menanti Kata "Cinta"

16 2 0
                                    

Kini,gadis itu berdiri di tempat yang dulunya pernah dijanjikan oleh orang yang ia sayang. Gadis itu duduk di bangku taman yang kosong, sambil mengenang memori yang dulu sangat indah untuk dikenang, namun sakit jika diratapi oleh kenyataan. Kini, gadis itu hanya diam memandangi langit sore yang menenangkan jiwa dan pikiran.

***

"Shas, gue kayak pernah liat cowok itu deh." kata Ghina, sahabatnya kala itu. "Cowok baru itu Ghin?" tanya Shasya.

"Iya Shas, seriusan gue. Kalau enggak salah, kita pernah ketemu di lapangan basket dekat komplek rumah gue deh." kata Ghina berusaha mengingat-ingat kejadiannya.

"Hai teman-temanku semua. Perkenalkan, namaku Leo, pindahan dari Academy Revordan." kata cowok itu mengenalkan dirinya,, Leo.

"Yak Leo, kamu boleh duduk di bangku kosong belakang Shasya dan Ghina." Lalu, Leo pun berjalan ke arah bangku kosong itu, dan duduk menyimak pelajaran.

Tett.. Tett.. Tett..

Bel istirahat pun telah berbunyi nyaring dan menggema ke seluruh penjuru Sekolah Menengah Atas itu. Murid-murid pun berhamburan keluar kelas, kecuali Shasya, Ghina, Leo, dan geng cowok-cowok nakal di kelas itu.

"Mana yang namanya Shasya?" tanya Leo yang sontak membuat Shasya dan Ghina menoleh.

"Gue Shasya, dan ini Ghina." kata Shasya sambil menunjuk ke arahnya dan Ghina.

"Tunggu dulu, gue kayak kenal elo deh." kata Leo.

"Siapa?" tanya Shasya dan Ghina bersamaan.

"Shasya." jawab Leo mantap.

"No! Elo ketemunya itu ama Ghinapas di lapangan basket kan?" tanya Shasya balik.

"Gue nggak nyangka banget sampai elo udah secepat itu lupa sama gue Shas. Gue nggak nyangka, sumpah, gue nyesel udah mati-matian nyariin elo." kata Leo, lalu pergi begitu saja.

Setelah Leo pergi, Ghina pun segera menghujani Shasya dengan berbagai macam pertanyaan.

"Shas, apa maksud Leo tadi sih, gue nggak tau banget deh. Apa ini ada sangkut pautnya sama kakak elo yang dulu sakit itu?" tanya Ghina lagi.

"Kakak? Gue nggak punya kakak. Kecuali.." kata Shasya sengaja menggantungkan kalimatnya. "Kak Ardy kan?" kata Ghina memotong begitu saja kata Shasya yang sempat tergantung.

"Tapi, dia bukan kakak gue sebenernya Ghin. Dia cuma sahabat gue.." kata Shasya lirih.

***

Tak lama kemudian, ada seorang cowok menghampirinya. "Ternyata kamu nggak pernah berubah." kata cowok itu. Gadis yang duduk di bangku tamana itu pun menoleh ke asal suara, dan ditemukannya seorang cowok yang sangat ia rindukan sedang tersenyum menatapnya. Ia pun hanya bisa membalas senyum itu.

***

Tett.. Tett.. Tett..

Bel pulang pun telah berbunyi, dan saatnya murid-murid pulang ke rumah masing-masing, kecuali yang mengikuti ekstrakulikuler pada hari itu.

"Leo, bisakah kita bicara sebentar? Gue mau ngomong penting sama elo." kata Shasya yang nekat menghentikan langkah Leo.

"Kak Ardy..??" kata Shasya lirih.

"Hm, ternyata kamu masih inget sama aku Shel." kata Leo dengan senyuman yang menenangkan itu.

"Maaf ya Shel, aku nggak bisa lama-lama di sini. Aku harus pulang, nanti mama nyariin, dan kalau bisa kamu boleh temuin aku di cafe pelangi jam tujuh malam. Aku bakal jelasin semuanya, dan kamu juga boleh ngomong penting saat itu juga." kata Leo panjang lebar.

Menanti Kata "Cinta"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang