Anggap saja kalian itu memiliki seorang saudara kembar.
(Namakamu) dan Syifa itu adalah saudara kembar. Wajah mereka sangatlah mirip. Membuat siapa yang ada didekatnya,bingung untuk membandingkan yang mana (Namakamu),yang mana Syifa.
Suatu hari,(Namakamu) dan Syifa yang terlihat masih berumur Enam Tahun Sedang bermain bersama. Mereka berdua tertawa bersama. Namun,tawa mereka hilang seketika. Ketika Syifa tiba-tiba saja tumbang tak sadarkan diri. (Namakamu) selaku kakak Syifa panik bukan main. Ini adalah kali pertama melihat adik kembarnya itu terlelap tak sadarkan diri. (Namakamu) berteriak memanggil Ayah dan Bunda-nya.
Semenjak kejadian Enam Tahun itu... (Namakamu) menjadi tersisih. Kedua orang tuanya menjadi lebih memanjakan Syifa. Mereka seakan lupa akan kehadiran (Namakamu). Namun,bagi (Namakamu) ini bukan akhir dari segalanya. Justru ini adalah awal dari segalanya. Dimana dia harus bisa membuktikan kepada kedua orang tuanya,bahwa Syifa saat itu pingsan bukan karena dia. Dan semenjak kejadian itu pula,Syifa sering bolak-balik Rumah Sakit. Karena masih polos,(Namakamu) hanya bisa menangis saja.
10 Tahun berlalu...
(Namakamu) dan Syifa sudah besar. Mereka tumbuh menjadi dua wanita cantik. Meski sampai saat ini,kedua orang tua mereka hanya berpihak kepada Syifa saja. (Namakamu) hafal sekarang,bahwa adik kembarnya memang pantas mendapatkan itu semua. Karena sekarang,baginya sisa hidupnya hanya untuk Syifa saja. Mengingat,Syifa sekarang memiliki penyakit Hati.
Suatu hari. (Namakamu) mendapatkan sebuah penghargaan. Dia mengikuti lomba kesenian disekolahnya. Dan dia mendapat juara pertama. (Namakamu) berpikir,apakah kedua orang tuanya akan bangga dengan hal ini ? Apakah mereka akan menjadi sayang kepadanya dan bersikap adil ?
"Assalamualaikum," Sallam (Namakamu) "Ma,Pa. Aku tadi menjuarai lomba kesenian,lho."(Namakamu) menyodorkan Piala yang ia pegang.
Papa mengambil alih piala itu. Dia sempat tersenyum kepada (Namakamu). Kebetulan hari ini Papa sedang tidak kerja,jadi dia ada dirumah.
Prank
Pecahlah sudah piala yang seharusnya menjadi pajangan dirumah. (Namakamu) sedikit tersentak akibat Papa-nya itu.
" Kenapa,Pa? Aku salah yah?"
"Sudah salah pakek nanya lagi! Kamu gk liat,Syifa kalah gara-gara kamu!" Papa menarik lengan baju (Namakamu). Menyeret tubuh (Namakamu) dengan paksa.
Brukh
(Namakamu) terlempar cukup jauh. Sekarang,dia sudah berada dikamarnya,akibat Papa mendorongnya. (Namakamu) menundukan kepala,mencoba menahan isakan tangis.
Plak
Satu tamparan berhasil mendarat diPipi kiri (Namakamu). (Namakamu) sedikit tersentak,dan pada akhirnya menangis terisak.
"Pa,ampun! Maafin aku,aku gk bermaksub buat Syifa sedih! Aku gk tau Syifa ikutan lomba itu!"
"Dasar anak pembawa sial!"
"Ingat,kamu itu hanyalan perusuh dikeluarga ini!"
Caci dan Maki dari kedua orang tua (Namakamu) rupanya sudah menjadi makanannya. Dia sudah terbiasa disiksa dan disebut Anak Pembawa Sial dan Perusuh Keluarga. (Namakamu) tidak pernah marah,ini memang sudah takdirnya.