-Seventh-

1.5K 95 14
                                    


~WIS~

Miya menarik busur nya dengan yakin, dengan mata di tutup kain dia melesat kan anak panah-nya begitu saja.
Setelah anak panah Miya sampai di sasaran suara tepuk tangan seseorang membuat Miya menyeringai kecil.

Miya melepaskan ikatan kain di matanya,
"Aku tau dimana dia menembak. Tepat di bulatan dengan poin 100."

"Sudahlah Yi Sun Shin, kau pun tau jika tidak ada yang bisa menyaingi Miya dalam perihal memanah."tiba-tiba Irithel datang mendekati Miya.

"Hei, kau meninggalkan Leo!"sahut Miya sambil menarik Irithel pergi menjauhi Yi Sun Shin.

"Memangnya kenapa? Hei berhenti. Bukannya aku sering meninghalkan Leo di hutan saat ke sekolah?"Irithel bingung akan sikap Miya.

"Diamlah, dia itu orang yang aneh. Maka dari itu aku minta ditemani oleh mu disini. Dia itu seperti,"Miya menjeda ucapannya.

"Ingin selalu ada dan ingin selalu tau tentangku."lanjut Miya.

Irithel mengangguk paham dan berjalan kecil di samping Miya menuju ke rumah masing-masing karena rumah mereka sama-sama di komplek Marksman.

"Memangnya ada apa dengan si YSS itu?"Irithel masih sedikit penasaran.

"Ntahlah. Tapi aku merasa dia seperti penguntit, dia selalu kulihat di sekelilingku. Dan sekarang dia berada di belakang kita."ucap Miya pelan.

Irithel sendiri bergidik ngeri karena Miya mempunyai bisa tau apa yang ada disekitarnya, apa karena Miya seorang Elf? Mungkin saja.

"Ke-kenapa dia mengikuti kita?"tanya Irithel menahan napas.

"Bodoh, dia kan juga se-role dengan kita."jawab Miya gemas.

"Ah, iya. Sudah lupakan saja dia. Ngomong-ngomong bagaimana denganmu dan Alucard?"Irithel bertanya dengan polosnya.

"Sejauh ini, hubungan kita sudah mulai membaik. Tapi, Layla belum sempat memberitahu ku."ucap Miya lirih.

"Layla? Memangnya apa hubungannya dengan si pirang itu?"Irithel semakin penasaran.

"Layla bilang kalau mereka itu... Tidak tau. Saat dia ingin berbicara, ponsel ku berbunyi."ucap Miya santai.

"Yaah, coba kau tanya lagi. Aku penasaran tau!"sungut Irithel.

"Nanti saja. Yasudah sana pergi, udah di depan rumah sendiri juga."kata Miya terkekeh sambil mendorong Irithel.

"Iya, hati-hati kau."Irithel pun masuk ke dalam rumahnya.

"Dasar, tawarin masuk ke rumah aja engga."gumam Miya sambil menggelengkan kepalanya.

Miya kembali melanjutkan perjalanannya, angin berhembus begitu kencang. Dan sunset kembali memunculkan dirinya membuat mata Miya berbinar mengingatnya.

.

.

.

"A-alu"Miya berucap pelan.

Alucard sendiri diam di posisinya. Entah kerasukan apa Alucard berlari kearah Miya dan memeluknya erat, seperti tak ingin berpisah.

Who is she?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang