ANIN'S POV
Seorang gadis tengah terlelap dalam tidurnya. Sehabis shalat subuh dia pun memutuskan untuk tidur kembali. Dan saat ini dia masih bergelung dengan nyaman di dalam selimutnya walau matahari sudah menyapanya tapi dia tidak memperdulikannya. Hanya sang ibu yang sanggup menjadi alarm nyata bagi nya.
Tok..tok...tok..
"Anin... Bangun nak, kamu gak sekolah?" "Anin... Ckck. Anak ini susah banget kalau dibangunin" Fika pun membuka knop pintu dan langsung menghampiri sang anak tercinta.
"Anin anak mama tersayang bangun nak, ini hari pertama kamu sekolah kamu gak mau telat kan?" Fika pun mengguncang-guncang badan anaknya dan itu pun berhasil walau anin hanya membuka sebelah matanya.
"Hm, lima menit lagi mah." kata Anin.
"Tidak sayang, cepat bangun atau mama siram pakai air." kata fika
"Hmm.."
"Anin!!!" fika akan berteriak jika anin seperti itu. Tapi teriaknya fika adalah teriak sayang bagi anin begitu juga kakak anin anak pertama Fika dan Wisa Darmawangsa.
"Hmm. Iya mamah ku tersayang. Anin bangun nih anin bangun." kata anin sambil berjalan gontai masuk ke kamar mandi.
15 menit berlalu anin pun keluar dari kamar mandi dan seketika dia tercengang melihat jam di dinding menunjukkan angka tujuh kurang 10 menit.
Seketika itu kakaknya Ferhan masuk ke dalam kamarnya."Astagfirullah dek, kamu belum ganti?" kata Ferhan.
"Belum bang, aduh gimana ini" sambil mondar mandir di depan kaca. Anin memang seperti itu dikala dia panik dia akan pusing dan lupa apa yang harus dia lakukan.
"Ini udah jam berapa? Cepet gih ganti. Abang tunggu bawah." Kata Ferhan. Lalu keluar dari kamar anin. Tapi seketika anin melihat kakaknya itu muncul lagi di celah pintu kamarnya.
"Apalagi bang? Cepat sana pergi anin mau ganti baju." Kata anin
"Ada yang kelupaan, di tunggu ayah sama mamah di bawah" kata Ferhan.
"Hm.." Anin hanya bergumam.
"Ferhan dimana adikmu, kenapa belum turun? Ini sudah siang apa dia tak takut telat?" tanya wisa saat melihat putra pertamanya menuruni tangga.
"Hm, masih prepare yah" kata Ferhan. Begitulah dia. Dia dingin tapi terkadang. Sebenarnya ia hanya malas menjawab saja, hingga menimbulkan kesan dingin saat berbicara.
Lima menit berlalu dan Anin pun terlihat menuruni tangga dengan terburu-buru.
"Ckck lama banget ganti baju doang." kata Ferhan
"Mah, yah Anin berangkat yaa Assalamualaikum." kata anin yang mengabaikan ucapan Ferhan.
"Abang... Ayo cepet Anin udah telat ini " ucap Anin sembari melihat jam dipergelangan tangannya yang menujukkan pukul tujuh kurang lima menit.
"Anin... ini bekel sarapan kamu. Nanti kamu sakit kalau gak sarapan." ucap sang ibunda sembari berlari mengejar Anin yang sedang menaiki motor Ferhan.
"Makasih mahh. Love you. Aku berangkat" ucap Anin. Dan motor Ferhan pun melaju menjauhi rumah kediaman keluarga Darmawangsa.
🌱🌱🌱
Arvi's POV
Lelaki tampan bak dewa yunani itu sedang berjalan ke arah kantin. Mata Elang bewarna hitam legam itu pun sedang mencari keberadaan temannya yang sedari tadi menunggunya dan mengganggu acara tidur hanya untuk mengingatkannya untuk datang pagi hari ini. Sebenarnya dia ingin bermalas-malasan hari ini, toh hari ini tidak ada spesial baginya. Hanya bagi teman idiotnya itu hari ini spesial di karenakan hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah menjalani ospek yang melelahkan kemarin.
Akhirnya mata elang itu pun menemukan keberadaan temannya yang duduk sendirian sambil menyecapi green tea dan dia sedang sibuk menatap benda persegi yang ada ditangannya. Hingga diapun tak menyadari ada seseorang yang telah duduk disampingnya. Tak sengaja dia menengokkan kepalanya berniat untuk meregangkan kepalanya yang terasa pegal karna sedari tadi menatap layar didepannya. Hingga...
"Astagfirullah, lailahaillallah, muhammadarrasulullah yes yes. Eh buset." latah johan dengan muka terkejutnya saat dia menyadari bahwa disampingnya sudah ada orang.
"Buset vi lu gaada niatan buat bikin jantung gue lepas dari kandangnya kan?" ucap johan kesal.
"Nope" ucap arvi singkat.
"Sialan, gua masih aja deg degan gara-gara lu vi." ucap johan masih kesal dengan arvi.
"Hm." ucap arvi singkat. Dan tak memperdulikan temannya yang mengoceh karna sedari tadi dia hanya fokus pada benda persegi yang dipegangnya.
"Parah, gitu aja terus sampe negara api menyerang Vi. Jawabnya singkat bener kaya gaada gairah hidup lu" ucap johan.
"Woi vi... Lu denger gue ngomong gak?"
"Elahhh... Gue dicuekin, susah ngobrol sama orang irit omong" ucap johan ketika melihat arvi malah asik dengan ponselnya.
Johan pun ikut sibuk dengan ponselnya karena merasa dicuekkan dengan arvi, tapi tiba-tiba arvi pun bangkit. Dan membuat johan mendongakkan kepalanya untuk melihat Arvi.
"Cabut" ucap Arvi. Pernyataan singkat dari Arvi namun dimengerti johan walaupun hanya satu kata yang keluar dari mulut Arvi itu.
"Ayok" ucap johan yang menyetujui ucapan Arvi.
Akhirnya mereka pun kabur dengan memanjat dinding samping sekolah untuk pergi ke warung yang biasa ia tongkrongi di sebelah gang SMP dan SMA mereka. Ya memang SMA dan SMP mereka berdekatan. Jadi, mereka pun sudah hafal dengan seluk beluk disini. Arvi dan Johan mampir ke warung bik onah untuk sarapan minum secangkir teh buatan bik onah yang memang candu mereka.
Sampai mata elang Arvi melihat seorang gadis berhijab yang sedang melihat-lihat tembok samping sekolahnya. Membuat Arvi tertarik dan berniat menghampirinya.
~Gimana readers?? Seneng gak sama cerita author. Maaf ya slow update. Soalnya ini cerita baru author, authornya juga masih amatiran😂
Budayakan vote and comment ya. 😘
Author sayang kalian❤❤💋💘
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang Tersembunyi
Teen FictionApa itu cinta? Pasti kalian pernah merasakan bukan? Sama halnya denganku yang merasakan cinta sejak lama kepada seseorang yang telah lama ku kenal Tapi masalahnya apakah orang yang kita cintai merasakan hal yang sama seperti kita Ahh aku tidak tau ...