"Kalau gak betah lama-lama disana kamu boleh pulang, ada Kak Ve yang bakal jaga kamu juga. Satu bulan sekali Papa datang untuk tengok kamu ya, jangan jadi anak nakal, nurut sama kakakmu".
Shani tersenyum dengar Papanya selesai bicara, dia daritadi pun hanya menggangguk kosong saja.
Baginya yang terpenting adalah dia bisa segera keluar dari kota, yang gadis itu butuhkan cuma ketenangan. Dan tempat terbaik untuk mendapatkannya adalah di cottage pinggir pantai, terletak di sebuah pulau kecil. Sebuah bangunan kayu bertema etnik itu milik keluarganya.
Shani sekarang tengah berdiri di depan teras rumahnya, sambil menggendong tas ransel juga menyeret satu koper besar disisinya. Barang bawaan sang kakak pun tak kalah banyak darinya.
"Hati-hati disana ya". Kini giliran Mamanya yang berpamitan, sebelum dua putri cantiknya pergi wanita itu mengecup kening mereka sebentar, memberi nasehat berarti juga beberapa nama teman yang ia kenal disana.
Dua gadis itu akhirnya pergi, benar-benar hanya berdua, tanpa supir apalagi pembantu. Hal yang biasa mungkin bagi Veranda si sulung, dia telah hampir tiga tahun tinggal sendiran di Sidney, menyelesaikan pendidikan. Tapi bagi Shani, ini mungkin akan jadi pengalaman baru yang menyenangkan.
"Gimana sekolahmu?". Veranda membuka pembicaraan, memecah kesunyian yang telah terjalin selama berjam-jam.
"Baik. Seperti biasa, membosankan". Jawab Shani. Dia membuang pandangan keluar jendela.
Sebentar lagi mereka akan sampai, gadis itu terlihat antusias memandangi hamparan lautan yang berkilau ditimpa cahaya matahari sore.
"Kamu sejak kapan suka pantai? Tumben banget mau kesini lagi". Veranda tanya lagi.
"Aku mau aja".
Yang dia tau adiknya itu gak begitu suka tempat baru, apalagi pantai ini merupakan tempat yang bukan tipe-tipe tempat kesukaannya. Yang Veranda tau tak ada tempat yang lebih baik bagi Shani selain kamarnya sendiri, ruangan dimana hanya ada dia sendirian.
Mereka sampai di dermaga, banyak kapal-kapal terparkir rapi disana. Beberapa orang lokal juga turis berlalu lalang. Pokoknya ramai.
Dibantu dengan seorang penyewa kapal, dua gadis itu menurunkan barang-barang mereka dari mobil, menuju ke kapal untuk menyebrangi pulau.
Perjalanan dari dermaga utama ke pulau kira-kira memakan waktu dua puluh menit. Ditengah lautan luas Veranda nampak antusias memotret dengan kameranya. Sementara adiknya itu diam saja, duduk melamun dengan tatapan kosong.
Mereka sampai di dermaga pulau, suasana jauh lebih sepi dari sebelumnya. Cuma ada beberapa penduduk lokal dan anak-anak kecil yang asyik berenang dipinggir pantai. Mereka itu yang daritadi menjadi obyek foto Veranda.
Shani melepas alas kakinya setelah turun dari dermaga, dia membiarkan pasir-pasir putih yang lembut menyapa kulit kaki.Udara jadi semakin hangat, waktu tepat sekali menunjukan senja akan segera tiba, matahari akan segera sampai ke peraduannya.
Jalan kaki sebentar, dua gadis itu akhirnya sampai di cottage yang akan mereka tinggali beberapa bulan ke depan.
"Kamu mandi duluan, aku mau beres-beres barang dulu". Itu Veranda.
Shani mengangguk, bergegas pergi ke kamar mandi, sementara kakaknya pergi membawa beberapa barang kecil ke lantai atas.
Ting!
Suara bell berbunyi nyaring, Veranda menyudahi aktivitasnya, segera pergi menyambut tamu di depan.
Saat membuka pintu, seseorang tengah menunggunya.