Sore itu cukup terik. Orang orang di lapangan sana berlarian saling merebut bola, berusaha mencetak poin dalam waktu yang tinggal tersisa sedikit.
Gavin menontonnya dalam diam, sabit terukir di wajahnya begitu melihat gadis bercelana pendek di lapangan sana yang sangat bertenaga sekaligus geram pada lawan mainnya. Rambut kuncir kudanya bergoyang mengikuti pergerakan.
Priiiit...
Peluit dibunyikan, menandakan selesainya pertandingan sengit dengan skor akhir hanya beda dua poin. Anggota team dari kedua belah pihak berjabat tangan menjaga persahabatan.
Gadis yang sejak tadi jadi pusat perhatian Gavin berlari ke arahnya.
"Serius deh, itu dia songong banget mentang mentang badannya gede, emang dipikir gue nggak bisa bikin dia jatuh hah?" gadis itu menceritakan seribu satu kekesalannya pada Gavin.
Si cowok ngedengerin sambil ngangguk ngangguk dan menjaga senyum di wajahnya agar tidak luntur. Tangannya tergerak membukakan sebotol air mineral yang langsung diserahkan pada Ghaida. Begitu tangannya kosong, ia mengambil tisu dari sakunya, mengelap bulir bulir keringat sang dara sambil tetap mendengarkan.
"Demi deh, aku harusnya menang tadi!" Ghaida masih dengan kekesalannya kalah dua point.
"Nenek lampir marah marah nggak usah ditanggepin Vin," seorang cowok datang mendekat dan menepuk pundang Gavin dan duduk di sebelahnya.
Lagi lagi Gavin hanya tersenyum menanggapinya.
"Ih rese ya lo Alvaro! Gara gara lo nggak berani main body tadi. Sok alim banget? Gue aja di body tadi, santai aja kali?!" Cerocos Ghaida, menjulurkan kakinya menendang sosok yang berada di sebelah kiri Gavin.
"Lah gue mah nggak kasar? Emangnya lo?!" Balas Alvaro.
"Dih lo tuh anjing, kapten basket nggak ada powernya!"
"Heh, udah udah," Gavin menenangkan dua anak manusia yang ada di kanan dan kirinya sebelum mereka saling cakar.
Merasa di bela, Alvaro menjulurkan lidah kearah Ghaida. Dengan kekanakannya, Ghaida membalas juluran lidah tersebut. Membuat mereka saling mengejek.
"Astaga, udah dong?!" Pinta Gavin dengan sedikit tawa.
Lucu melihat keduanya yang merupakan teman dari kecil kemudian saling bertengkar dengan kekanakan. Mungkin mereka berfikir kalau mereka memang masih kecil.
Beberapa anggota tim basket sekolah menyapa mereka, terutama Gavin yang sudah lama tak terlihat. Beberapa dari mereka pun menyempatkan mengobrol bersama sang adam atau sekedar basa basi sebelum benar benar meninggalkan stadion.
Ghaida masih setia di sisi kanannya dan Gavin di sisi kiri.
"Kalian langsung balik kerumah apa ke sekolah dulu?"
"Balik kerumahlah," jawab Ghaida kemudian menyandarkan kepalanya ke pundak Gavin.
"Kamu balik sama Alvaro nggapapa ya?" Yang disenderin mengusap pelan rambut sang gadis.
"Ih kamu tega aku dibawa iblis kayak dia? Aku maunya sama kamu aja pulangnya," sejurus kemudian Ghaida memeluk lengan Gavin tak ingin ditinggal.
Dan Alvaro di seberangnya memanjangkan tangan, menoyor sahabatnya.
"Menel banget anjir."
"Rese banget sih jomblo! Yang, aku ditoyor yang," adu Ghaida.
Gavin ditengah tengah mereka hanya bisa tertawa berusaha melerai.
[]
Akhirnya, selesai juga part satu, masih pembukaan nih, gimana?
Anyway here you are,
yang mulia kapten basket kita!!! Hehe.
Tunggu part berikutnya ya !!
salam,
Acha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swallowed Up The Stars
FanfictionMenurut teori, bintang-bintang paling terang tidak bertahan lama, masa hidup mereka cepat dan mati muda. Tapi matahari sampai sekarang udah jutaan tahun belum mati tuh. bianchasarell, 2018.